Daftar isi
Kerajaan Banten merupakan kerajaan islam yang berada di Pulau Jawa, tepatnya di tanah sunda, Banten. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Banten menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan, karena memiliki letak yang strategis.
Berikut ini peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan banten, simak pembahasannya.
Masjid Agung Banten merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Banten. Masjid Agung Banten terletak di desa Banten Lama. Pada bagian kanan dan kiri dari Masjid Agung Banten terdapat serambi dan juga makan dari kesultanan Banten serta Keluarganya.
Masjid Agung Banten dibangun pertama kali oleh putra Sunan Gunung Djati yaitu Sultan Maulana Hassanuddin, tepatnya pada tahun 1552-1570. Jadi bangunan masjid ini sudah berdiri sejak 4 abad lamanya, namun masih berdiri dengan kokoh.
Peninggalan sejarah kerajaan Banten yang selanjutnya yaitu Meriam Ki Amuk. Meriam Ki Amuk merupakan Meriam yang terletak di depan masjid Agung Banten dan dikenal sebagai Meriam yang memiliki daya tembakan yang cukup jauh serta ledakan yang besar.
Meriam Ki Amuk ini dihadiahkan kepada Sultan Maulana Hassanuddin oleh Sultan Trenggono dan digunakan untuk menjaga pelabuhan Karanghantu yang berada di Teluk Banten.
Benteng Speelwijk merupakan salah satu benteng peninggalan Belanda. Awal mula Benteng ini dibangun yaitu karena Belanda ingin menjadikan benteng ini sebagai tempat berlindung dari serangan para pengikut Sultan Ageng Tritayasa.
Namun sebelum membangun benteng Speelwijk ini, Belanda meminta izin terlebih dahulu kepada Sultan Haji, putra Sultan Ageng Tritayasa. Hal ini dikarenakan Sultan Haji berbeda dengan Sultan Ageng Tritayasa yang terkenal sebagai anti Belanda.
Pembangunan Benteng Speelwijk ini dibangun sekitar tahun 1681 sampai dengan 1684. Benteng ini menjadi bukti penjagaan Kerajaan Banten atas serangan laut yang juga digunakan untuk mengawasi aktivitas di pelayaran.
Istana Keraton Kaibon merupakan peninggalan kerajaan Banten yang dahulu menjadi tempat tinggal dari Ratu Aisyah, ibu dari Sultan Syafiudin. Istana Keraton Kaibon dibangun pada tahun 1815, dan merupakan keraton kedua setelah Keraton Sursowon. Namun sayangnya, sekitar tahun 1832 keraton ini dihancurkan oleh Belanda bersama dengan Keraton Surosowan.
Hal tersebut dikarenakan Belanda sangat marah kepada Sultan Syafiudin yang menolak dengan tegas untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai ke Panarukan, serta memenggal kepala Du Puy seorang utusan dari Belanda yang menyampaikan proyek tersebut kepada Sultan Syafiudin.
Peninggalan Kerajaan Banten yaitu Istana Keraton Surosowan. Istana Keraton Surosowan ini merupakan tempat tinggal para sultan kerajaan Banten sekaligus menjadi central pemerintahan kerajaan Banten. Istana Keraton Surosowan telah berdiri sekitar abad ke 17 atau sekitar tahun 1526-1570.
Tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hassanuddin. Namun Istana Keraton Surosowan bukan merupakan tempat tinggal Sultan pertama Banten, karena pada saat itu istana tempat tinggal Sultan pertama Banten yaitu diperkirakan berada di daerah Karangantu.
Peninggalan Kerajaan banten selanjutnya yaitu Vihara Avalokitesvara. Peninggalan yang satu ini menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan Banten memiliki keterbukaan atau toleransi terhadap seluruh agama.
Pada Vihara ini terdapat relief legenda siluman ular putih di bagian dindingnya. Vihara Avalokitesvara menjadi Vihara tertua di Banten, yang sudah berdiri sejak abad 16 atau sekitar tahun 1652 ketika masa kejayaan kesultanan Banten.
Peninggalan kerajaan Banten yang akan dibahas selanjutnya yaitu Danau Tasikardi. Danau Tasikardi merupakan danau buatan yang terletak di kota Serang, Banten. Dinamakan Tasikardi karena memiliki arti buatan dalam bahasa sunda kuno.
Danau Tasikardi dibuat ketika masa pemerintahan sultan Banten kedua, yaitu Sultan Maulana Yusuf. Selain sebagai menampung air sungai Cibanten dan sebagai pemasok air di Keraton serta masyarakat, namun Danau ini juga menjadi tempat peristirahatan bagi Sultan Banten dan juga keluarganya.