15 Pembentukan Kata dalam Bahasa Jawa Beserta Contohnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pembentukan kata dalam bahasa jawa disebut dengan rimbag. Rimbag dibentuk dengan memberi ater-ater (awalan), akhiran (panambang), maupun seselan pada kata dasar (tembung lingga). Ada banyak cara atau jenis-jenis pembentukan kata (rimbag) dalam Bahasa Jawa. Berikut adalah jenis dan penjelasannya:

1. Rimbag Tanduk

Rimbag Tanduk adalah pembentukan kata aktif. Rimbag tanduk dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater anuswara pada kata kerja dalam sebuah kalimat. Ater-ater anuswara terdiri dari : m, ng, n, ny.

Ada 3 jenis rimbag tanduk, yaitu:

a. Tanduk Kriya Wantah

Tanduk kriya wantah dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara saja di depan kata kerja (wasesa).

Contohnya :

  • Aku mangan roti (aku makan roti)
  • Ibu nyapu latar (ibu menyapu halaman)
  • Adik njupuk buku (adik mengambil buku)

b. Tanduk -i kriya

Tanduk i kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja (wasesa) dan juga panambang (akhiran) –i di belakangnya.

Contohnya :

  • Rino njupuki kembang (Rino mengambili bunga)
  • Ibu ngresiki kamar (ibu membersihkan kamar)
  • Aku nyikati sepatu ( aku menyikati sepatu)

c. Tanduk -ke kriya

Tanduk ke kriya dibentuk dengan menambahkan ater-ater anuswara di depan kata kerja (wasesa) dan juga panambang –ake di belakangnya.

Contohnya :

  • Rina njupukake klambi ing lemari (Rina mengambilkan baju di lemari)
  • Sinta nyapukake jogan ing umahku (Sinta menyapukan lantai di rumahku)
  • Mas Bayu nukokake adik spidol (Mas Bayu membelikan adik spidol)

2. Rimbag Tanggap

Rimbag tanggap dalah pembentukan kata pasif. Rimbag tanggap dibentuk dengaan menambahkan awalan atau ater-ater tripurusa (dak, ko, di) pada kata kerja atau dengan memberikan seselan in.

rimbang tanggap terbagi menjadi 6 jenis, yaitu:

a. Tanggap utama purusa (tiyang kapisan)

Yaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang pertama. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “dak-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks kalimatnya.

Contohnya adalah:

  • Tanggap utama purusa wantah: Rotine dakjaluk sairis (Rotinnya aku minta seiris)
  • Tanggap utama purusa i kriya : rotine dakpangin nganti entek (rotinya aku makani sampai habis)
  • Tanggap utama purusa ke kriya : klambine dak umbahake kabeh (bajunya tak cucikan semua)

b. Tanggap madyama purusa (tiyang kapindo)

Yaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang kedua. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “kok-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks kalimatnya.

Contohnya adalah:

  • Tanggap madyama purusa wantah: bukune apa wis kok jaluk? (bukunya apa sudah kamu minta?)
  • Tanggap madyama purusa i kriya : segane wis kok pangani (nasinya sudah kamu makani)
  • Tanggap madyama purusa ke kriya : adikmu kok gambarake apa?(adikmu kamu gambarkan apa?)

c. Tanggap pratama purusa (tiyang katelu)

Yaitu kata pasif yang subjeknya adalah orang ketiga. Cara pembentukannya adalah dengan menambah awalan atau ater-ater “di-“ pada kata kerja. Bisa juga dengan memberikan akhiran “i-“ atau “-ke” tergantung pada konteks kalimatnya.

Contohnya adalah:

  • Tanggap pratama purusa wantah: bukune dijaluk marang Mbak Ratna (bukunya diminta sama Mbak Ratna)
  • Tanggap pratama purusa i kriya :  iwake dipakani pelet  (ikannya diberi makan pelet)
  • Tanggap pratama purusa ke kriya : iki digambarake mbakyuku (ini digambarkan kakakku)

d. Tanggap ka

Yaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan ater ater “ka-“ dan bisa juga dengan menambahkan akhiran atau panambang “-i” atau “-ake”.

Contohnya:

  • Tanggap ka wantah : segane wes kapangan bapak (nasinya sudah dimakan bapak).
  • Tanggap ka i kriya : latare katanduran macem-macem kembang (halamannya ditanami macam-macam bunga)
  • Tanggap ka ke kriya : catatane katulisake dening Rima (suratnya dituliskan oleh Rima)

e. Tanggap na

Yaitu kata pasif yang dibentuk dengan memberikan seselan “-in-“ yang artinya di…

Contohnya:

  • Tanggap na wantah : nekere jinaluk dening adhine (kelerengnya diminta adiknya)
  • Tanggap na i kriya : bukune tinulisan catetan pelajaran (bukunya ditulisi catatan pelajaran)

f.  Tanggap Tarung

Yaitu kata pasif yang dibentuk dengan  kata kerja berulang yang artinya sama.

Contohnya: Tulung-tinulung (tolong-menolong)

3. Rimbag Bawa

Rimbag bawa adalah kata yang dibentuk dengan menambagkan ater-ater atau imbuhan: “ké”, “a”, “ma”,  “kuma”, “kapi”, dan seselan “um” pada kata kerjanya.

a. bawa “ka”

Dibentuk dengan menambahkan imbuhan “ka-“ atau “ke-“ .

Contohnya:

  • bawa “ka” wantah: kertase kacemplung ing banyu (kertasnya tercelup ke dalam air)
  • bawa “ka” wisésana: kopine kacemplungan cecek (kopinya kemasukan cicak)

b. bawa “ha”

dibentuk dengan memberikan awalan “a” atau “ma”

contohnya:

  • Simbak akalung emas (Si Kakak punya kalung emas)
  • Deweke maguru ing sanggar tari (dia berguru di sanggar tari)

c. bawa “ma”

Dibentuk dengan memberikan seselan “um”

Contohnya:

  • Klambine gumantung ing pemean (Bajunya tergantung di jemuran)

d. bawa “kuma”, “kami”, “kapi”

Dibentuk dengan memberikan awalan “kuma” atau “kami” atau kapi” pada kata kerjanya.

e. bawa “ma”

Dibentuk dengan memberi seselan “um” pada kata kerjanya.

Contohnya : tradisi iku wis dilakoni turun-temurun (tradisi itu sudah dilakukan turun temurun)

4. Sananta

Yaitu kata kerja aktif (tanduk) yang diberi awalan dak-. Kalimat sananta memiliki arti akan.

Contohnya:

  • Sananta dak wantah : aku dak njaluk sepatu nang Pakdhe (aku mau minta sepatu ke Pakdhe)
  • Santana dak “i” kriya: aku dak njupuki sampah (aku akan mengambili sampah)
  • Sananta dak “ké” kriya: aku dak nukokaké buku adhiku (aku akan membelikan buku adikku)

5. Tandang

Yaitu kata pasif (tanggap) yang dibentuk dengan memberikan awalan “dak-“ dan akhiran Tandang  “é”, “ané”, dan “né”. Kalimat tandang juga memiliki arti akan.

Contohnya:

  • tandang dak wantah : bukune dak jupuké dewe (Bukunya akan kuambil sendiri)
  • tandang “i” kriya : bukunya dak jupukané mariki (bukunya akan kuambili sebentar lagi)
  • tandang “ké” kriya : adhiku dak jupukné buku ing meja (adikku akan kuambilkan buku di meja) = arep dak jupukaké.

6. Sambawa

Tembung sambawa adalah kata yang memiliki arti sanajan (seumpama) atau pangarep-arep (harapan). Kalimat sambawa dibagi menjadi 2, yaitu:

 1. Sambawa saking tanduk

Yaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanduk atau kalimat aktif.

Contohnya: Mau nggawaa dhuwit ya, ben iso tuku buku iki ( Tadi harusnya membawa uang ya, biar bisa beli buku ini)

2. Sambawa saking tanggap

Yaitu kata sambawa yang dibentuk dari kalimat tanggap atau kalimat pasif.

Contohnya : Kokgawaa klambine yo percuma, ora bakal dienggo (Seumpana kamu bawa bajunya juga percuma, tidak bakal dipakai)

Catatan :

  1. Sambawa wantah diberi panambang (akhiran) “a”
  2. Sambawa  “i” kriya panambang “i” berubah menjadi  “ana”
  3. Sambawa “ké” kriya panambang “aké” berubah menjadi “na”

7. Pakon

Pakon adalah kata perintah. Kata pakon atau prentah bisa dibentuk dari kata tanduk (aktif) maupun kata tanggap (pasif).

1. Pakon tanduk

Contohnya : nggawaa klambi gawe salinan ya! (bawalah baju untuk ganti ya!)

2. Pakon tanggap “ya”

Contohnya : klambine gawanen! (bawalah bajunya!)

Catatan:

Di pakon tanduk:

  1. Pakon tanduk Wantah, panambang atau akhirannya “a”
  2. Pakon tanduk “i” kriya, panambang “i” berubah menjadi “ana”
  3. Pakon tanduk “ké” kriya, panambang “aké” berubah menjadi “na”

8. Guna

Guna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat akhiran “en” dan membentuk arti nandang (mengalami)

Contohnya: wis seminggu iki aku wudunen (sudah seminggu ini aku bisulan).

9. Adiguna

Adiguna yaitu kata yang kata dasarnya mendapat awala “ke” da akhiran “en”. Kata adiguna memiliki arti berlebihan/sangat.

Contohnya : andane kedhuwuren, aku ora wani munggah (tangganya terlalu tinggi, aku tidak berani naik)

10. Bawa  – Wacaka

Yaitu kata yang tembung lingga atau kata dasarnya mendapat awalan “ka” dan akhiran “an”. Kalimat bawa-wacaka membentuk kata benda maupun kata tempat.

Contohnya: Aku arep budhal nang kalurahan (aku mau pergi ke kelurahan)

11. Daya Wacaka

Yaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pa” dan akhiran “an”. Kalimat daya wacaka membentuk kata tempat atau waktu.

Contohnya : Ayo mene melu aku nang padusan (ayo besok ikut aku ke pemandian)

12. Kriya – Wacaka / Karana Wacana

Yaitu kata yang tembung lingganya mendapat awalan “pe” atau awalan “pe” dan akhiran “an”

Contohnya : aku pingin dadi penulis (aku ingin menjadi penulis)

13. Tembung Rangkep

Tembung rangkep yaitu kata ulang. Dalam bahasa jawa ada 3 jenis kata ulang, yaitu:

a. Dwilingga, yaitu kata ulang dimana semua kata dasarnya (lingga)nya diulang.

Terdiri atas:

  • Dwilingga wutuh: buku-buku, bocah-bocah
  • Dwilingga salin swara ngarep: corat-coret
  • Dwilingga salin swara kabèh: modhang-mèdhèng, gonjang-ganjing.

b. Dwipurwa, yaitu kata ulang yang diulang adalah awalnya saja.

Contohnya : jejaka,  tetuwuhan.

c. Dwiwasana, yaitu kata ulang yang diulang akhirannya saja.

Contohnya : cengèngèsan, cekakaan.

14. Tembung Jamboran

Tembung jamboran adalah dua kata dasar yang digabung menjadi satu.tembung jamboran terdiri dari:

1. Jamboran wutuh.

  1. Jamboran wutuh yang artinya setingkat, contohnya: gedhé cilik, boya pakéwuh.
  2. Jamboran wutuh yang kata kedua menjadi keterangan untuk kata pertama. Contohnya:  kandhang jaran, jambu wer.
  3. Jamboran wutuh yang kata pertama menjadi keterangan untuk kata kedua. Contohnya: brata yuda, wijaya kusuma.

2. Jamboran tugel atau wancahan.

Yaitu dua kata yang disingkat. Contohnya: dhekwur dari kata endek dan dhuwur

15. Tembung Wancah

Tembung wancah adalah kata yang disingkat. Tembung wancah terbagi menjadi 5 jenis, yaitu:

  1. Nama orang kecil atau dewasa, contohnya: Mulyana jadi Mul atau Yan
  2. Nama tempat, contohnya:  Yogyakarta jadi Yogya
  3. Hitungan, contohnya: siji, loro, telu jadi ji,ro,lu
  4. Kata krama yang disingkat menjadi madya krama, contohnya: punika jadi nika
  5.  Tembung jamboran (Jamboran tugel), contohnya: endhèk lemu menjadi dhèkmu.
fbWhatsappTwitterLinkedIn