5 Peristiwa Merah Putih di Manado Bagi Indonesia

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Peristiwa Merah Putih yang terjadi di Manado merupakan peristiwa penyerbuan markas militer Belanda yang ada di Teling. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali datang ke tanah air dengan diboncengi tentara NICA.

Tujuan mereka adalah untuk menguasai Indonesia setelah berhasil membuat Jepang menyerah tanpa syarat. Salah satu wilayah yang menjadi incaran Belanda adalah Manado.

Saat itu, masyakarat Sulawesi Utara baru mengetahui berita mengenai kemerdekaan pada tanggal 21 Agustus 1945. Setelah mendengar kabar tersebut mereka segera mengibarkan bendera merah putih di semua area dan menduduki kantor-kantor pemerintahan Jepang.

Kemudian, pada bulan Oktober awal, tentara Sekutu dengan diboncengi NICA menginjakkan kaki di Sulawesi Utara. Kedatangan mereka membuat geram masyarakat Sulawesi Utara. Selain keinginan untuk menduduki wilayah Manado, kedatangan mereka juga membawa kabar fitnah.

Mereka menyebarkan berita bahwa kemerdekaan hanyalah berlaku bagi masyarakat Jawa. Sehingga terjadilah pertempuran merah putih di Manado pada tanggal 14 Februari 1946. Pertempuran ini menyebabkan banyak dampak bagi Indonesia.

Salah satunya adalah keadaan Manado yang memanas sejak kedatangan Belanda dan NICA. Lalu, bagaimana dampak adanya pertempuran merah putih di Manado? Selengkapnya di bawah ini.

1. Perebutan kekuasaan dari tangan Belanda

Belanda kembali datang ke Indonesia dengan menginjakkan kaki di Sulawesi Utara pada bulan Oktober 1945. Kedatangan mereka membuat ricuh rakyat Sulawesi Utara. Namun, rakyat Sulawesi Utara saat itu masih enggak untuk melakukan perlawanan kepada Belanda. Sehingga, Manado bisa kembali diduduki oleh Belanda dan NICA.

Sebetulnya, sebelum kedatangan pasukan sekutu, Jepang telah menyerahkan daerah Sulawesi ke tangan petinggi Barisan Pemuda Petinggi Indonesia atau BPNI yakni E.H.W. Palengkahu. Namun, kedatangan sekutu kembali membuat Manado berhasil dikuasai. Sehingga, BPNI bersama KNIL secara dian-diam berusaha melakukan upaya untuk merebut kekuasan dari penjajah.

Sayangnya, rencana ini diketahui oleh pasukan NICA. Mereka akhirnya menangkap anggota BPNI pada tanggal 10 Januari 1946. Kemudian dilanjut pada tanggal 10 Februari 1946, tokoh KNIL juga ditangkap. Melihat situasi yang terjadi, seorang pemimpin militer yakni Charles ChoesTaulu bersama Sersan SD Wuisan menggerakkan pasukannya untuk mengambil alih markas pusat militer milik Belanda.

Rencana ini sebetulnya sudah disusun pada tanggal 7 Februari 1946. Penyusunan rencana dibantu oleh Bernar Wilhem Lapian, seorang politisi dari kalangan Sipil. Pada tanggal 14 Februari, puncak penyerbuan pun dilakukan. Namun, sebelum pada pemimpin pasukan berhasil ditangkap oleh tentara Belanda termasuk Taulu dan Wuisan.

Hal ini mengakibatkan rencana pemberontakan ke tangki militer dipindahtugaskan kepada Mambi Runtukahu. Bersama dengan rakyat Manado, mereka berhasil membebaskan pada tawanan termasuk para pemimpin yang didalamnya terdapat C Taulu dan Wuisan.

Setelah semua tawanan berhasil dibebaskan, pertempuran dilanjutkan kembali. Puncaknya terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda yakni yang berwarna merah, putih, dan biru. Benderah berwarna biru dirobek kemudian menjadi bendera merah putih yang tak lain merupakan bendera milik Indonesia.

Kemudian, bendera merah putih dapat berkibar di atas gedung milik Belanda. Selain itu para pemimpin Belanda juga berhasil ditangkap termasuk pimpinan tangki militer dan pemimpin garnisun Manado. Dengan berhasil mengalah Belanda, rakyat Manado berhasil mengambil alih kekuasaan kembali dari tangan Belanda.

2. Sulawesi Utara menjadi Bagian dari NKRI

Selama ini dalam berbagai perjanjian yang terjadi antara Indonesia Belanda, wilayah yang berada di luar pulau Jawa dan Sumatra bukanlah termasuk pada wilayah kekuasaan Republik Indonesia yang ketika itu berpusat di Yogyakarta.

Selain itu juga pernyataan dari wakil tentara sekutu Inggris yang ada di Makasar yakni Kolonel Purcel menyatakan bahwa Sulawesi Utara dianggap sebagai sebuah negara merdeka. Hal ini dikarenakan wilayah ini memiliki wilayah, pemerintahan, tentara dan rakyat sendiri.

Di mana keempat hal tersebut merupakan ciri dari sebuah negara. Saat itu, pada tanggal 14 Februari 1946, ia menyatakan perang kepada kekuasaan Sulawesi Utara yakni di bawah Lapian dan Taulu. Perang tersebut dikenal dengan pertempuran merah putih Manado.

Namun, pada tanggal 22 Februari 1946, Lapian-Taulu yang merupakan pemerintah merah putih di Manado, menyatakan bahwa Sulawesi Utara merupakan bagian dari NKRI yang pusat pemerintahannya ada di Yogyakarta saat itu.

Pernyataan ini disampaikan pada rapat umum di lapangan Tikala. Pernyataan yang disampaikan oleh pemimpin merah putih ini seolah menegaskan bahwa Sulawesi Utara bukanlah sebuah negara merdeka melainkan bagian dari wilayah NKRI.

Lewat pertempuran merah putih yang terjadi di Manado, putra-putra Minahasa seolah ingin membantah pernyataan hanya pulau Jawa dan Sumatra saja yang memperjuangkan kemerdekaan.

Rakyat di Sulawesi Utara pun turut memperjuangkan kemerdekaan meskipun terlambat mengetahui berita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Semua kalangan dari rakyat, tentara, barisan pejuang, laskar rakyat, politisi bahu membahu untuk mengambil alih kekuasaan di Manado.

Mereka juga yang ada di Sulawesi Utara ikut memperjuangkan kemerdekaan melalui pertempuran merah putih. Seolah menegaskan, setelah berhasil menduduki kekuasaan, mereka mengibarkan bendera merah putih yang secara tak langsung menyatakan bahwa Sulawesi Utara adalah bagian dari NKRI. Bahkan mereka berhasil merebut kekuasaan dari tangan penjajah.

3. Semua Pejabat Belanda NICA dan KNIL ditangkap dan dideportasi ke Morotai

Setelah peristiwa pendudukan markas milik Belanda di Manado dan perobekan bendera biru, mereka dapat menancapkan kekuasaan yang diambil alih Belanda. Mereka mengibarkan bendera merah putih di setiap area, baik gedung maupun perkantoran.

Selain itu, setelah berhasil mengalahkan Belanda, mereka menangkap para pemimpin pasukan Belanda seperti Letnan Verwaayen yang merupakan pimpinan tangki militer dan Kapten Bloom, seorang pemimpin Garnisun Manado.

Setelah pergantian pemerintahan menjadi pemerintahan nasional yang dipimpin Lapian dan Tauli para pejabat NICA dan anggota KNIL yang memihak Belanda ditangkap. Kemudian mereka dikeluarkan dari wilayah Sulawesi Utara ke Morotai. Terdapat dua kubu dalam KNIL.

Ada yang mendukung Indonesia, mereka telah menyadari betul betapa pentingnya peran mereka dalam melawan penjajah. Sehingga, mereka membantu laskar rakyat melucuti senjata Belanda. Namun, ada pula yang berpihak ke Belanda. Mereka inilah yang kemudian dideportasi setelah para pemimpin merah putih berhasil menduduki markas Belanda.

Sayangnya, keberhasilan mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda tidak berlangsung lama. Sebab, pada awal bulan Maret kapal perang milik Belanda yakni Piet Hein tiba di Manado.

Kapal perang tersebut membawa pasukan sekitar satu batalyon. Kedatangan mereka disambut oleh pasukan KNIL yang ada di pihak Belanda. Kemudian, pada tanggal 11 Maret pada pemimpin gerakan merah putih diundang oleh Belanda ke kapalnya.

Semula, Belanda mengatakan bahwa undangan tersebut untuk melakukan sebuah perundingan. Padahal, tujuan utama undangan tersebut adalah untuk dilakukan penahanan kepada para pemimpin merah putih tersebut.

Undangan tersebut merupakan siasat yang dilancarkan Belanda untuk melemahkan barisan perjuangan Sulawesi Utara. Pada akhirnya, Sulawesi Utara kembali dikuasai oleh Belanda.

4. Tercapainya Tujuan yang termuat dalam Proklamasi

Adanya peristiwa pertempuran merah putih merupakan upaya untuk mempertahankan makna proklamasi yang sebagaimana telah dibacakan oleh Soekarno dan Hatta. Setelah berhasil mencapai kemenangan, pada tanggal 15 Februari 1946, Taulu selaku pemimpin perjuangan mengeluarkan sebuah maklumat no 1. Maklumat ini dibuat dengan tujuan sebagai upaya untuk mempertahankan makna proklamasi yang susah payah didapatkan.

Secara garis besar maklumat ini berisi permintaan kepada rakyat agar membantu perjuangan kemerdekaan secara sepenuhnya. Selain itu, para pejuang diminta untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Belanda. Tentara RI Sulawesi Utara diminta untuk menjamin kondisi keamanan seluruh wilayah Sulawesi Utara.

Perjuangan tetap dilakukan namun tidak mengganggu kegiatan seperti kegiatan ekonomi di pasar, kantor pemerintahan, dan toko-toko harus tetap berjalan seperti biasanya. Siapapun yang berani melakukan upaya untuk mengacaukan keadaan seperti melakukan penculikan, perampokan, penganiayaan akan mendapatkan hukuman mati di depan publik.

Setelah maklumat pertama dikeluarkan, maklumat kedua pun dikeluarkan. Namun, isi dari maklumat kedua ini merupakan pemberitahuan penyelenggaraan rapat umum di Gedung Minahasa Road pada tanggal 16 Februari. Rapat ini dihadari oleh kepala distrik dan onder distrik di Minahasa, pemimpin daerah Gorontalo, dan para pemimpin lainnya.

Rapat ini dipimpin oleh ketentaraan Indonesia yang ada di Sulawesi Utara. Rapat tersebut menghasilkan susunan pemerintahan yang ada di wilayah Sulawesi Utara seperti ditetapkannya BW Lapian sebagai kepala pemerintahan sipil Sulawesi Utara.

5. Pengakuan Kedaulatan di Mata Dunia

Pertempuran merah putih di Manado bukan hanya menjadi perhatian dalam negeri saja melainkan penduduk dunia. Sebab, kejadian ini disiarkan secara berulang-ulang melalui siaran radio dan telegraf dinas penghubung militer yang ada di Manado. Selanjutnya siaran tersebut dilanjutkan oleh kapal perang Australia SS Luna ke markas besar sekutu yang ada di Brisbane.

Pemberontakan yang dilakukan oleh Lapian dan Taulu menjadi berita utama di radio Australia. Selain itu, di BBC London dan Radio San Fransisco Amerika Serikat menyebarluaskan hal yang sama. Pemberitaan mengenai direbutnya tangki militer di Teling serta bendera merah putih yang berhasil memukul mundur pasukan Belanda menjadi pembicaraan utama.

Dengan adanya pemberitaan tersebut membuat rencana provokasi yang dilakukan oleh Belanda di luar negeri menjadi gagal. Semula, Belanda menyebarluaskan informasi mengenai kemerdekaan yang hanya diperjuangkan di pulau Jawa saja.

Tindakan Belanda ini seolah ingin menunjukkan bahwa proklamasi kemerdekaan tidak seluruhnya dilakukan oleh semua rakyat Indonesia serta daerah-daerah lain masih menjadi berada di bawah kekuasaan Belanda.

Adanya pemberitaan mengenai peristiwa merah putih di Manado dapat membuka mata dunia dan membantah provokasi yang dilancarkan Belanda. Adanya peristiwa ini membuat pengakuan internasional mengenai kemerdekaan RI semakin cepat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn