Pada pembahasan kali ini kita kaan membahas mengenai Kriptomeri, berikut penjelasannya.
Kriptomeri adalah peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila gen dominan tersebut berdiri sendiri. Dengan tertutupnya ekspresi gen dominan tersebut, maka gen resesiflah yang mempengaruhi sifat suatu organisme tersebut. Namun hal tersebut tidak berpengaruh jika gen dominan tidak berdiri sendiri.
Kriptomeri hampir memiliki persamaan dengan pola epistasis resesif. Namun yang perlu ditekankan ialah, jika pada kriptomeri ekspresi gen dominan akan tertutupi oleh gen resesif jika berdiri sendiri, sedangkan pada epistatis resesif gen dominan baik itu berdiri sendiri atau tidak tetap tertutupi oleh gen yang resesif.
Contoh yang paling umum digunakan pada kriptomeri adalah bunga Toadflax Maroko (Linaria Maroccana). Bunga ini memiliki pigmen antosianin yang dapat memberikan warna pada bunga, jika tidak terdapat pigmen antosianin, maka bunga akan berwarna putih (tidak berwarna).
Selain itu, pigmen antosianin akan menyebabkan warna merah apabila keadaan plasma sel tanaman bersifat asam. Sedangkan pigmen antosianin akan menyebabkan warna ungu apabila keadaan plasma sel bersifat basa.
Hal tersebut terjadi akibat adanya gen A yang menyebabkan terbentuknya antosianin dan alelnya gen a yang menyebabkan tidak terbentuknya antosianin. Sementara itu, adanya gen B menyebabkan plasma sel dalam keadaan basa dan alelnya gen b menyebabkan plasma sel bersifat asam.
Berdasarkan pernyataan diatas, mari kita lihat contoh persilangan berikut ini:
P : bunga merah (AAbb) x bunga putih (aaBB)
G : (Ab) x (aB)
F1 : AaBb = 100% keturunannya bunga ungu
Pada Parental (P) bunga merah dengan gamet AAbb disilangkan dengan bunga putih dengan gamet aaBB. Gamet AAbb berwarna merah akibat dari gen dominan AA berdiri sendiri sehingga gen resesif bb mempengaruhi sifat bunga, yaitu plasma sel bersifat asam yang merujuk pada warna bunga berwarna merah.
Begitu pula dengan gamet aaBB meyebabkan bunga berwarna putih akibat gen dominan BB berdiri sendiri, sehingga gen resesif aa menutupi ekspresi gen dominan. Gen resesif aa merujuk pada tidak terbentuknya antosianin.
Kemudian dari persilangan Parental (P) di atas menghasilkan keturunan seluruhnya bunga berwarna ungu dengan gamet AaBb. Bunga berwarna ungu disebabkan oleh gen dominan yang tidak berdiri sendiri, yaitu gen dominan A dan gen dominan B, sehingga gen dominan tidak tertutupi oleh gen resesif dan mempengaruhi ekspresi (sifat warna) pada bunga.
Ingat kembali bahwa gen A menyebabkan terbentuknya antosianin dan gen B menyebabkan keadaan plasma sel bersifat basa yang mempengaruhi bunga berwarna ungu.
Kemudian dari keturunan F1 tersebut disilangkan sesamanya, maka akan diperoleh:
P : bunga ungu (AaBb) x bunga ungu (AaBb)
G : (AB, Ab, aB, ab) x (AB, Ab, aB, ab)
F2 :
Gamet | AB | Ab | aB | ab |
AB | AABB bunga ungu | AABb bunga ungu | AaBB bunga ungu | AaBb bunga ungu |
Ab | AABb bunga ungu | AAbb bunga merah | AaBb bunga ungu | Aabb bunga merah |
aB | AaBB bunga ungu | AaBb bunga ungu | aaBB bunga putih | aaBb bunga putih |
ab | AaBb bunga ungu | Aabb bunga merah | aaBb bunga putih | aabb bunga putih |
Keturunan F2 yang dihasilkan berdasarkan persilangan di atas memberikan perbandingan fenotipe bunga ungu : bunga merah : bunga putih adalah 9 : 3 : 4