Daftar isi
Berikut ini kita akan membahas mengenai Seni Ukir Jepara.
Seni ukir Jepara merupakan salah satu kesenian ukir yang terkenal di Indonesia. Seni ukir Jepara ini dapat kita temui di kota Jepara, Jawa Tengah. Di kota Jepara, kegiatan seni ukir sendiri telah menjadi suatu kegiatan ekonomi, seni, budaya.
Seni ukir Jepara ini sangat terkenal tidak hanya di Indonesia saja, melainkan di beberapa negara. Seni ukir ini diminati oleh masyarakat mancanegara. Jenis ukirannya pun tidak hanya satu, melainkan ada beberapa jenis ukiran kayu Jepara.
Legenda mengenai pelukis dan pengukir dari jaman Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit diceritakan secara turun-temurun di Kota Jepara. Sehingga masyarakat percaya bahwa sejarah awal seni ukir Jepara ada di Kota Jepara.
Pada konon dahulu, ada seorang ahli lukis dan ukir yang bernama Prabangkara. Ia dipanggil oleh sang raja untuk melukis istrinya tanpa busana sebagai wujud cinta sang raja.
Sebagai pelukis dan pengukir ia harus melukis hanya melalui imajinasinya saja tanpa melihat istri raja.
Prabangkara melakukan tugasnya dengan sempurna sampai ada kotoran cicak yang jatuh mengenai lukisan tersebut. Sehingga lukisan istri raja tersebut memiliki tahi lalat.
Raja sangat puas dengan hasil karya dari Prabangkara, namun saat raja melihat ada tahi lalat tersebut marahlah sang raja.
Raja menuduh bahwa Prabangkara melihat sang istri tanpa busana, karena tahi lalat tersebut sama dengan kenyataannya.
Akhirnya dihukumlah Prabangkara dengan diikat kemudian diterbangkan. Lalu ia jatuh di sebuah desa yang bernama Mulyoharjo.
Prabangkara lalu mengajarkan ilmu lukis dan ukirnya kepada masyarakat Jepara hingga sekarang. Ukiran Jepara sebenarnya sudah ada sejak jaman pemerintahan Ratu Kalinyamat. Di jaman ini kesenian ukir berkembang dengan sangat pesat.
Perkembangan seni ukir Jepara juga dipengaruhi oleh peranan Raden Ajeng Kartini yang melihat kehidupan para pengrajin seni ukir tidak segera beranjak dari kemiskinan. Akhirnya Raden Ajeng Kartini membantu dengan memanggilkan beberapa pengrajin dan bersama-sama membuat seni ukiran.
Hasil seni ukiran tersebut kemudian dijual ke Semarang dan Jakarta, sehingga seni ukir Jepara diketahui kualitasnya oleh masyarakat luas. Raden Ajeng Kartini juga memperkenalkan karya seni ukir Jepara ke luar negeri.
Seni ukir Jepara yang pasti memiliki ciri khas tersendiri yang menunjukkan bahwa itu berasal dari Jepara. Hal tersebut dapat kita ketahui dari beberapa hal berikut:
Jenis ukiran pada motif makara ini sangat unik, karena menggabungkan dua budaya agama yaitu Islam dan Hindu. Makara sendiri merupakan makhluk mitologi Hindu yang memiliki bentuk dari gabungan dua binatang.
Dalam mitologi Hindu, dipercaya bahwa makara merupakan kendaraan bagi Dewi Gangga dan Dewa Baruna. Seni ukir ini dapat kita temukan di berbagai relief candi yang terdapat di Indonesia.
Jenis motif daun dapat ditemukan pada pajangan dan juga dekorasi rumah. Motif ini biasanya berbentuk tumbuhan yang tumbuh dan berkembang di daerah Pegunungan, seperti daun trubusan dan pohon kamboja.
Motif ini memberikan kesan alami pada ruangan, selain itu juga mempercantik suatu ruangan.
Pada motif ini terdapat bentuk burung kemudian dikelilingi oleh daun dan bunga yang sangat indah. Motif burung ini juga yang merupakan awal mula ukiran Jepara dikenal di berbagai negara bahkan mancanegara.
RA Kartini pernah mengirimkan seni ukir motif burung ini ke Pameran Nasional Karya Wanita pada tahun 1898.
Jenis motif ini merupakan jenis motif yang paling terkenal dibandingkan dengan motif lainnya. Ukiran ini memiliki bentuk naga yang dikelilingi ukiran yang cantik dan indah.
Naga sendiri merupakan hewan mitologi yang dipercayai sebagai simbol penguasa. Biasanya motif jenis ini dapat kita lihat di berbagai pintu, lukisan dan furniture.
Seni ukir Jepara juga bisa berbentuk kaligrafi. Kaligrafi diukir pada kayu. Biasanya digunakan untuk dekorasi pajangan pada dinding. Tentunya ukiran ini terbuat dari kayu yang sangat kuat yaitu kayu jati.