Sejarah

Kronologi Pertempuran Medan Area Terlengkap

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pertempuran Medan Area adalah salah satu bentuk pemberontakan rakyat Indonesia khususnya rakyat Medan, Sumatera Utara  terhadap sekutu NICA.  Pertempuran ini terjadi pada tanggal 1 Oktober 1945 hingga 1947.

Peristiwa Medan Area berawal dengan mendaratnya pasukan sekutu pada tanggal 9 Oktober 1945 di Medan, Sumatera Utara. Kedatangan tersebut disambut baik oleh Gubernur Moh. Hassan bahkan beliau mempersilahkan mereka untuk membawa pulang tentara yang ditawan di Indonesia.

Namun ternyata pasukan sekutu tidak datang sendiri melainkan bersama dengan NICA. Pasukan NICA bahkan mempersenjatai pasukan sekutu. Pasukan sekutu tak hanya membebaskan para tawanan namun juga membentuk dan membentuk Medan Batalyon KNIL dengan tujuan untuk mengambil alih kekuasaan di Medan. 

Akibatnya, bentrok pun tak dapat dihindari dan meletus pada tanggal 13 Oktober 1945 di  Asrama Pension Wilhelmina, Jalan Bali. Insiden tersebut diawali oleh salah satu pasukan NICA yang merampas dan menginjak-injak lencana merah putih milik seorang penggalas pisang yang sedang melintas di depan hotel tersebut.

Peristiwa yang melibatkan ratusan pemuda Indonesia bersenjata ini menimbulkan satu korban jiwa yakni opsir Letnan Goeneberg dan 7 pasukan NICA  tewas, serta puluhan tentara lainnya luka-luka termasuk tentara Switzerland. 

Berita pemberontakan ini terdengar hingga ke seluruh penjuru kota Medan dan menjadi pertanda kebangkitan rakyat Medan. Pasukan sekutu mengeluarkan ultimatum pada tanggal Oktober 1945 yaitu perintah terhadap rakyat Medan untuk meninggalkan kota. Ultimatum tersebut sama sekali tidak membuat gentar rakyat Medan.  

Dua hari sebelum ultimatum ini dikeluarkan pemuda Indonesia berhasil menyerbu pasukan Jepang dan merampas persenjataan mereka yang akan digunakan untuk menyerang sekutu. Perampasan tersebut dipimpin oleh Bedjo yang kemudian dilanjutkan dengan penyerangan terhadap KNIL di Glugur Hong dan Helvetia, Pulo Brayan.

Melihat pasukan Indonesia telah memiliki senjata yang canggih pasukan sekutu pada tanggal 23 Oktober 1945 meluncurkan perampasan terhadap senjata-senjata tersebut. Dari perampasan tersebut sekutu berhasil menyita 3 buah pistol, 1 senapan, 1 buah granat kosong, 2 ranjau rakitan, 6 granat tangan, 3 senapan tiga kaki, 36 pedang, 10 pisau, 4 detonator listrik dan 6 tombak.

Merampas senjata milik Indonesia saja tak cukup, pada tanggal 1 Desember 1945 sekutu membuat batas-batas penanda yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” yang memiliki arti “Batas-Batas Resmi Medan Area”. Dari sanalah pertempuran ini mendapatkan nama nya. Batas-batas tersebut dibuat oleh sekutu tanpa persetujuan pihak Indonesia. dengan kata lain batas tersebut dibuat secara sepihak. 

Tindakan-tindakan sekutu tersebut membuat amarah rakyat Medan semakin menjadi. Rakyat Medan kembali melakukan penyerangan pada tanggal 2 Desember 1945 terhadap dua orang pasukan sekutu yang sedang mencuci truck di sungai Sengkol. Serangan kembali dilancarkan oleh pemuda Indonesia pada tanggal 7-9 Desember 1945. Penyerangan tersebut dilakukan terhadap asrama-asrama pasukan NICA.

Serangan tersebut dibalas oleh NICA pada keesokan harinya bahkan secara besar-besaran. Serangan ini menimbulkan banyak korban jiwa dan diculiknya salah seorang perwira pasukan NICA. Tanggal 13 Desember NICA kembali mengultimatum kota Medan untuk menyerahkan senjata mereka dan tak segan untuk menghukum mati rakyat pribumi yang berani memegang senjata. Penyerangan terus berlangsung hingga Maret 1946 dengan menyerbu pos-pos laskar rakyat di wilayah Tanjung Morawa. Indonesia semakin terdesak pada bulan April yang mengharuskan pemerintah setempat dipindahkan ke Pematang Siantar. 

Semangat perjuangan belum habis, pihak Indonesia justru mempersiapkan perlawanan dengan membentuk sebuah laskar Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Lakar tersebut dibentuk pada tanggal 10 Agustus 1946. Laskar komando tersebut diketuai oleh Kapten Nip Karim dan Marzuki Lubis sebagai pimpinan staff umum.

Indonesia kembali membentuk laskar pada 19 Agustus yang diberi nama Barisan Pemuda Indonesia (BPI) atau Komando Resimen Laskar Rakyat cabang Tanah Karo dan diketuai oleh Matang Sitepu. 

Pada awal Oktober Belanda mengerahkan setidaknya satu Batalion ke wilayah Medan. Serangan pertama dilakukan pada 27 Oktober 1945 yang dituju ke Medan Timur dan Medan Selatan. Pada hari yang sama Batalion di kampung Sukarame sudah dijaga oleh Bahar dan pasukannya sementara itu batalyonn Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei diambil alih oleh Ilyas Malik dan Pasukannya. 

Pertempuran ini baru berakhir pada 15 April 1947 setelah diadakannya perundingan oleh Komite Teknik Gencatan Senjata. Perundingan tersebut dilakukan demi mendapat kesepakatan garis-garis demarkasi yang mengelilingi Medan serta area Medan Belawan.