Reference dan Inference dalam Pragmatics

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pragmatik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna dari pembicara, dan membutuhkan konteks ketika ingin menganalisa ungkapan dari si pembicara serta hubungan antara pembicara dengan bahasa, itu mengapa dalam pragmatik mempelajari reference dan juga inference.

Reference

Reference, merupakan tindakan pembicara/penulis menggunakan bentuk linguistik untuk memungkinkan pendengar/pembaca mengidentifikasi sesuatu, reference tergantung pada niat pembicara, misalnya untuk merujuk pada sesuatu, dan pada keyakinan pembicara misalnya agar pendengar dapat mengidentifikasi niat pembicara.

Referring Expression

Bentuk linguistik yang digunakan dalam reference adalah referring expression. Referring expression adalah bagian bahasa yang digunakan untuk mengaitkan satu hal dengan satu hal lainnya diluar bahasa. Dan hanya sifat objek nya yang bisa dibayangkan. Berikut yang termasuk referring expression:

Referring expressionContoh 1Contoh 2
Proper Noun (spesifik)Barack ObamaMonas
Definite Noun (Umum nya diawali dengan articles seperti the, a, an)The President of USAThe National Monument of Indonesia
Indefinte Noun (Umum)A manA monument
Pronoun (Kata ganti)SheIt

Inference

Jika reference dilakukan oleh dan bergantung pada tujuan pembicara, inference (kesimpulan) adalah tugas pendengar untuk membuat kesimpulan agar memiliki interpretasi makna dengan si pembicara (maksud si pembicara), yang menunjukkan proses penguraian makna pragmatis dari suatu ucapan. Untuk melakukannya, pendengar menggunakan pengetahuan tambahan untuk memahami apa yang belum dikatakan secara eksplisit (penyampaian secara langsung).

Aspek Reference dan Inference

1. Penggunaan Referensial dan Attributive

Merupakan konsep yang merujuk pada sesuatu yang tidak selalu sesuai dengan bentuk nya (gambar wujud nya). Penutur mengajak pembaca untuk berasumsi secara fisik ketika yang deskripsikan tidak ada. Contoh :

  • There are a man waiting for you. (Ada laki-laki yang menunggu mu)

Kalimat diatas hanya menginformasikan bahwa ada seorang lelaki yang menunggu, tetapi tidak tahu siapa laki-laki yang dimaksud. Maka, secara tidak langsung pendengar akan berasumsi pada seseorang yang dimaksud, mungkinkah seseorang yang ia kenal atau orang lain.

  • He wants to marry a beautiful women. (Dia ingin menikah dengan wanita cantik)

Pada contoh kalimat kedua, pendengar akan langsung berasumsi setelah mendengar nya, karena pendengar akan berasumsi gadis cantik seperti apa yang ingin dia nikahi, karena setiap orang memiliki asumsi yang berbeda terhadap wanita cantik.

  • We are eager to buy a household appliance. (Kami sangat ingin membeli peralatan rumah tangga)

Alat-alat rumah tangga sangatlah banyak, pendengar pun akan terus berasumsi tentang peralatan rumah tangga yang mereka ingin beli.

Perhatikan penggunaan attributive a adalah sebelum kata ganti (referential nya). Dan ini menjadi ciri dari penggunaan referential dan attributive.

2. Name dan Reference

Name dan reference adalah proses kolaborasi antara maksud dan tujuan. Biasanya merujuk pada kepercayaan/keyakinan, pengetahuan serta kebudayaan yang sama. Salah satu contohnya adalah seringnya terjadi di masyarakat saat ini ketika ingin membeli sabun colek di warung, kita akan bilang “saya ingin membeli sabun colek” tanpa menyebutkan nama merek sabun tertentu.

Namun penjual dengan mengerti memberikan sabun dengan merek terkenal tanpa ada ragu dan bingung apa yang dimaksud dengan sabun colek. Karena baik penjual dan pembeli sudah sama-sama tahu istilah sabun colek tersebut merujuk pada merek sabun terkenal.

Contoh : A : I’ll wait you at sky (aku akan menunggumu di sky). B : Ok, noted.

Maksud Sky disini bukan sky (langit) yang sebenarnya, namun bisa jadi sebuah tempat, atau sesuatu yang lain, respon dari penutur B menunjukkan bahwa ia tahu apa yang dimaksud dengan reference sky diatas, bisa jadi sky adalah suatu nama tempat.

3. The Role of Co-Text

Kemampuan kita untuk mengidentifikasi referensi yang dimaksudkan sebenarnya dan lebih bergantung pada pemahaman kita. The role of co-text umum nya membatasi kita untuk berimpretasi di luar dari konteksnya.

Contoh : These potato cakes are made from fried potatoes and pounded with a mixture of chicken meat. (perkedel kentang dibuat dari kentang goreng yang di tumbuk dan dicampur daging ayam).

Ketika penutur mengungkapkan kalimat ini, pendengar secara otomatis akan berasumsi sesuai dengan apa yang penutur katakan, bahwa perkedel kentang dibuat dari kentang goreng yang ditumbuk dengan campuran daging ayam. Tanpa berasumsi lain (diluar konteks) selain dari ucapan si penutur.

Contoh: The fried rice left without paying. (nasi goreng nya di tinggal tanpa bayar)

Kalimat di atas memiliki arti nasi goreng nya dibiarkan begitu saja tanpa bayar. Kalimat ini bukan terfokus pada nasi goreng nya, namun merujuk (reference) ke orang nya. Karena kita tahu bahwa ungkapan si penutur tentang nasi goreng yang dibiarkan begitu saja tanpa bayar adalah membicarakan orang nya, bukan nasi goreng atau yang lain nya.

4. Anaphoric Reference

Anaphoric reference mengajak pendengar untuk terus mengidentifikasi dengan tepat. Reference sendiri memiliki 3 jenis reference nya yaitu :

  • Anaphoric reference (Initial reference disebutkan di awal)
  • Cataphoric reference (Initial reference disebutkan di akhir)
  • Zero Anaphora (ungkapan yang tidak memiliki reference)

Contoh:

  • In the first chapter a girl and a boy were trying to escape from the chase of monsters. The boy grabbed the girl‘s hand and pulled her to move quickly. He shouted loudly at her to keep running to avoiding monster.

Phrase yang dicetak tebal adalah initial reference, sedangkan yang bercetak miring dan tebal adalah adalah anaphoric reference nya. Dan kalimat diatas adalah Anaphoric reference karena initial reference nya di sebutkan lebih dulu.

Contoh:

  • I headed for the kitchen with minimal lighting, and walked slowly. Suddenly I tripped over something and it hurt my leg, I tried to see it but it’s hard. Until I took it, it turned out to be a worn wood with a sharp surface.

Kalimat di atas adalah cataphoric reference karena initial reference nya di sebutkan setelah anaphoric reference it. Jadi, ketika pembaca membaca kalimat tersebut pembaca akan terus mengidentifikasi kata it ini hingga menemukan initial word nya dan ternyata it adalah a worn wood.

Contoh:

  • Open the wrap of the noodle seasoning then pour into a bowl, then stir until all the spices are well blended with the noodles.

contoh terakhir ini adalah zero reference, dimana tidak ada anaphoric reference dan juga initial reference. Kalimat yang disampaikan sangat jelas sehingga pendengar dan pembaca tidak perlu mengidentifikasi lagi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn