Daftar isi
Salah satu warisan kekayaan budaya Jawa Barat adalah senjata tradisional yang dimilikinya. Sama seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, senjata tradisional Jawa Barat biasanya berasal dari barang-barang yang digunakan sehari-hari, baik untuk bertani atau berkebun.
Kemudian fungsinya berkembang menjadi alat pelindung diri bagi masyarakat Jawa Barat pada zaman dahulu.
Sejarah menuliskan bahwa Jawa Barat pernah dijajah oleh bangsa Eropa kemudian banyak pula para pendatang dari China, India, hingga Arab.
Sehingga, material hingga desain senjata tradisional Jawa Barat merupakan gabungan antara kebudayaan lokal dan pengaruh dari kebudayaan luar.
Senjata-senjata ini sebagian masih digunakan hingga saat ini untuk memudahkan pekerjaan sehari-hari, seperti bertani atau berkebun. Berikut beberapa senjata tradisional Jawa Barat.
Senjata kujang ini berbentuk tipis, terbuat dari besi atau baja, biasanya memiliki ukiran, dan memiliki ukuran yang beragam, salah satunya memiliki panjang sekitar 20-25 cm. Menurut sejarah, senjata ini dibuat sekitar abad ke-8.
Kujang dikenal juga sering digunakan sebagai alat pertanian. Sebagai senjata, dahulu kujang berfungsi untukĀ melindungi diri. Saat ini kujang juga bisa digunakan sebagai hiasan atau cindera mata.
Balincong memiliki bentuk seperti jangkar. Bahan baku untuk membuat senjata ini adalah baja atau stainless steel sehingga tidak mudah berkarat.
Pada kedua sisi mata balincong runcing dan tajam, sehingga setiap sisi bisa digunakan secara bergantian.
Sementara itu, letak gagangnya berada di tengah. Senjata ini memiliki panjang sekitar 52-38 cm.
Bentuk balincong sesuai untuk melakukan pekerjaan seperti memecah batu atau menggali tanah.
Fungsi balincong lainnya adalah untuk membajak sawah dan menggali lembah atau tebing untuk membuat irigasi.
Patik atau kapak merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang berukuran besar dan tebal pada bagian pangkal sehingga tampak kokoh dan kuat. Mata kapaknya runcing. Bahan baku pembuatan kapak ini adalah dari besi baja.
Bagian pangkal mata kapak memiliki diameter tebal dan bagian gagangnya terbuat dari kayu dengan panjang sekitar 30-35 cm.
Kapak oleh masyarakat Jawa Barat digunakan untuk menebang pohon atau membelah kayu dan masih digunakan untuk kegiatan berkebun hingga saat ini.
Golok oleh masyarakat suku Sunda disebut dengan bedog. Berbeda dengan golok dari daerah lain, bedog dari Jawa Barat memiliki ujung yang melengkung ke arah mata senjata. Akan tetapi, tidak jarang ditemui bentuk bedog yang bebeda-beda.
Dikarenakan bentuknya yang bervariasi, ukuran bedog juga beragam disesuaikan dengan kebutuhan. Bedog umumnya terbuat dari besi atau baja yang ditempa sampai halus dan pipih. Senjata ini biasanya berukuran 30-40 cm.
Bedog biasanya memiliki sarung yang dikenal dengan istilah serangka. Sarung ini berfungsi untuk melindungi si pemiliki dari tajamnya bedog.
Kegunaan bedog adalah sebagai alat pertahanan diri, berkebun, hingga berburu.
Meski tidak lagi digunakan sebagai senjata, sampai saat ini bedog masih digunakan untuk kegiatan sehari-hari.
Dalam perkembangaannya bedog memiliki beragam jenis tergantung kegunaannya, diantaranya bedog dapur, bedog tani, bedog gagaplok untuk membabat rumput, bedog cepot, hingga bedog pameuncitan untuk menyembelih hewan.
Congkrang memiliki bentuk seperti cangkul namun versi yang lebih kecil. Jika cangkul umumnya digunakan oleh kaum laki-laki, congkrang biasanya digunakan oleh kaum perempuan khususnya ibu rumah tangga untuk membersihkan rumput di halaman rumah atau saat bekerja di sawah/ladang.
Sulimat termasuk pisau yang memiliki mata pisau atau ujung yang runcing dan tajam.
Bagian gagangnya yang bisa ditancapkan di tanah karena bentuk gagang yang kokoh.
Biasanya digunakan untuk mengupas kulit kelapa. Pada zaman dahulu, banyak para petani yang memiliki senjata tradisional ini.
Gacok merupakan bahasa Sunda yang artinya cangkul garpu. Sesuai dengan namanya, gacok memiliki bentuk seperti garpu, sementara bagian gagangnya mirip gagang pacul.
Hingga saat ini gacok masih digunakan oleh masyarakat untuk bertni, mengumpulkan rumput kering, dan pekerjaan perkebunan lainnya.
Arit memiliki mata pisau yang berbentuk melengkung seperti bulan sabit dan sangat tajam.
Beberapa daerah di Indonesia juga memiliki senjata seperti ini dengan nama yang berbeda-beda, seperti celurit dari daerah Madura dan sabit dari suku Betawi.
Hingga saat ini, arit masih digunakan oleh masyarakat untuk membabat rumput sebagai pakan ternak dan secara umum digunakan juga di bidang pertanian.
Bajra dan gada adalah dua senjata yang berbeda tetapi sering dipakai bersamaan. keduanya memiliki fungsi yang sama.
Bajra memiliki sisi yang runcing seperti tombak yang berfungsi untuk memukul lawan.
Sedangkan gada memiliki bentuk tumpul yang juga berfungsi untuk memukul lawan.
Pada zaman dahulu, bajra dan gada terkenal sebagai senjata untuk melawan penjajah di Jawa Barat. Oleh karena itu, senjata ini sarat akan nilai sejarah.
Akan tetapi, saat ini bajra dan gadda tidak lagi digunakan, bahkan keberadaannya sudah jarang ditemukan.
Ketam atau sebagian orang menyebutnya ani-ani memiliki bentuk kayu genggam dengan mata pisau pada salah satu sisinya.
Ketam biasanya digunakan untuk bertani, seperti memanen padi. Saat ini katem sudah jarang digunakan karena dinilai kurang efisien terutama ketika menanam padi.
Keberadaannya juga sudah jarang ditemui karena sudah banyak peralatan pertanian modern yang memiliki efisiensi lebih baik sehingga tidak memakan banyak waktu.
Walaupun demikian, di beberapa tempat seperti di pedesaan kita mungkin masih bisa menemukannya.