Daftar isi
Dalam sebuah penelitian retrospektif, hasil dari suatu kejadian sebenarnya sudah ada pada saat studi dimulai. Hal tersebut tentunya cukup berbeda dengan metode penelitian yang umumnya kita ketahui, yakni melakukan penelitian pada kondisi yang dialami oleh subjek pada masa sekarang.
Sebuah desain penelitian retrospektif digunakan untuk membantu peneliti dalam merumuskan ide-ide tentang kemungkinan asosiasi serta menyelidiki hubungan potensial yang terjadi, meskipun pernyataan kausal biasanya tidak boleh dibuat karena lebih mengarah pada pendeskripsian kondisi.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian retrospektif, mulai dari pengertian, ciri-ciri, contoh studi, hingga kelebihan dan kekurangannya:
Berdasarkan situs National Cancer Institute, penelitian retrospektif adalah studi yang menggunakan perbandingan dua kelompok orang yang masing-masing dengan penyakit atau kondisi tertentu (kasus) serta kelompok dengan kondisi yang serupa, tetapi tidak memiliki penyakit atau kondisi tertentu (kelompok kontrol).
Sedangkan dalam situs Stats Direct, penelitian retrospektif adalah studi dengan cara melihat ke belakang dan meneliti paparan terhadap risiko yang dicurigai atau faktor perlindungan dalam kaitannya dengan hasil yang ditetapkan pada awal penelitian. Studi prospektif diperlukan untuk membuat perkiraan yang tepat baik dari kejadian atau risiko relatif dari suatu hasil berdasarkan paparan.
Menurut Riyanto (2011), penelitian retrospektif merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk menjelaskan masalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kontrol agar dapat menilai ukuran peran variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Pada penelitian klinis khususnya terkait epidemi, penelitian retrospektif merupakan studi observasi yang membutuhkan partisipan dengan penyakit atau kondisi tertentu. Dengan kata lain, seluruh kasusnya harus sudah terjadi sebelum studi dimulai. Tujuannya adalah untuk menemukan faktor risiko atau kondisi lain yang berhubungan.
Penelitian retrospektif cukup berbeda dengan bentuk penelitian pada umumnya yang secara langsung mengenai kondisi yang sedang terjadi. Berikut adalah ciri-ciri lebih lengkap terkait penelitian retrospektif:
Salah satu contoh penelitian yang menggunakan studi retrospektif dilakukan oleh Fernandes dan Indramaya (2018) dengan judul penelitian Studi Retrospektif: Profil Penyakit Rosasea. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi gambaran umum dan evaluasi pasien baru rosasea tahun 2013-2015 silam.
Metode penelitian retrospektif deskriptif digunakan dengan melihat catatan medis pasien rosasea di Divisi Kosmetik Medik URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo dengan cara melakukan evaluasi pada pasien baru berdasarkan anamnesis, klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan kunjungan ulang.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien baru rosasea yang mengunjungi RSUD Dr. Soetomo berjumlah 24 orang dengan keterangan mayoritas adalah wanita dan kebanyakan berusia 25-44 tahun. Kondisi keluhan yang paling banyak terjadi adalah jerawat atau bintil dan kemerahan di wajah dengan subtipe rosasea terbanyak, yaitu eritematotelangiektasis.
Kebanyakan pasien melakukan pengobatan topikal dengan cara terapi metronidazol dan pengobatan sistemik dengan doksisiklin. Sekitar 75 persen pasien juga melakukan kunjungan ulang sebab penyakit ini tidak dapat diobati secara singkat. Di sisi lain, terdapat penurunan jumlah pasien rosasea dari tahun ke tahun.
Penelitian retrospektif memiliki kegunaan yang khusus dan tidak dapat digunakan untuk sembarang penelitian agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu, metode penelitian ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, di antaranya:
Kelebihan
Kekurangan
Demikianlah penjelasan mengenai pengertian, ciri-ciri, contoh studi, serta kelebihan dan kekurangan dari penelitian retrospektif. Kesimpulannya, penelitian retrospektif berbeda dengan penelitian pada umumnya yang menggunakan sumber data dari kondisi sekarang.
Penelitian retrospektif didefinisikan sebagai sebuah desain studi yang menggunakan data dari perbandingan kelompok maupun data secara administratif yand didapatkan dari kejadian di masa lalu. Biasanya, penelitian dilakukan dalam bidang klinis untuk mendapatkan informasi terkait penyakit atau kondisi yang jarang terjadi.
Ciri dari penelitian retrospektif di antaranya yaitu digunakan pada kejadian langka, data dari masa lalu (sumber data administratif, catatan, interviu), serta dapat membantu menunjukkan faktor prognosis untuk terapi terhadap penyakit.
Contoh penelitian retrospektif adalah Studi Retrospektif: Profil Penyakit Rosasea oleh Fernandes dan Indramaya (2018). Hasilnya, setelah melihat catatan medis pasien ditemukan bahwa terdapat 24 pasien yang mengunjungi RSUD Dr. Soetomo kebanyakan dengan kondisi penyakit rosasea subtipe eritematotelangiektasis.
Kelebihan dari penelitian ini adalah waktu dan biaya sedikit, teknk pengambilan sampel efisien, dan berguna dalam penelitian masalah kesehatan yang kurang umum. Kelemahan dari penelitian ini adalah kemungkinan data kurang lengkap, bias seleksi populasi, serta kesulitan menemukan kelompok kontrol.