Daftar isi
Pembentukan kata dalam bahasa jawa disebut dengan rimbag. Rimbag dibentuk dengan memberi ater-ater (awalan), akhiran (panambang), maupun seselan pada kata dasar (tembung lingga). Ada banyak cara atau jenis-jenis pembentukan kata (rimbag) dalam Bahasa Jawa. Berikut adalah jenis dan penjelasannya:
Rimbag Tanduk adalah pembentukan kata aktif. Rimbag tanduk dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater anuswara pada kata kerja dalam sebuah kalimat. Ater-ater anuswara terdiri dari : m, ng, n, ny.
Ada 3 jenis rimbag tanduk, yaitu:
a. Tanduk Kriya Wantah
Tanduk kriya wantah dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara saja di depan kata kerja (wasesa).
Contohnya :
b. Tanduk -i kriya
Tanduk i kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja (wasesa) dan juga panambang (akhiran) –i di belakangnya.
Contohnya :
c. Tanduk -ke kriya
Tanduk ke kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja (wasesa) dan juga panambang –ake di belakangnya.
Contohnya :
Rimbag tanggap dalah pembentukan kata pasif. Rimbag tanggap dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater tripurusa (dak, ko, di) pada kata kerja atau dengan memberikan seselan in.
rimbang tanggap terbagi menjadi 6 jenis, yaitu:
a. Tanggap utama purusa (tiyang kapisan)
Yaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang pertama. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “dak-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks kalimatnya.
Contohnya adalah:
b. Tanggap madyama purusa (tiyang kapindo)
Yaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang kedua. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “kok-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks kalimatnya.
Contohnya adalah:
c. Tanggap pratama purusa (tiyang katelu)
Yaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang ketiga. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “di-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks kalimatnya.
Contohnya adalah:
d. Tanggap ka
Yaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan ater ater “ka-“ dan bisa juga dengan menambahkan akhiran atau panambang “-i” atau “-ake”.
Contohnya:
e. Tanggap na
Yaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan seselan “-in-“ yang artinya di…
Contohnya:
f. Tanggap Tarung
Yaitu kata pasif yang dibentuk dengan kata kerja berulang yang artinya sama.
Contohnya: Tulung-tinulung (tolong-menolong)
Rimbag bawa adalah kata yang dibentuk dengan menambagkan ater-ater atau imbuhan: “ké”, “a”, “ma”, “kuma”, “kapi”, dan seselan “um” pada kata kerjanya.
a. bawa “ka”
Dibentuk dengan menambahkan imbuhan “ka-“ atau “ke-“ .
Contohnya:
b. bawa “ha”
dibentuk dengan memberikan awalan “a” atau “ma”
contohnya:
c. bawa “ma”
Dibentuk dengan memberikan seselan “um”
Contohnya:
d. bawa “kuma”, “kami”, “kapi”
Dibentuk dengan memberikan awalan “kuma” atau “kami” atau kapi” pada kata kerjanya.
e. bawa “ma”
Dibentuk dengan memberi seselan “um” pada kata kerjanya.
Contohnya : tradisi iku wis dilakoni turun-temurun (tradisi itu sudah dilakukan turun temurun)
Yaitu kata kerja aktif (tanduk) yang diberi awalan dak-. Kalimat sananta memiliki arti akan.
Contohnya:
Yaitu kata pasif (tanggap) yang dibentuk dengan memberikan awalan “dak-“ dan akhiran Tandang “é”, “ané”, dan “né”. Kalimat tandang juga memiliki arti akan.
Contohnya:
Tembung sambawa adalah kata yang memiliki arti sanajan (seumpama) atau pangarep-arep (harapan). Kalimat sambawa dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Sambawa saking tanduk
Yaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanduk atau kalimat aktif.
Contohnya: Mau nggawaa dhuwit ya, ben iso tuku buku iki ( Tadi harusnya membawa uang ya, biar bisa beli buku ini)
2. Sambawa saking tanggap
Yaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanggap atau kalimat pasif.
Contohnya : Kokgawaa klambine yo percuma, ora bakal dienggo (Seumpana kamu bawa bajunya juga percuma, tidak bakal dipakai)
Catatan :
Pakon adalah kata perintah. Kata pakon atau prentah bisa dibentuk dari kata tanduk (aktif) maupun kata tanggap (pasif).
1. Pakon tanduk
Contohnya : nggawaa klambi gawe salinan ya! (bawalah baju untuk ganti ya!)
2. Pakon tanggap “ya”
Contohnya : klambine gawanen! (bawalah bajunya!)
Catatan:
Di pakon tanduk:
Guna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat akhiran “en” dan membentuk arti nandang (mengalami)
Contohnya: wis seminggu iki aku wudunen (sudah seminggu ini aku bisulan).
Adiguna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat awala “ke” da akhiran “en”. Kata adiguna memiliki arti berlebihan/sangat.
Contohnya : andane kedhuwuren, aku ora wani munggah (tangganya terlalu tinggi, aku tidak berani naik)
Yaitu kata yang tembung lingga atau kata dasarnya mendapat awalan “ka” dan akhiran “an”. Kalimat bawa-wacaka membentuk kata benda maupun kata tempat.
Contohnya: Aku arep budhal nang kalurahan (aku mau pergi ke kelurahan)
Yaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pa” dan akhiran “an”. Kalimat daya wacaka membentuk kata tempat atau waktu.
Contohnya : Ayo mene melu aku nang padusan (ayo besok ikut aku ke pemandian)
Yaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pe” atau awalan “pe” dan akhiran “an”
Contohnya : aku pingin dadi penulis (aku ingin menjadi penulis)
Tembung rangkep yaitu kata ulang. Dalam bahasa jawa ada 3 jenis kata ulang, yaitu:
a. Dwilingga, yaitu kata ulang dimana semua kata dasarnya (lingga)nya diulang.
Terdiri atas:
b. Dwipurwa, yaitu kata ulang yang diulang adalah awalnya saja.
Contohnya : jejaka, tetuwuhan.
c. Dwiwasana, yaitu kata ulang yang diulang akhirannya saja.
Contohnya : cengèngèsan, cekakaan.
Tembung jamboran adalah dua kata dasar yang digabung menjadi satu.tembung jamboran terdiri dari:
1. Jamboran wutuh.
2. Jamboran tugel atau wancahan.
Yaitu dua kata yang disingkat. Contohnya: dhekwur dari kata endek dan dhuwur
Tembung wancah adalah kata yang disingkat. Tembung wancah terbagi menjadi 5 jenis, yaitu: