Moral berasal dari kata latin “Mos” atau “Mores” ( jika dalam bentuk jamak ) yang mempunyai artian tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral merupakan gambaran dari pola tingkah laku seseorang/individu dalam kesehariannya yang dikendalikan oleh beberapa konsep moral.
Konsep moral ialah sebuah aturan perilaku yang menjadi sebuah aturan tidak tertulis atau pola kebiasaan suatu kelompok sosial. Tentang perkembangan moral sendiri menarik perhatian para ahli yakni Kohlberg dan Piaget untuk memberikan analisa teori tentang hal tersebut.
Menurut Piaget dan Kohlberg perkembangan moral berkorelasi dengan perkembangan kecerdasan individu, sehingga seharusnya bila perkembangan kecerdasan telah mencapai kematangan, maka perkembangan moral juga harus mencapai tingkat kematangan.
Menurut teori Piaget (dalam Slavin, 2011) proses penalaran moral sejalan dengan perkembangan kognisi. Piaget percaya bahwa struktur dan kemampuan kognisi berkembang lebih dulu. Kemampuan kognisi kemudian menentukan kemampuan anak-anak bernalar mengenai dunia sosialnya. Menurut Piaget, perkembangan moral terjadi dalam 2 tahapan, yaitu :
Tahap Heteronom / Realisme Moral ( Moralitas Paksaan )
Moralitas oleh pembatasan (<12thn)
- Usia 0 –5 tahun : pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran / penilaian. Anak dapat menilai tindakan berdasar konsekuensinya. Selain itu Piaget menegaskan bahwa anak pada usia kanak-kanak awal menilai sebuah perilaku yang jahat adalah hal yang menghasilkan konsekuensi negatif sekalipun maksudnya adalah sebuah kebaikan.
- Usia 7/8 –12 tahun : pada tahap ini anak menilai perilaku atas dasar tujuan. Konsep tentang benar/salah mulai dimodifikasi atau dikembangkan (lebih luwes / fleksibel). Konsep tentang keadilan mulai berubah.
Tahap Operasional Formal / Moralitas Otonom
Moralitas dengan analisis (> 12th)
- Anak sudah mulai mampu mempertimbangkan segala cara untuk memecahkan masalah.
- Anak bernalar atas dasar hipotesis dan dalil : pada tahap ini anak sudah mampu untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan memutuskan.
Moralitas otonom disebut juga moralitas kerja sama. Moralitas ini muncul ketika ruang lingkup sosial anak itu meluas. Semakin banyak teman sebaya, semakin banyak pula ide dan pemikiran anak berubah yang kemudian mempengaruhi moralitasnya.