Daftar isi
Sultan Hasanudin merupakan pahlawan nasional sekaligus pemimpin kesultanan islam di kerajaan Gowa-Tallo. Beliau memimpin Kesultanan Gowa sejak tahun 1653 hingga tahun 1669. Setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 1655, Sultan Hasanuddin kemudian dinobatkan sebagai Raja.
Pemilihan pemimpin ini berdasarkan prestasi yang ia raih ketika ayahnya memerintah kerajaan Gowa-Tallo. Sultan Hasanuddin lahir 12 Januari 1631 di Makassar, Sulawesi.
Sultan Hasanudin lahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape dan mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur”. Beliau mendapat julukan seperti itu karena sosoknya yang berani dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.
Berikut ini peninggalan sejarah Sultan Hasanuddin di kerajaan Gowa Tallo, di antaranya:
Peninggalan pertama yaitu istana tua yang sekarang dikenal sebagai Museum Balla Lompoa. Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari istana Kerajaan Gowa yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-31, sekitar tahun 1936.
Museum Balla Lompoa memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan berbagai koleksi benda-benda peninggalan sejarah Kerajaan Gowa.
Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum dalam setiap ruangan pada bangunan museum. Tidak hanya itu museum ini juga menjadi tempat makam Sultan Hasanudin
Benteng Ujung Pandang atau yang dikenal juga sebagai Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu peninggalan sejarah Sultan Hasanudin. Bangunan bersejarah ini terletak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Bangunan ini lalu menjadi benteng Fort Rotterdam yang berfungsi sebagai markas komando pertahanan, kantor perdagangan, pusat pemerintahan di wilayah timur Nusantara, dan di sekitar benteng juga terdapat pemukiman penduduk.
Peninggalan Sultan Hasanudin yang selanjutnya yaitu Batu Pallantikan. Batu Pallantikan merupakan batu yang terletak di sebelah tenggara kompleks makam Tamalate.
Batu Pallantikan dahulu dijadikan sebagai tempat sumpah oleh setiap penguasa baru Gowa-Tallo. Batu pallantikang adalah batu alami tanpa pembentukan, terdiri dari satu batu andesit yang diapit 2 batu kapur.
Masjid Katangka atau dikenal juga sebagai Masjid Al-hilal merupakan salah satu peninggalan sejarah Sultan Hasanudin, Masjid katangka ini terletak di provinsi Sulawesi Selatan dan menjadi salah satu masjid tertua di provinsi tersebut.
Dinamakan Masjid Katangka karena lokasi masjid ini berada di kelurahan Katangka, kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Masjid Katangka digunakan sebagai tempat beribadat dan dahulu digunakan juga sebagai kediaman para aristokrat yang berasal dari Pulau Jawa.
Benteng Somba Opu merupakan benteng kerajaan Gowa yang dibangun oleh Sultan Gowa ke-9, pada tahun 1525. Kemudian, pembangunan dilanjutkan kembali oleh Raja Gowa ke-12 dan Sultan Alaudin.
Lalu pada masa Sultan hasanuddin, benteng ini disempurnakan dan dijadikan sebagai benteng induk, pusat perniagaan, tempat berlabuhnya kapal, serta pusat pemerintahan Kerajaan Gowa.
Pada makam Sultan Hasanuddin yang berada di dalam satu kompleks dengan pemakaman raja-raja Gowa dan Tallo, terdapat sebuah batu nisan yang dibangun di atas makam raja Makasar. Batu nisan tersebut terdapat seni ukir yang indah dan juga ada beberapa kaligrafi di batu nisan Sultan Hasanuddin.