10 Peninggalan Kerajaan Nan Sarunai di Banjarmasin

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kerajaan Nan Sarunai masih berkaitan erat dengan sejarah kesultanan terbesar yang ada di Kalimantan Selatan, yakni kesultanan Banjar. Kehidupan kerajaan ini selalu dihubungkan dengan kehidupan orang-orang dari Suku Maanyan.

Suku Maanyan merupakan salah satu sub suku Dayak tertua yang ada di Borneo. Kata Sarunai sendiri diartikan sebagai sangat termasyur. Penamaan kerajaan ini berkaitan erat dengan kemasyhuran suku Dayak Maanyan pada saat itu. Di mana suku ini terkenal sebagai pelaut yang tangguh bahkan dapat berlayar sampai ke Madagaskar.

Beberapa pendapat mengemukakan bahwa Sarunai memiliki makna sejenis alat musik seruling yang di mana terdapat tujuh buah libang. Aat musik ini oleh suku Dayak Maanyan sering dimainkan untuk mengiringi tarian dan nyanyi-nyanyian.

Hal ini dikarenakan raja dan rakyat kerajaan Nan Sarunai begitu menyukai kegiatan menyanyi dan menari. Tak heran jika nama kerajaan nan sarunai dikaitkan dengan sejenis alat musik. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwasanya Nan Sarunai adalah kerajaan yang di manan rakyat serta rajanya menyukai alat musik, tarian dan nyanyian.

Berikut ini beberapa peninggalan dari kerajaan Nan Sarunai.

1. Hujung Panti

Salah satu peninggalan dari kerajaan Nan Sarunai adalah Hujung Panti. Hujung Panti ini merupakan sebuah tonggak kayu yang oleh masyarakat Maanyan dinamakan hujung panti. Benda ini merupakan peninggalan suku Dayak maanyan.

Hujung Panti ditemukan di kota Banjarmasin lebih tepatnya berada di barat laut kota Banjarmasin. Hujung Panti digunakan oleh orang Maanyan kuno untuk memandikan anak pertama kali yang baru lahir di sungai mubur walenon. Konon tonggak kayu ini digunakan hingga abad ke-14.

2. Tiang Bekas Rumah Kuno

Sama halnya dengan Hujung Panti, di kota Banjarmasin ditemukan pula tiang bekas rumah kuno. Tiang tersebut ditemukan di Banyar kayutangi. Banyar kayutangi merupakan kebun buah yang diduga sebagai tempat tinggal orang Maanyan hingga abad ke 16.

Di tempat ini terdapat sebuah pada rumah kuno yang terbuat dari kayu besi. Bahkan hingga saat ini masih terdapat sisa tiang tersebut. Tempat ini berada tak jauh dari lapangan terbang Syamsuddin Noor yakni sekitar 24 km dari kota Banjarmasin.

2. Balontang dan makam kuno

Peninggalan kerajaan nan sarunai lainnya adalah ditemukannya sebuah balontang dan makam kuno. Kedua benda tersebut terbuat dari kayu besi dan terdapat di Liang Anggang. Balontang sendiri merupakan adat orang Maanyan simbol dari arwah yang sudah meninggal dunia dan mengadakan pesta adat dengan sempurna.

4. Penyimpanan benda pusaka

Di Gunung Pharmaton atau gunung madu Maanyan terdapat sebuah tempat penyimpanan benda pusaka bekas dari kerajaan Nan Sarunai. Benda pustaka tersebut telah dirampas kembali dengan Tanjung Negara pada tahun 1362.

5. Makam raja anyan atau Ammah Jarang

Dalam catatan sejarah tulisan orang Maanyan, tidak banyak yang kenal dengan makam raja Anyan atau ammah. Makam ini berada tepat di belakang masjid dua benua lawas. Di sumur tua merupakan tempat Raden Anyan gugur ditembak oleh Laksamana Nala yang tertutup di lantai masjid tersebut.

Di belakang masjid ada sebuah pohon Kamboja yang begitu besar dengan jumlah tujuh buah pohon. Konon, keberadaan pohon ini dijadikan sebagai eringatan moksanya tujuh orang putera Raden yakni di antaranya Engkai Lin, Idong, Panning, Jarang dan Bangkas.

Selain itu, terdapat pula sumur tua yang berada di sekitar kecamatan Benua Lawas. Sumur ini dinamakan sumur Ammah. Ammah sendiri merupakan nama kecil raja Raden Anyan yang digunakan khusus bagi anggota kerajaan Nan Sarunai.

Di dalam masjid terdapat lain sindai yang berasal dari tenunan India yang dibeli saat perdagangkan berlangsung dari Kalimantan Selatan hingga pulau Madagaskar di lepas pantai timur benua Afrika. Ditemukan pula beberapa benda kuni seperti piring celedon, kenong, guci dan gong yang merupakan tempat pengawetan daging dengan cara tradisional yang dinamakan dengan Wadi.

Selain itu ada pula Katammung yang merupakan gendang panjang dan sudah diamankan oleh pihak kebudayaan setempat. Di halam masjid tua terdapat dua buah tempayan kuno yang digunakan untuk menyimpan air wudhu.

Di sebelah kanan serambi depan masjid ditemukan Lewu Hiyang. Lewu Hiyang sendiri merupakan benda yang digunakan untuk menyimpan sesajen kepada roh para leluhur saat pesta adat Bontang.

6. Ditemukan sebuah Goa

Di daerah Burung Lapas ditemukan sebuah gia dan tanah yang sudah ditumbuhi pepohonan. Tepatnya berada di km 24 dari Martapura ke arah Rantau atau 150 km ke arah kanan jalan antara Martapura dan Binuang. Goa tersebut diduga merupakan tempat pemukiman Nan Sarunai pada abad ke-13. Saat itu mereka belum mengenal sistem pemerintahan raja.

Kemudian Nan Sarunai dipindahkan ke daerah Benua Lawas. Baru di tempat tersebut sistem pemerintahan berbentuk kerajaan mulai diterapkan dan dikenal oleh masyarakat. Di saat yang bersamaan pula lahir hukum adat yang digunakan orang Maanyan bahkan hingga saat ini.

7. Pusat Tempat Tinggal Prajurit

Pulau kadap merupakan tempat tinggal yang menjadi pusatnya pad prajurit Kerajaan Nan Sarunai. Pusat tempat tinggal prajurit ini digunakan sebelum terjadinya perang Nan Sarunai yang kedua yakni pada tahun 1362. Konon para prajurit tinggal dan hidup di pulau kadap ini sebelum perang nan sarunai kedua berlangsung.

8. Kuburan Masal atau Tambak

Di Banyu Hirang lebih tepatnya di sebelah selatan Danau Panggang ditemukan beberapa kuburan masal yang dinamakan dengan tambak. Tambak merulaka merupakan tempat penguburan para prajurit Kerajaan Nan Sarunai dan Kerajaan Prajurit. Para prajurit tersebut merupakan korban perang yang berlangsung pada bulan Desember tahun 1362.

Abdullah Wahad sebagai penjala ikan telah ditemukan tahin 1953, yang merupakan tiang ikan yang telah tertimbun umpur satu meter di permukaan air. Jala ikan tersebut tersangkut pada bagian tiang kapal. Tempat tersebut berada di sebuah danau Telaga Silaba yang terletak di kabupaten Hulu Sungai bagian selatan.

9. Candi Laras dan Candi Agung

Ditemukannya Candi Laras yang merupakan peninggalan agama Hindu untui memuja dewa Syiwa pada abad ke 14 sampai abad ke 16. Ditemukan pula patung batu babi pada tahun 1362 oleh masyarakat Maanyan. Patung babi tersebut dijadikan sebagai patung prasasti.

Sementara itu, di kota Amuntai ditemukan sebuah Candi Agung. Candi ini merupakan tempat pemujaan agama Hindu Syiwa pada abad ke-14 dan abad ke-16..di tempat ini pula ditemukan tambak wasi. Tambak wasi adalah tempat pembakaran mayat para prajurit korban perang Nan Sarunai pertama ada tahun 1358.

10. Pemukiman tempat bekas para prajurit

Pemukiman prajurit perang sebelum perang berlangsung, mereka ditinggal di Pulau Kadap. Lalu setelah perang terjadi mereka berpindah tempat tinggal di Kota Negara. Kota Negara adalah dahulunya menjadi tempat tinggal para prajurit Majapahit dan Kerajaan Nan Sarunai yang berasal dari suku Madura dan Bugis.

Setelah perang terjadi, di tempat ini terdapat orang-orang yang dapat membuat alat-alat rumah tangga dan alat-alat kebutuhan sehari-hari. Mereka dapat membuat kenong, tembikar, gamelan dangelang yang biasa digunakan untuk tarian wadian dadas dan bawo.

Di mana pada gamelan tersebut mereka juga membuat lima nada yakni do, re, mi, sol dan la. Nada-nada inilah yang kemudian digunakan oleh orang-orang Maanyan ketika bernyanyi dan bermain alat musik. Selain itu, di tempat ini ditemukan sebuah sumur kuno yang airnya berwarna merah. Konon sumur tersebut disimbolkan sebagai prasasti saat peristiwa perang yang terjadi pada bulan Desember 1362.

fbWhatsappTwitterLinkedIn