sejarah kerajaan - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sejarah-kerajaan Fri, 05 Jan 2024 09:25:34 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico sejarah kerajaan - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/sejarah-kerajaan 32 32 Kerajaan Cirebon : Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan dan Peninggalannya https://haloedukasi.com/kerajaan-cirebon Fri, 05 Jan 2024 09:25:27 +0000 https://haloedukasi.com/?p=47257 Cirebon merupakan salah satu daerah yang ada di Jawa Barat. Cirebon kental dengan adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga saat ini. Terlebih lagi ketika hari-hari tertentu atau pada perayaan hari besar daerah ini sangat kental melaksanakan adat istiadat. Bahkan beberapa bangunan bersejarah masih berdiri kokoh di Cirebon. Hal ini dilatarbelakangi karena dulu Cirebon memiliki […]

The post Kerajaan Cirebon : Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Cirebon merupakan salah satu daerah yang ada di Jawa Barat. Cirebon kental dengan adat istiadat yang masih dipegang teguh hingga saat ini. Terlebih lagi ketika hari-hari tertentu atau pada perayaan hari besar daerah ini sangat kental melaksanakan adat istiadat.

Bahkan beberapa bangunan bersejarah masih berdiri kokoh di Cirebon. Hal ini dilatarbelakangi karena dulu Cirebon memiliki sebuah kerajaan islam yang terbilang cukup besar yakni Kerajaan Cirebon. Meskipun pada akhirnya, Kerajaan ini terbagi menjadi dua yakni Kerajaan Kasepuhan dan Kanoman.

Kerajaan Cirebon memiliki akar sejarah yang berkaitan dengan Kerajaan Pajajaran. Hal ini dikarenakan pendiri dari Kerajaan Cirebon merupakan salah satu anak dari Prabu Siliwangi. Ketika itu, salah satu anak dari Prabu Siliwangi memilih menetap di Cirebon yang dahulunya merupakan sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh sang kakek.

Di bawah kepemimpinannya, ia mendirikan sebuah Kerajaan Islam bernama Kerajaan Cirebon. Ia juga aktif menyebarkan agama islam tidak hanya di wilayah Cirebon melainkan ke berbagai penjuru. Kerajaan Cirebon semakin berkembang pesat menjadi sebuah Kerajaan maritim yang memiliki angkatan armada yang kuat.

Bahkan pada periode selanjutnya Kerajaan Cirebon memiliki seorang raja yang merupakan salah satu dari wali Sanga. Di bawah kepemimpinannya inilah berhasil membawa Kerajaan Cirebon pada puncak kejayaan.

Berikut ini penjelasan mengenai Kerajaan Cirebon

Sejarah Pendirian Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan islam yang terletak di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut Babad Tanah Jawa dan Atja, dahulunya Cirebon merupakan sebuah dukuh kecil yang bernama Caruban. Dukuh kecil ini dibangun oleh Ki Gedeng Tapa.

Setelah Ki Gedeng Tapa meninggal dunia, berdirilah sebuah pemerintahan. Pemerintahan ini didirikan oleh cucu Ki Gedeng Tapa yang bernama Walangsungsang. Sejak inilah Walangsungsang diberi nama Pangeran Cakrabuana yang merupakan pendiri dari Kerajaan Cirebon.

Kemudian Walangsungsang mendirikan Istana Pakungwati sebagai pusat pemerintahan. Walangsungsang masih berada dalam garis keturunan Kerajaan Pajajaran. Ia merupakan anak pertama dari prabu Siliwangi dengan Subanglarang.

Subanglarang merupakan anak dari Ki Ageng Tapa yang mendirikan dukuh kecil atau Cirebon. Walangsungsang memiliki dua orang saudara yang bernama Raden Kian Santang dan Nyai Rara Santang.

Sebagai anak tertua, Walangsungsang menjadi penerus Kerajaan Pajajaran. Namun, dikarenakan ia memeluk agama islam, maka ia tidak bisa meneruskan tahta Kerajaan Pajajaran. Tahta tersebut kemudian diberikan kepada Raden Surawisesa.

Raden Surawisesa adalah anak dari Istri kedua Prabu Siliwangi yang bernama Nyai Cantring Manikmayang. Pada saat itu, masyarakat di Kerajaan Pajajaran menganut agama Hindu, Buddha serta sunda wiwitan. Di mana hal ini berlainan dengan agama Walangsungsang.

Walangsungsang menganut agama seperti ibunya yakni agama islam. Walangsungsang keluar dari Kerajaan karena sikap yang dilakukan oleh ayahnya yakni Prabu Siliwangi kepada ibunya. Bersama dengan adiknya ia pergi ke Cirebon dan mendirikan Kerajaan.

Menurut sumber lain, dijelaskan bahwa Walangsungsa menikah dengan dua orang perempuan. Dari pernikahannya ini ia dikaruniai 10 orang anak. Di mana salah satu anaknya yakni Putri Pakung wati menikah dengan salah seorang wali songo yang bernama Sunan Gunung Djati.

Namun, ada yang menyebutkan bahwa Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati merupakan anak dari Nyai Lara Santang. Ketika itu, keduanya berangkat ke mekah untuk menunaikan ibadah haji. Walangsungsang dan Nyai Lara Santang berangkat setelah mendapatkan petuah dari seorang Syekh bernama Syekh Datuk Khafi .

Ketika di Arab keduanya memiliki nama arab. Keduanya tinggal di Mekah selama tiga bulan dan mendapatkan bimbingan dari saudara Syekh Datuk Kahfi. Sang adik yakni Nyai Lara Santang kemudian menikah dengan seorang anak dari bangsawan Arab yang bernama Syarif Abdullah.

Ia kemudian melahirkan seorang anak yang bernama Syarif Hidayatullah. Kelak anaknya inilah yang menjadi penerus dari tahta Kerajaan Cirebon. Seteleh dari Mekah, Walangsungsang begitu gencar menyebarkan agama islam. Hal inilah yang kemudian membuat Kerajaan Cirebon memiliki pemahaman islam yang begitu kuat. Walangsungsang akhirnya meninggal dunia pada tahun 1529.

Masa Kejayaan Kerajaan Cirebon (1479 sampai 1568 Masehi)

Puncak kejayaan Kerajaan Cirebom terjadi pada masa pemerintahan Sunan Gunung Djati atau Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Djati merupakan salah satu wali songo. Oleh karena itu, ia begitu gencar melakukan penyebaran agama islam. Selama ia berkuasa, Sunan Gunung Djati melakukan banyak invansi ke berbagai daerah. Bahkan ia melakukan perluasan sampai ke Banten dan Sunda Kelapa.

Penaklukkan ini bertujuan untuk memperluas wilayah dan menyebarkan agama islam. Tidak hanya cakap dalam perluasan wilayah. Sunan Gunung Djati juga pandai dalam bidang perekonomian. Ia memanfaatkan posisi strategis Kerajaan Cirebon yang berada di pesisir pantai. Ia melakukan hubungan diplomasi ke berbagai negara seperti Malaka, Campa hingga Arab.

Akibat dari adanya hubungan diplomatik ini membuat adanya keuntungan di bidang ekonomi khususnya di bidang ekspor dan impor. Sunan Gunung Djati membangun beberapa fasilitas seperti pelabuhan. Pelabuhan ini dibangun untuk melancarkan kegiatan ekonomi Kerajaan Cirebon. Untuk memperkuat posisi kerajaan maritim, Kerajaan Cirebon memiliki angkatan armada yang kuat.

Selain itu, pada masa pemerintahan Sunan Gunung Djati juga dibangun jalan hingga masjid. Pembangunan ini tidak lain untuk melancarkan kegiatan dakwah atau penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Djati.

Peninggalan Kerajaan Cirebon

  1. Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Salah satu peninggalan Kerajaan Cirebon adalah Keraton Kasepuhan Cirebon. Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Raden Walangsungsang. Mulanya Keraton Kasepuhan Cirebon dibangun karena perluasan dari Keraton Pangkuwati.

Ketika itu, Pangeran Cakrabuna begitu menyayangi sang anak yang bernama Ratu Ayu Pangkuwati. Hal inilah yang membuat keraton tersebut diberi nama Keraton Pangkuwati. Namun, pada tahun 1529, Keraton Pangkuwati dikembangkan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin.

Dari sinilah, Keraton ini berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan Cirebon. Hingga saat ini, Keraton Kasepuhan Cirebon masih terjaga dengan baik. Keraton Kasepuhan Cirebon menghadap ke sebelah utara dan berdekatan dengan area masjid.

Keraton Kasepuhan Cirebon mempunyai dua pintu yakni pintu utama berada di sebelah utara sedangkan pintu belakang ada di bagian selatan Keraton. Pintu utama dari Keraton Kasepuhan Cirebon dinamakan dengan Kreteg Pangrawit yang memiliki arti jembatan kecil.

Sementara itu, pintu belakang kerap dinamakan dengan lawang sanga yang berarti pintu sembilan. Di bagian depan Keraton terdapat dua buah bangunan yang dinamakan dengan pancaniti dan pancaratna.

  1. Keraton Kanoman
Keraton Kanoman, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Peninggalan Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Keraton Kanoman. Keraton ini didirikan oleh Pengeran Muhamad Badrudin Kertawijaya. Keraton Kanoman dibangun pada tahun 1578 dan memiliki luas sekitar enam hektar. Keraton Kanoman berada tidak jauh dari Pasar Kanoman dan Keraton Kasepuhan atau lebih tepatnya ada di Kecamatan Lemangwungkuk, Cirebon.

Fungsi dari Keraton Kanoman sebagai tempat tinggal raja ke-12 dari Kerajaan Cirebon yakni Sultan Muhammad Emirudin. Tidak hanya raja saja, keluarga raja pun tinggal di keraton Kanoman. Di dalam keraton kanoman terdapat banyak beberapa benda bersejarah milik kerajaan Cirebon seperti dua kereta.

Hingga saat ini, Keraton Kanoman masih memegang teguh tradisi. Banyak tradisi yang masih dijalankan seperti grebeg syawal serta ziarah ke makam leluhur seperti Makam Sunan Gunung Djati. Benda-benda peninggalan yang terdapat di Keraton Kanoman masih ada kaitannya dengan penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Djati.

Keraton Kanoman ini dibangun di atas bangunan kuno. Di mana di Keraton ini terdapat saung yang dinamakan dengan Bangsal Witana. Bangsal Witana ini yang menjadi permulaan berdirinya Keraton Kanoman. Di mana luas dari bangunan ini setara dengan lima kali dari luas lapangan sepak bola.

  1. Bangunan Mande Pengiring
Bangunan Mande Pengiring, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Bangunan Mande Pengiring merupakan peninggalan kerajaan Cirebon. Bangunan Mande Pengiring berada di dalam Keraton Kasepuhan Cirebon yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah. Fungsi dari Bangunan Mande Pengiring sebagai tempat duduk para pengiring raja serta tempat ketika bersantai.

Selain bangunan mande pengiring terdapat 4 bangunan mande lainnya. Bangunan tersebut digunakan sesuai dengan fungsinya serta melambangkan kekuasaan kerajaan Cirebon.

  1. Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Keraton Kacirebonan terletak di Pulasaren, Jalan Pulasaren, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Letak Keraton Kacirebonan tidak berada jauh dari Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Diperkirakan, Keraton Kacirebonan dibangun sekitar tahun 1800 an.

Seperti Keraton pada umumnya, Keraton Kacirebonan menjadi tempat tinggal bagi para raja serta menyimpan benda bersejarah. Adapun benda yang disimpan di Keraton Kacirebonan adalah keris, wayang hingga gamelan.

Keraton Kacirebonan memiliki luas sekitar 46.500 meter persegi. Di mana bangunan ini berbentuk memanjang dari sebelah utara hingga selatan. Bangunan Keraton Kacirebonan memiliki gaya arsitektur campuran dari berbagai negara dan menggabungkannya dengan tradisional seperti China dan Belanda.

  1. Keraton Keprabonan
Keraton Keprabonan, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Berdirinya Keraton Keprabonan dilatarbelakangi oleh perjanjian yang dilakukan oleh Belanda. Keraton Keprabon didirikan oleh Pangeran Adipati Keprabonan. Pangeran Adipati Keprabonan kelak akan menjadi putera mahkota dari Kesultanan Keprabon yang merupakan pecahan dari Kerajaan Cirebon. Didirikannya Keraton Keprabonan bertujuan sebagai tempat menimba ilmu agama islam.

Perjanjian persahabatan antara Belanda dengan Cirebon ini terjadi sekitar tahun 1681. Di mana pada saat itu, Kerajaan Cirebon telah menjadi dua yakni Kasepuhan dan Kanoman. Pada tanggal 7 Januari 1681 perjanjian persahabatan antara Belanda dan Cirebon pun ditandatangani. Sebenarnya perjanjian ini bertujuan untuk memonopoli perdagangan di wilayah Cirebon oleh Belanda.

Sultan Kanoman I ketika itu memiliki dua orang anak yang bernama Pangeran Adipati Kaprabon dan Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin. Setelah sang ayah meninggal dunia, keduanya sepakat untuk melakukan penyerangan secara diam-diam kepada Belanda.

Tak lama Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin resmi menjadi Sultan Anom II dari Kerajaan Anom. Sementara itu, Pangeran Adipati Kaprabon memilih untuk mendalami ilmu agama dan menyerahkan tahta kerajaan kepada adiknya.

Pada 1696, Pangeran Adipati Kaprabon kemudian mendirikan Keraton Keprabonan yang berfungsi sebagai tempat menimba ilmu agama islam. Ketika itu serangan serta gejolak politik terhadap Belanda masih terus berlangsung. Melihat hal itu, Pangeran Adipati Kaprabon berniat untuk memisahkan diri dengan mempelajari ilmu agama islam secara mendalam.

Pangeran Adipati Kaprabon kemudian diberikan gelar Sultan Prabu. Pada tahun 1690, Pangeran Adipati Kaprabon diangkat menjadi Putera Mahkota Kesultanan Kanoman tepat setelah sang ibu meninggal dunia. Setelah menjadi putera mahkota, dirinya kemudian diberi gelar Sultan Pandita Agama Islam. Ia juga dipakaikan busana Kaprabon yang merupakan pakaian perang Kerajaan wali.

  1. Kereta Singa Barong Kasepuhan
Kereta Singa Barong Kasepuhan, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Peninggalan dari Kerajaan Cirebon selanjutnya adalah Kereta Singa Barong Kasepuhan. Kereta Singa Barong Kasepuhan ini dibuat sekitar tahun 1549 yang dibuat oleh cucu dari Sunan Gunung Djati yang bernama Panembahan Losari. Bagian depan dari Kereta Singa Barong Kasepuhan memiliki bentuk seperti belalai gajah. Hal ini menandakan persahabatan yang terjalin antara Kerajaan Cirebon dengan India.

Sementara itu, terdapat pula kepala naga yang melambangkan persahabatan yang terjalin dengan China ketika itu. Pada bagian badan mirip seperti burok yang menandakan persahabatan Kerajaan Cirebon dengan Mesir. Di bagian belalai gajah terdapat pula senjata trisula yang melambangkan cipta rasa serta karya manusia.

Setiap tanggal 1 Muharam biasanya dilakukan kirab dan Kereta Singa Barong Kasepuhan akan digunakan pada saat kirab berlangsung. Pada tahun kemerdekaan Indonesia, benda bersejarah peninggalan Kerajaan Cirebon ini dimasukkan ke dalam museum. Hal ini dikarenakan usia dari Kereta Singa Barong Kasepuhan. Namun, kemudian dibuatlah duplikat dari Kereta Singa Barong Kasepuhan.

  1. Makam Sunan Gunung Djati
Makam Sunan Gunung Djati, Peninggalan Kerajaan Cirebon

Sunan Gunung Djati merupakan salah satu raja dari Kerajaan Cirebon. Bahkan pada saat pemerintahannya, Kerajaan Cirebon mencapai puncak kejayaan. Selain itu, ia juga merupakan salah satu dari wali sanga, sosok yang berperan menyebarkan agama islam di Nusantara.

Makam Sunan Gunung Djati berada di alun-alun Desa Astana, Gunung Djati, Cirebon. Makam ini terletak di sebuah bukit kecil yang kerap dinamakan dengan Gunung Sembung. Kompleks pemakaman Sunan Gunung Djati tertelak di antara jalur Cirebon dan Indramayu.

Makam Sunan Gunung Djati hingga saat ini banyak dikunjungi oleh para peziarah. Bahkan menjadi salah satu destinasi wisata religi di Cirebon. Hal ini dikarenakan peran Sunan Gunung Djati yang aktif menyebarkan agama islam di wilayah Jawa Barat khususnya Cirebon.

The post Kerajaan Cirebon : Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
10 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dan Gambarnya https://haloedukasi.com/peninggalan-kerajaan-samudera-pasai Tue, 21 Jun 2022 03:08:05 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35817 Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam di Aceh. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1267 M oleh Meurah Silu. Setelah memeluk Islam, Meurah Silu mengganti namanya menjadi Malik Al Saleh. Saat memerintah, Malik Al Saleh bergelar Sultan. Kerajaan ini bertahan selama hampir 300 tahun. Selama waktu tersebut, tak hanya sultan yang memerintah […]

The post 10 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam di Aceh. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1267 M oleh Meurah Silu. Setelah memeluk Islam, Meurah Silu mengganti namanya menjadi Malik Al Saleh. Saat memerintah, Malik Al Saleh bergelar Sultan.

Kerajaan ini bertahan selama hampir 300 tahun. Selama waktu tersebut, tak hanya sultan yang memerintah Kerajaan Samudera Pasai namun juga ada sultanah (penguasa wanita) yakni Sultanah Nahrasiyah.

Kerajaan Samudera Pasai menggunakan mata uang yang terbuat dari emas dan disebut sebagai deureuham (dirham). Pada masa kejayaannya, Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdangan, perkembangan agama Islam dan berkembangnya karya sastra hikayat.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan yang besar. Wilayah kekuasaannya mecakup wilayah Aceh. Kerajaan ini meninggalkan beberapa bukti tentang eksistensinya seperti koin mata uang, karya satra, monumen, serta nisan dari beberapa penguasa.

1. Mata Uang Dirham

Kerajaan Samudera Pasai mempunyai mata uangnya sendiri. Mata uang kerajaan ini disebut sebagai deureuham atau dirham. Mata uang ini terbuat dari 70% emas 18 karat. Dirham berbentuk koin lingkaran dengan diameter 10 mm. Dirham milik Kerajaan Samudera Pasai berbobot 0,6 gram setiap koinnya.

Pada saat itu, ada 2 jenis dirham yang dicetak yakni satu dirham dan setengah dirham. Mata uang dirham ini banyak digunakan sebagai alat transaksi terutama tanah. Dirham pada Kerajaan Samudera Pasai memiliki ciri di kedua sisinya dicetak tulisan yakni Muhammad Malik Al Zahir.

Sedangkan sisi satunya tertulis Al-Sultan Al-Adil. Tradisi mencetak mata uang emas dirham ini kemudian menyebar ke seluruh Sumatera. Bahkan sampai ke semenanjung Malaka sejak Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524.

Koin dirham Samudra Pasai
Koin Deureuham

2. Cakra Donya

Cakra Donya merupakan hadiah dari kekaisaran China kepada Kerajaan Samudera Pasai. Hadiah ini berupa lonceng berbentuk stupa. Lonceng ini buatan China pada tahun 1409 M. Cakra Donya mempunyai tinggi 125 cm dan lebarnya 75 cm.

Cakra mempunyai arti poros kereta. Cakra adalah lambang Wishnu, matahari, atau cakrawala. Sedangkan Donya berarti dunia. Pada bagian luar Cakra Donya terdapat hiasan dan simbol. Hiasan dan simbol ini berbahasa Arab dan China.

Cakra Donya Samudra Pasai
Cakra Donya merupakan lonceng hadiah dari kekaisaran China

3. Naskah Surat

Naskah surat ini adalah milik Sultan Zainal Abidin. Beliau menulis surat ini sebelum meninggal dan ditulis pada tahun 1518 M. Surat ini ditujukan kepada Kapitan Moran. Seorang kapitan yang bertindak sebagai wakil raja Portugis di India.

Surat ini ditulis dengan bahasa Arab. Adapun isinya adalah penjelasan tentang keadaan Kerajaan Samudera Pasai. Surat ini juga berisi gambaran terakhir keadaan yang dialami oleh Kerajaan Samudera Pasai setelah penaklukan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 M.

Naskah surat Sultan Zainal Abidin yang ditujukan ke Kapitan Moran
Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

4. Stempel Kerajaan

Tak hanya ditemukan koin, Kerajaan Samudera Pasai juga meninggalkan stempel kerajaan. Stempel ini ditemukan di desa Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Stempel ini berukuran 2×1 cm dan diperkirakan dibuat dari bahan sejenis tanduk hewan.

Saat ditemukan, stempel Kerajaan Samudera Pasai telah patah bagian gagangnya. Ada pendapat yang mengungkapkan bahwa stempel ini sudah digunakan sampai masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin.

Stempel Kerajaan Samudra Pasai
Stempel Kerajaan yang ditemukan di desa Kuta Krueng

5. Nisan Sultan Malik As-Shalih

Pada makam Sultan Malik As-Shalih terdapat nisan yang menyatakan bahwa tersebut milik Sultan Malik As-Shalih. Nisan ini berbentuk segiempat pipih bersayap.

Pada bagian puncak nisan terdapat mahkota 2 tingkat. Nisan berisi keterangan pemilik makam dan waktu wafat serta terdapat syair yang kesemuanya berbahasa Arab.

Nisan Sultan yang dipenuhi kaligrafi Arab
Nisan Sultan Malik As-SHalih

6. Nisan Sultanah Nahrasiyah

Nisan Sultanah Nahrasiyah terbuat dari pualam. Pada nisan ini dimuat silsilah sultan Samudera Pasai. Makam Sultanah dihiasi dengan ayat Alquran yakni kaligrafi Surah Yasin, Ali Imran ayat 18-19, Al-Baqarah dan ayat Kursi.

Nisan Sultan Nahrasiyah
Nisan Sultanah Nahrasiyah

7. Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir

Sultan Malik Al-Zahir adalah putra Sultan Malik As-Shalih. Sultan Malik Al-Zahir memerintah Kerajaan Samudera Pasai 1287-1326 M. Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir berada berdampingan dengan makam sang ayah.

Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir
Makam Sultan Muhammad Malik Al-Zahir

8. Makam Tengku Sidi Abdullah

Tengku Sidi Abdullah Tajul Nillah merupakan cicit dari Khalifah Al-Muntasir dari Dinasti Abbasiyah. Tengku Sidi pernah memegang jabatan di Kerajaan Samudera Pasai yakni sebagai Menteri Keuangan.

Makam Tengku Sidi berada di Gampong Kuta Krueng. Batu nisan pada makamnya terbuat dari marmer dan dihiasi kaligrafi.

Makam Tengku Sidi yang masih keturunan Dinasti Abbasiyah
Makam Tengku Sidi Abdullah

9. Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

Makam Teungku Peut Ploh Peuet dikenal juga sebagai Makam Teungku 44. Hal ini karena makam ini terdiri dari 44 makam ulama dari Kerajaan Samudera Pasai yang dibunuh akibat menentang dan mengharamkan pernikahan raja dan putri kandungnya.

Kompleks makam 44 ulama
Makam Teungku Peuet Ploh Peuet

10. Makam Ratu Al-Aqla (Nur Ilah)

Makam Ratu Al-Aqla atau Nur Ilah merupakan makam dari putri Sultan Muhammad Malik Al-Zahir. Makam ini terletak di Gampong Meunje Tujoh Keca Matangkuli. Batu nisan pada makam ini berhiaskan kaligrafi berbahasa Arab dan Kawi.

Nisan makam Nur Ilah
Nisan pada Makam Ratu Al-Aqla

The post 10 Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai dan Gambarnya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Galuh: Sejarah, Raja, Peninggalan dan Wilayah https://haloedukasi.com/kerajaan-galuh Thu, 02 Jun 2022 04:32:49 +0000 https://haloedukasi.com/?p=35054 Sejarah Kerajaan Galuh Masa Awal: Pemisahan Diri dari Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Galuh merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu di Indonesia. Titik awal sejarah Kerajaan Galuh sebenarnya adalah penerus dari Kerajaan Kendan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Secara garis besar kisah Kerajaan Galuh terdapat dalam kitab kuno Carita Parahiyangan, yang ditulis pada awal abad […]

The post Kerajaan Galuh: Sejarah, Raja, Peninggalan dan Wilayah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Galuh

Masa Awal: Pemisahan Diri dari Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Galuh merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu di Indonesia. Titik awal sejarah Kerajaan Galuh sebenarnya adalah penerus dari Kerajaan Kendan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara. Secara garis besar kisah Kerajaan Galuh terdapat dalam kitab kuno Carita Parahiyangan, yang ditulis pada awal abad 16.

Dikisahkan Raja Tarumanegara terakhir yang bernama Linggawarman menyerahkan kekuasaan kepada menantunya yang berasal dari Sundapura, Sri Maharaja Tarusbawa. Setelah itu, Tarusbawa memindahkan wilayah Kerajaan Tarumanegara ke Sundapura.

Pemindahan kekuasaan ini dimanfaatkan oleh Wretikandayun untuk memisahkan diri dari Tarumanegara dan mendirikan kerajaan sendiri. Tarusbawa mengabulkan permintaan Wretikandayun dengan membagi wilayahnya menjadi dua, yakni Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang dibatasi oleh Sungai Citarum. Wretikandayun sendiri adalah putra dari Raja Kendan yang bernama Rahiyangta ri Medangjati.

Masa Penyatuan Kerajaan Sunda dan Galuh

Penyatuan sejarah kerajaan Galuh dan Sunda di Indonesia ini terjadi di tahun 723 M pada masa Raja Sanjaya. Akan tetapi pada tahun 729 kembali terjadi perpecahan di mana Raja Banga Sanghyang Banga melepaskan Kerajaan Sunda dari kekuasaan Kerajaan Galuh.

Masa Akhir: Pengaruh Kerajaan Cirebon dan Mataram

Pada masa Raja Prabhu Jayaningrat, ibu kota atau pusat Kerajaan Galuh berpindah dari Kawali ke Salawe Pangauban. Pada masa ini Kawali berada dalam pengaruh Kerajaan Cirebon dan Salawe Pangauban dirancang oleh Pucuk Umum.

Putra dari Pucuk Umum yang bernama Prabu Haur Kuning merupakan Raja Galuh Salawe Pangauban terakhir yang beragama Hindu. Raja terakhir ini bergelar Maharaja Prabu Cipta Sanghyang Permana yang jasadnya dilarung di daerah Ciputrapinggan.

Prabu Cipta Permana (1595-1618 M) -sebagai penerus Maharaja Prabu Cipta Sanghyang Permana- adalah penguasa Kerajaan Galuh pertama yang masuk Islam dengan menikahi penguasa Cirebon di Galuh Kawali yang bernama Tanduran Tanjung Putri Maharaja Mahadikusumah. Masa Kerajaan Galuh sendiri berakhir pada era Kerajaan Mataram Islam tahun 1595.

Pada masa tersebut terjadi penurunan status seluruh raja di pulau Jawa, termasuk Kerajaan Galuh, menjadi kebupatian. Sehingga Raja yang semula memiliki gelar Ratu atau Sanghyang, berubah menjadi Adipati di bawah kekuasaan Mataram. Berakhirlah sejarah Kerajaan Galuh sebagai salah satu kerajaan Hindu di Indonesia.

Raja Kerajaan Galuh

  1. Wretikandayun (Rahiyangta ri Menir, 612-702 M)
  2. Mandiminyak atau Prabu Suraghana (702-709 M)
  3. Sanna atau Séna/Sannaha (709-716 M)
  4. Purbasora (716-723 M)
  5. Rakeyan Jambri/Sanjaya, Rakai Mataram/Harisdarma (723-732 M, Kerajaan Galuh bersatu dengan Sunda)
  6. Tamperan Barmawijaya (732-739 M)
  7. Sang Manarah (739-746 M)
  8. Rakeyan ri Medang (746-753 M)
  9. Rakeyan Diwus (753-777 M)
  10. Rakeyan Wuwus (777-849 M)
  11. Sang Hujung Carian (849-852 M)
  12. Rakeyan Gendang (852-875 M)
  13. Dewa Sanghiyang (875-882 M)
  14. Prabu Sanghiyang (882-893 M)
  15. Prabu Ditiya Maharaja (893-900 M)
  16. Sang Lumahing Winduraja (900-923 M)
  17. Sang Lumahing Kreta (923-1015 M)
  18. Sang Lumahing Winduraja (1015-1033 M)
  19. Rakeyan Darmasiksa (1033-1183 M)
  20. Sang Lumahing Taman (1183-1189 M)
  21. Sang Lumahing Tanjung (1189-1197 M)
  22. Sang Lumahing Kikis (1197-1219 M)
  23. Sang Lumahing Kiding (1219-1229 M)
  24. Aki Kolot (1229-1239 M)
  25. Prabu Maharaja (1239-1246 M)
  26. Prabu Bunisora (1357-1371 M)
  27. Mahaprabu Niskala Wastu Kancana (1371-1475 M)
  28. Dewa Niskala (1475-1483 M)
  29. Ningratwangi (1483-1502 M)
  30. Jayaningrat (1502-1528 M)
  31. Maharaja Cipta Sanghyang Di Galuh ( 1528-1595 M)

Wilayah Kerajaan Galuh

Ibu kota Kerajaan Galuh terletak di Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis (612-702 M). Kemudian berpindah ke Saunggalah (669-1311 M) dan terakhir di Kawali (1311-1482 M).

Peninggalan Kerajaan Galuh

  • Prasasti Mandiwunga

Prasasti yang terbuat dari batu alam ini ditemukan di desa Cipadung, Kecamatan Cisaga, Ciamis pada tahun 1985. Prasasti tersebut memiliki tinggi 70 cm, lebar antara 14 hingga 26 cm, dengan ketebalan 4 hingga 10 cm. Prasasti berisikan lima baris kalimat jenis aksara Jawa Kuno di mana bagian ujung atas sudah patah ketika ditemukan.

Prasasti Mandiwunga ditemukan oleh Dirman Surachmat dan ditranskripsi ulang oleh Richadiana Kartakusuma di tahun 1991. Kini prasasti tersebut diletakkan di Museum Negeri Sri Baduga, Bandung, Jawa Barat.

  • Prasasti Cikajang

Seperti halnya namanya, prasasti ini ditemukan di lereng Gunung Cikuray sebelah barat daya. Tepatnya di sebuah perkebunan teh di wilayah Cikajang, Garut, Jawa Barat. Prasasti Cikajang berupa batu alam yang memiliki ukuran 1,5 x 1,5 meter. Tulisan pada prasasti ini sebanyak tiga baris dan ditulis dalam aksara serta bahasa Sunda kuno.

  • Prasasti Rumatak

Disebut juga Prasasti Geger Hanjuang, Prasasti Rumatak peninggalan Kerajaan Galuh ini ditemukan pada tahun 1877 di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi penemuan tersebut termasuk ke dalam wilayah Gunung Galunggung.

Oleh sebab itu tak hanya memuat tentang sejarah Kerajaan Galuh saja, prasasti ini juga merupakan bukti nyata adanya Kerajaan Galunggung.

Prasasti Rumatak berupa batu pipih yang memiliki ukuran 85 x 62 cm2. Prasasti yang berisi tiga baris tulisan ini menggunakan aksara Kawi dengan bahasa Sunda Kuno. Kini Prasasti Rumatak disimpan di Museum Nasional Indonesia.

  • Prasasti Galuh

Prasasti Galuh berupa tulisan yang dipahatkan di batu kali yang berukuran tinggi 51 cm, lebar 33 cm, dan lebar antara 4 hingga 19 cm yang berisi tiga baris tulisan dengan aksara serta bahasa Sunda Kuno. Prasasti yang diperkirakan berasal dari abad 14-15 Masehi tersebut kini disimpan di Museum Nasional.

  • Candi Cangkuang

Candi yang terletak di Kampung Pula, Desa Cangkuang, Kabupaten Garut ini merupakan satu-satunya candi Hindu di Sunda. Candi ini ditemukan pertama kali tahun 1966 berdasarkan laporan Vorderman di buku Notulen Bataviaasch Genotschap terbitan 1893. Meskipun peninggalan agama Hindu, terdapat adanya pemakaman muslim di samping candi.

The post Kerajaan Galuh: Sejarah, Raja, Peninggalan dan Wilayah appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Bukti Keberadaan Kerajaan Tarumanegara https://haloedukasi.com/bukti-keberadaan-kerajaan-tarumanegara Wed, 19 Jan 2022 02:49:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30696 Sejarah Indonesia sangatlah panjang mulai dari zaman kerajaan, datangnya para penjajah hingga akhirnya merdeka dan berdirilah NKRI. Pada dasarnya Indonesia merupakan gabungan-gabungan dari berbagai kerajaan yang dahulu berkuasa di Nusantara. Meski kini kerajaan-kerajaan tersebut telah tiada dan bersatu menjadi Indonesia. Namun fakta sejarah tentang mereka tetap dilestarikan dan diingat hingga saat ini. Salah satu kerajaan […]

The post Bukti Keberadaan Kerajaan Tarumanegara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Indonesia sangatlah panjang mulai dari zaman kerajaan, datangnya para penjajah hingga akhirnya merdeka dan berdirilah NKRI. Pada dasarnya Indonesia merupakan gabungan-gabungan dari berbagai kerajaan yang dahulu berkuasa di Nusantara.

Meski kini kerajaan-kerajaan tersebut telah tiada dan bersatu menjadi Indonesia. Namun fakta sejarah tentang mereka tetap dilestarikan dan diingat hingga saat ini.

Salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Nusantara adalah kerajaan Tarumanegara yakni salah satu kerajaan Hindu terbesar Indonesia yang berkuasa pada masa abad ke 7 masehi dan berpusat di Jawa Barat. 

Bagaimana masyarakat modern dapat mengetahui adanya kerajaan yang berdiri di masa lampau tersebut? Hal itu dikarenakan adanya bukti-bukti dan sumber sejarah tentang kerajaan Tarumanegara baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang akan kita bahas di bawah ini.

Sumber Dalam Negeri

Sumber sejarah dalam negeri adalah berbagai peninggalan-peninggalan atau jejak yang ditinggalkan oleh sebuah kerajaan itu sendiri dan ditemukan di wilayah kerajaan tersebut. Berikut adalah sumber sejarah kerajaan Tarumanegara yang berasal dari dalam negeri.

Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Sumber sejarah yang paling umum ditinggal oleh sebuah kerajaan adalah prasasti. Prasasti sendiri artinya piagam atau dokumen yang tertulis pada benda-benda atau media lainnya yang keras dan awet. 

Prasasti dianggap sebagai jejak paling penting dalam dunia sejarah karena mampu memberikan informasi dan kronologi dari suatu peristiwa di masa lalu secara detail. Begitu juga dengan kerajaan Tarumanegara yang juga meninggalkan jejak berupa prasasti. Prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara adalah:

  • Prasasti Kebon Kopi di Cibungbulang yang berisi jejak  dua telapak kaki gajah yang diyakini sebagai kendaraan dewa Wisnu yakni salah satu dewa kepercayaan Hindu.
  • Prasasti Pasir Awi di Bogor yang berisi gambar dan pahatan ranting pohon, dedaunan dan jejak kaki. 
  • Prasasti Pasir Koleangkak di Bogor bagian barat yang berisi pujian untuk Raja Purnawarman yang berkuasa pada tahun 395 Masehi.
  • Prasasti Tugu di Jakarta yang menggambarkan situasi penggalian sungai Gomati atas perintah raja Purnawarman.
  • Prasasti Muara Cianten di Bogor yang berisi aksara ikal.
  • Prasasti Cidanghiang atau Lebak di Bogor yang mengisahkan perjalanan hidup raja Purnawarman.
  • Prasasti Ciaruteun di Ciampea yang berisikan puisi dan syair untuk raja Purnawarman serta jejak kaki miliknya.

Candi Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Jejak lain yang biasanya ditinggalkan oleh sebuah kerajaan adalah tempat ibadah sesuai dengan kepercayaan yang diyakini mereka. Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu maka dari itu peninggalannya adalah candi. Bangunan-bangunan candi yang dibangun oleh kerajaan Tarumanegara adalah sebagai berikut.

  • Candi Situs Batujaya 

Situs candi seluas 5 km persegi ini berdiri di dua desa yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang Prov. Jawa Barat. Pada situs candi Batujaya ini temukan berbagai artefak dan yang paling tua berasal dari abad 2 Masehi sementara yang termuda datang dari abad 12 Masehi.

  • Candi Cibuaya

Candi Cibuaya berada di dusun Cibuaya kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Candi ini terdiri dari dua bangunan yaitu bagian Lemah Duhur Lanang, dan Lemah Duhur Wadon. Situs candi ini ditemukan pada tahun 1952 serta penemuan keduanya pada tahun 1957.

  • Candi Jiwa

Candi Jiwa memiliki bentuk yang unik yaitu gundukan tanah yang menyerupai bukit kecil. Candi yang dibangun 2 meter di atas permukaan tanah ini berada di lokasi yang sama dengan situs candi Batujaya. 

Arca Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Arca adalah sebuah patung yang dibuat dengan tujuan sebagai media untuk beribadah umat Hindu maupun Budha. Patung ini biasanya ditemukan bersama dengan candi sebagai jejak peninggalan mereka. 

Beberapa arca peninggalan kerajaan Tarumanegara adalah sebagai berikut:

  • Arca Rajarsi

Arca Rajarsi diperkirakan ditemukan di Jakarta ini merupakan representasi dari raja Purnawarman yang dianggap memiliki karakter yang sama dengan dewa Wisnu Ara ini merupakan salah satu patung tertua yang pernah ditemukan.

  • Arca Wisnu Cibuaya I dan II 

Berdasarkan penelitian arca ini dibuat pada abad ke-7 dan serupa dengan arca yang ditemukan di semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja. Arca ini membuktikan bahwa seni di Jawa Barat sudah dimulai sejak ribuan tahun lalu.

Arca berukuran setinggi 63 cm ini ditemukan pada tahun 1951 oleh warga setempat dalam keadaan cukup baik. Bentuk arca ini menggambarkan gaya Pallawa yaitu sikap berdiri dan memiliki empat buah tangan.

Sedangkan Arca Wisnu Cibuaya II ditemukan pada tahun 1957 dengan bentuk yang sama hanya saja ukurannya lebih kecil yaitu 48 cm. Kedua arca ini terbuat dari batu hitam yang dipahat. Saat ini arca Wisnu Cibuaya I dan II dapat  dapat dilihat di  Museum Nasional Jakarta.

Naskah Wangsakerta

Naskah Wangsakerta bukanlah peninggalan dari kerajaan Tarumanegara melainkan milik Pangeran Wangsakerta dari Cirebon. Bersama dengan pengikutnya yang dikenal sebagai “Panitia Wangsakerta menulis naskah ini pada abad ke 17 tepatnya antara 1677 sampai 1698. Naskah ini bernama Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara.

Salah satu isi dari naskah ini menulis tentang informasi berdirinya kerajaan Tarumanegara beserta raja-raja yang pernah memimpinnya. 

Berdasarkan naskah Wangsakerta kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Maharshi Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 masehi. Sementaara para raja yang pernah bekuasa adalah Raja Jayasingawarman sejak tahun 358 hingga 382 masehi, Raja Dharmayawarman pada tahun 382 hingga 395 Masehi, Raja Purnawarman sejak tahun 395 M hingga 434 M, Raja Wisnuwarman pada tahun 434 hingga 455 M serta raja Indrawarman dari tahun 455 M hingga 51 M. Naskah ini tersimpan di museum Sri Baduga Bandung, Jawa Barat.

Sumber sejarah dari Luar Negeri 

Sumber sejarah dari luar negeri biasanya berasal dari informasi ataupun buku-buku yang ditulis oleh pendatang yang dari dari negeri lainnya. Berikut ini sumber sejarah kerajaan Tarumanegara yang berasal dari luar negeri.

Berita Fa Hien 

Sumber sejarah tidak harus berasal dari dalam negeri tetapi juga bisa dari luar negeri seperti berita Fa Hien. Fa Hien adalah seorang penjelajah dan juga Biksu dari Tiongkok pada awal abad ke-5 Masehi. Ia menuliskan apa saja yang dilihatnya selama perjalanannya dalam buku Fa Kao Chi yang tertanggal tahun 414 M. 

Dalam bukunya tersebut tertulis tentang Ye-Po-Ti yang telah disepakati oleh para ahli sebagai pulau Jawa dan Negara Lang-Ga-Su atau Lang-Ga yang cocok dengan gambaran kerajaan Tarumanegara. 

Fa Hien dalam bukunya mengisahkan Dinasti Liang yakni sebutan untuk Kerajaan Tarumanegara ada pada tahun 502 sampai 507 M. Dalam buku ini juga menggambarkan kondisi bangunan dan masyarakat Tarumanegara seperti bangunannya dipenuhi oleh menara pengawas dan raja Lang-Ga melakukan perjalanannya dengan menggunakan gajah. 

Masyarakatnya digambarkan hanya sedikit yang menganut Budha sedangkan mayoritasnya adalah pemeluk Hindu dan sisanya masih teguh pada kepercayaan animisme dan dinamismenya. 

Berita dari Dinasti Sui

Dinasti Sui adalah dinasti yang ada di Tiongkok dan berjaya sekitar tahun 581 sampai 618. Dinasti ini adalah pondasi awal dari dinasti Tang yang berhasil menyatukan wilayah Tiongkok yang sempat terpecah belah sebelumnya. 

Salah satu peninggalan Dinasti Sui menceritakan bahwa raja To Lo Mo yakni ejaan Taruma dalam bahasa Tiongkok telah mengirimkan seorang utusan pada tahun 528 M hingga 669 M. 

Sejarah Dinasti Sui mengatakan bahwa To Lo Mo atau Taruma adalah sebuah negeri yang jauh berada di Selatan Tiongkok. Maksud kedatangan utusan tersebut adalah untuk hubungan diplomatik. 

Berita dari Dinasti Tang

Dinasti Tang adalah penerus dari dinasti Sui yang sudah lebih dahulu berdiri. Dinasti Tang didirikan pada tahun 618 oleh Li Yuan. Sejarah dinasti ini juga menyebutkan hal yang sama dengan yang tertulis di sejarah dinasti Sui. 

To-Lo-Mo atau To-Lo-Ma kembali mengirimkan utusannya ke Tiongkok pada tahun 666 M dan 669 M. Namun maksud dari kunjunganya ini tidak dijelaskan lebih rinci lagi. 

The post Bukti Keberadaan Kerajaan Tarumanegara appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Raja dan Peninggalannya https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-samudera-pasai Wed, 04 Mar 2020 06:58:35 +0000 https://haloedukasi.com/?p=4322 Ada beragam kerajaan Islam seperti kerajaan Demak, kerajaan Cirebon, kerajaan Banten, dll. Kerajaan Islam ini mulai menguasai Indonesia setelah runtuhnya beberapa kerajaan hindu budha. Kerajaan Islam mulai bangkit di berbagai daerah terutama di ujung Sumatera, tepatnya Aceh. Tak hanya kerajaan Aceh, ternyata ada 1 kerajaan lagi yang turut andil dalam jalur perdagangan kala itu yakni […]

The post Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Raja dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Ada beragam kerajaan Islam seperti kerajaan Demak, kerajaan Cirebon, kerajaan Banten, dll.

Kerajaan Islam ini mulai menguasai Indonesia setelah runtuhnya beberapa kerajaan hindu budha.

Kerajaan Islam mulai bangkit di berbagai daerah terutama di ujung Sumatera, tepatnya Aceh.

Tak hanya kerajaan Aceh, ternyata ada 1 kerajaan lagi yang turut andil dalam jalur perdagangan kala itu yakni kerajaan Samudera Pasai.

Latar Belakang Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai berdiri dari tahun 1267 M, sebelum akhirnya runtuh karena serangan pada penjajahan Portugis di tahun 1521 M.

Samudera Pasai berdiri dengan tujuan untuk dijadikan sebagai kota dagang karena letaknya yang strategis.

Lokasi kerajaan ini berada di daerah pesisir pantai utara Sumatera, dekat dengan daerah Lhokseumawe, Aceh.

Karena lokasi yang strategis inilah, tidak heran apabila banyak pedangang asing keluar masuk kota untuk mencari rempah-rempah berupa lada.

Apalagi Samudera Pasai memiliki beberapa pelabuhan-pelabuhan penting yang dijadikan sebagai tempat transit dan pada akhirnya disebut sebagai kerajaan Maritim.

Samudera Pasai awalnya dibangun oleh Nizamuddin Al Kamil, seorang pimpinan angkatan laut yang berasal dari Mesir.

Lalu diceritakanlah bahwa Sultan Malik as-Saleh menggantikan dengan memimpin kerajaan pada tahun 1267 M.

Dari sinilah Samudera Pasai semakin berkembang dan berjaya hingga melahirkan beberapa koin emas dirham sebelum akhirnya harus jatuh dan bergabung dengan kerajaan Aceh.

Raja-raja Yang Pernah Menjabat di Kerajaan Samudera Pasai

Berikut ini adalah 7 raja yang pernah menjabat di kerajaan Samudera Pasai:

1. Sultan Malik as-Saleh (1267-1297 M)

Sultan Malik as Saleh memimpin dari awal Samudera Pasai dibentuk dari tahun 1267 dan berakhir di tahun 1297 M.

Ada yang mengatakan bahwa berdasarkan Hikayat Raja Pasai, beliau lah yang mendirikan kerajaan Pasai sebelumnya.

Ada pula yang mengatakn bahwa pimpinan angkatan laut dari Mesir yang bernama Nizamuddin Al Kamil yang mendirikan Samudera Pasai dan selanjutnya kerajaan dipimpin oleh Sultan Malik as Saleh.

Pun ada pula yang mengatakan bahwa Sultan Malik as Saleh menggantikan masa kepemimpinan Sultan Malik al-Nasser.

Satu yang pasti yakni raja pertama Samudera Pasai ialah Sultan Malik as Saleh atau disebut juga Meurah Silu.

Dalam masa pemerintahan Meurah Silu, Samudera Pasai semakin berjaya karena berhasil menjadi kota dagang rempah akibat penguasaan Selat Malaka kala itu.

Selat yang dekat dengan kerajaan Malaka diketahui sebagai pusat perdagangan rempah internasional sehingga hal ini berpengaruh juga pada perekonomian Samudera Pasai.

2. Sultan Muhammad Malik azh-Zhahir (1297-1326 M)

Setelah Sultan Malikussaleh wafat, Sultan Muhammad Malik azh-Zhahir menggantkan beliau selama 29 tahun dari tahun 1297 M

Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik azh-Zhahir, banyak koin emas yang dicetak dan diberi nama dirham.

Dari sinilah awal mula alat tukar perdagangan di Samudera Pasai menggunakan koin emas.

Di tahun 1326 M, Sultan Muhammad Malik azh-Zhahir wafat dan beliau juga meninggalkan cap sultan yang berisi tulisan Mamlakah Muhammad atau Kerajaan Muhammad.

3. Sultan Mahmud Malik azh-Zhahir (1326-1345 M)

Sultan berikutnya adalah Sultan Mahmud Malik azh-Zhahir yang melanjutkan takhta dari tahun 1326 hingga 1345 M.

Beliau dapat berbahasa Arab secara lancar dan merupakan raja yang taat beribadah.

Dalam masa pemerintahannya, banyak pedagang asing dari India dan Cina yang sering berkunjung untuk membeli rempah-rempah di Samudera Pasai.

Karena hal inilah, pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Malik azh-Zhahir sering ditemui barang-barang Cina yang dapat dibeli di Samudera Pasai tanpa harus berlayar ke Cina.

Selain itu, Sultan Mahmud Malik azh-Zhahir merupakan panglima perang yang handal karena sudah menaklukan berbagai daerah di sekitar kerajaan.

Berkat kegigihan untuk memajukan Samudera Pasai di bawah pemerintahannya, tak heran jika Sultan Mahmud Malik azh-Zhahir sangat dihormati oleh rakyatnya.

4. Sultan Ahmad azh-Zhahir (1346-1383 M)

Sultan Ahmad Malik az-Zhahir merupakan penerus berikutnya dan putra dari Sultan Mahmud Malik az-Zhahir.

Sultan Ahmad Malik az-Zhahir memimpin Samudera Pasai dari tahun 1346 sampai dengan 1383 M.

Di masa pemerintahannya, kerajaan Majapahit kala itu bangkit dan melakukan penyerangan menuju Pasai untuk menguasai kota dagang tersebut.

Hal ini membuat Sultan Ahmad Malik az-Zhahir kabur dan meninggalkan ibukota kerajaan.

Akhirnya karena hal ini, kerajaan digantikan oleh raja Pasai berikutnya.

5. Sultan Zainal Abidin Malik azh-Zhahir (1383-1405 M)

Sultan Zainal Abidin Malik azh-Zhahir melanjutkan kepemimpinan di Pasai dari tahun 1383 M.

Dalam berita Tiongkok, Sultan Zainal Abidin Malik azh-Zhahir disebut juga sebagai Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki.

Ketika masa pemerintahannya, ada seorang raja dari Pedir yang bernama raja Nakur.

Ketika itu di tahun 1405 M, raja Nakur membunuh Sultan Zainal Abidin Malik azh-Zhahir dengan panah dan menyebabkan sultan Pasai tewas.

Karena itulah, kepemimpinan berikutnya jatuh ke tangan istri Sultan Zainal Abidin Malik azh-Zhahir yang bernama Nahrasyiyah.

6. Ratu Nahrasyiyah (1405-1412 M)

Ratu Nahrasyiyah atau Sultanah Nahrasyiyah merupakan istri dari Sultan Zainal Abidin Malik az-Zhahir.

Beliau melanjutkan kepemimpinan suaminya yang tewas di tangan raja Nakur dari tahun 1405 hingga 1412 Masehi.

Karena kebenciannya akan raja Nakur yang telah membunuh suaminya, akhirnya Ratu Nahrasyiyah melakukan sayembara.

Sayembara tersebut berisi perintah bahwa siapapun yang dapat membunuh raja Pedir tersebut maka akan diangkat sebagai raja dan memerintah bersama putranya.

Akhirnya seorang nelayan berhasil membunuh raja Nakur dan diangkat sebagai raja.

Nelayan tersebut bernama Sallah ad-Din dan akhirnya bergelar sebagai sultan.

7. Sultan Zain Al’Abidin (1513-1524 M)

Sultan Zain Al’Abidin memerintah dari tahun 1513 M hingga masa-masa keruntuhan Samudera Pasai yakni tahun 1524 M.

Nama lain Sultan Zain Al’Abidin adalah Sultan Zainal ‘Abidin Ra-Ubabdar yang mana beliau masih memiliki garis keturunan anak dari paman Ratu Nahrasyiyah.

Sebelum masa pemerintahan Sultan Zain Al’Abidin sudah banyak berganti-ganti raja dan barulah ketika masa pemerintahannya, Pasai mulai diserang oleh Portugis.

Kerajaan Pasai jatuh karena armada Portugis yang lebih kuat sehingga pada akhirnya raja harus menyerah dan menyebabkan runtuhnya Pasai pada tahun 1521 M.

Di tahun 1524 M, Samudera Pasai diambil alih oleh kerajaan Aceh yang kala itu rajanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah.

Sehingga berakhirlah masa kepemimpinan Sultan Zain Al’Abidin dan juga kerajaan Samudera Pasai.

Masa Kejayaan Kerajaan Samudera Pasai

Meski di masa pemerintahan sebelumnya, Samudera Pasai sudah mengalami kemajuan.

Namun masa kejayaannya baru berada ketika masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin Malik azh-Zhahir.

Keadaan sosial bidayanya kala itu sangat baik karena masyarakat dapat menghasilkan karya sastra Melayu berbekal huruf Arab yang dibawa dari agama Islam.

Kondisi ekonominya pun semakin berkembang karena Samudera Pasai merupakan daerah strategis tempat pelayaran dan perdagangan rempah internasional.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai

Samudera Pasai mengalami keruntuhan ketika masa kepemimpinan Sultan Zain Al’Abidin.

Beliau adalah putra dari paman Ratu Nahrasyiyah, yang mana Ratu Nahrasyiyah merupakan istri dari raja-raja Pasai sebelumnya.

Ketika masa kepemimpinannya, di dalam kerajaan sudah sering terjadi keributan.

Puncaknya adalah tahun 1521 dimana akhirnya armada laut Portugis yang kuat mampu melumpuhkan Samudera Pasai yang memang sudah rapuh.

Kerajaan ini lumpuh dan akhirnya di tahun 1524, raja Aceh mampu merebut dan menduduki Samudera Pasai.

Sehingga pada tahun 1524 itulah, Samudera Pasai akhirnya hancur diambil alih kerajaan Aceh.

Peninggalan Kerajaan Samudera Pasai

Berikut ini adalah beberapa peninggalan kerajaan Samudera Pasai, antara lain:

  • Makam Sultan Malik as-Saleh

Makam Sultan Malik as-Saleh merupakan makam raja pertama kerajaan Pasai.

Makam ini berlokasi di Nangroe Aceh Darussalam dan saat ini menjadi salah satu destinasi wisata.

Selain makam raja pertama Pasai, akan ditemukan pula makam-makam raja dan ratu lainnya yang pernah menjabat di Samudera Pasai.

  • Makam Sultan Muhammad Malik az-Zhahir

Makam Sultan Muhammad Malik az-Zhahir berlokasi sama dengan Makam Sultan Malik as-Saleh.

Lokasi makam ini pun berdampingan dengan makam Sultan Malik as-Saleh, raja pertama Samudera Pasai.

Sultan Muhammad Malik az-Zhahir merupakan raja kedua Samudera Pasai dan merupakan anak dari Sultan Malik as-Saleh.

  • Stempel Kerajaan Samudra Pasai

Stempel ini merupakan stempel peninggalan Samudera Pasai dan kini usianya mencapai 685 tahun.

Stempel kerajaan ini ditemuan di desa Aceh Utara dan diduga merupakan peninggalan raja Pasai kedua karena terdapat tulisan “Kerajaan Muhammad”.

Stempel ini memiliki ukuran 2×1 cm dan bentuknya sudah tidak terlalu utuh lagi.

  • Koin Emas Dirham

Selain stempel, ditemukan pula koin emas dirham yang digunakan sebagai alat tukar di masa Samudera Pasai.

Koin emas ini merupakan peninggalan raja Pasai yang kedua dan terbuat dari campuran emas, perak dan tembaga serta terdapat tulisan arab pada permukaannya.

  • Naskah Surat Sultan Zainal Abidin

Naskah surat ini dibuat oleh Sultan Zainal Abidin tahun 1518 M menggunakan bahasa Arab.

Naskah ini dibuat untuk menggambarkan keadaan Samudera Pasai ketika diserang oleh Portugis.

The post Sejarah Kerajaan Samudera Pasai: Raja dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>