Kelompok merupakan sekumpulan individu yang terbentuk atas dasar adanya persamaan tujuan ataupun kebutuhan tertentu. Terbentuknya kelompok ini dalam kehidupan manusia sudah tidak bisa dielakkan lagi adanya.
Hampir setiap manusia ingin mencapai tujuannya, ia akan berkecenderungan untuk mencari individu lainnya dengan tujuan yang sama untuk membentuk suatu kelompok. Kecenderungan tersebut pun bersesuaian dengan hakikat dasar dari manusia itu sendiri yaitu sebagai makhluk sosial.
Yang mana sebagai makhluk sosial manusia akan berkecenderungan untuk selalu berkelompok dalam hidupnya. Hal tersebut dilakukan semata mata untuk memenuhi kebutuhannya. Baik kebutuhan secara jasmani ataupun rohani.
Berkaitan dengan kelompok ini, terdapat 5 tahapan dasar mengenai pembentukan suatu kelompok di masyarakat. Berikut merupakan pemaparan mengenai kelima tahapan dasar pembentukan kelompok tersebut.
1. Tahap Forming
Tahapan ini merupakan tahapan pertama yang mendasari terbentuknya suatu kelompok. Dalam tahapan ini individu yang tergabung dalam kelompok masih belum mengenal karakteristik serta pribadi dari masing masing.
Sehingga, dalam tahap ini masih cenderung berjalan tahap perkenalan diri satu dengan yang lainnya. Tahap perkenalan ini tentunya sangat dibutuhkan dalam perkembangan kelompok nantinya, apabila dalam masa yang akan datang antar anggota dalam kelompok tidak saling mengenal satu dengan lainnya tentunya akan menghambat proses atau jalinan komunikasi yang dibangun.
Dan apabila komunikasi yang terbangun antar anggota tidak lancar akan berdampak pada timbulnya berbagai permasalahan, dari permasalahan yang sifatnya sepele hingga permasalahan yang berkepanjangan dan perlu penanganan secara khusus.
Hal hal seperti itulah yang sejak awal harus bisa dihindari adanya. Oleh karena, dalam tahapan forming ini sangatlah diperlukan peranan aktif daria masing masing anggota kelompok untuk bisa menjalin interaksi dan berkenalan secara intens dengan anggota kelompok lainnya.
2. Tahap Storming
Pada tahapan ini tiap anggota kelompok sudah saling mengenal satu dengan lainnya. Namun, masih belum sepenuhnya. Rasa kepemilikan dan kebersamaan dalam tahap pembentukan kelompok ini masih belum muncul sama sekali. Sehingga dalam tahapan ini lebih cenderung timbul konflik konflik yang berkaitan dengan kelompok.
Entah, munculnya konflik tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pendapat, ataupun rasa egois yang masih kental dalam diri tiap anggota kelompok. Dalam tahap storming inilah watak dan karakteristik dari tiap anggota yang sebenarnya baru muncul.
Sebenarnya, permasalahan atau konflik yang muncul dalam kelompok tidak akan jauh jauh dipicu karena adanya perbedaan pendapat. Sudah menjadi hal yang biasa, apabila dalam suatu kelompok yang baru pertama kali dibentuk timbul konflik internal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Karena sudah dasarnya, tiap manusia memiliki pola pemikiran dan cara pandang yang berbeda beda antar individu satu dengan individu lainnya.
3. Tahap Norming
Setelah melewati tahapan forming yang identik dengan pengenalan anggota, storming yang identik dengan baru munculnya sebuah masalah dalam kelompok dan kini mulai berada di tahap norming. Yang mana setelah dilanda berbagai konflik atau permasalahan kelompok , antar anggota kelompok kini sudah mulai mengetahui karakteristik satu sama lain.
Baik karakteristik yang berkaitan dengan penyelesaian masalah, menyelesaikan tugas, ataupun karakteristik yang berhubungan dengan penyampian pendapat. Dalam tahapan ini semua telah dirangkum. Sehingga semua karakteristik dan kepentingan dari kelompok diambil jalan tengahnya.
Yang mana saat pelaksanaannya tidak akan ada pihak pihak yang merasa terbebankan dengan apapun keputusan yang akan disepakati. Tahapan inilah yang disebut dengan tahap norming. Yang mana kelompok sudah mulai membentuk serta menyepakati beberapa aturan dan kebijakan yang akan mengikat semua anggotanya.
Penetapan dari aturan kelompok ini tentunya harus bersesuaian dengan tujuan dan kepentingan dari kelompok itu tersendiri. Sehingga semua keputusan yang akan ditentukan tidak akan sama sekali menghambat perkembangan dari kelompok.
Selain itu, semua norma, aturan, dan kebijakan yang dibentuk akan memiliki pengaruh terhadap perkembangan kelompok nantinya dan keberlangsungan dari prosesnya juga. Karena antara aturan, norma, kebijakan dan kelompok itu sendiri akan saling berkaitan satu dengan lainnya.
4. Tahap Performing
Sebenarnya tahapan performing ini sudah otomatis terbentuk saat suatu kelompok telah membentuk aturan dan norma pada tahap norming. Pada tahap performing ini suatu kelompok telah membentuk struktur keanggotaan yang jelas. Sehingga peranan yang dimiliki oleh setiap anggotanya pun sudah jelas.
Dalam kata lain, pada tahapan ini kelompok telah berjalan secara sistematis dan terorganisir antara satu dengan lainnya. Dari segi penyelesaian masalah pun akan lebih efektif dan efisien penyelesaiannya. Karena semua anggota dalam kelompok sudah mengetahui kapasitas serta porsinya masing masing dalam menjalankan tugas.
5. Tahap Adjourning
Setelah semua bagiannya terbentuk, dari norma, struktur keanggotaan dan lain sebagainya sudah saatnya tiap tiap anggota menjalankan apa sudah yang menjadi peranan dan tanggung jawabnya. Disini tiap anggota kelompok diuji untuk bisa menerapkan semua keilmuan atau teori yang dimilikinya ke dalam bentuk praktik.
Tidak hanya soft skill yang dibutuhkan dalam hal ini. Melainkan hard skill juga sangat diperlukan untuk bisa menghasilkan kerja yang optimal. Oleh karenanya tak jarang apabila kita mendengar bahwa ketrampilan soft skill harus seimbang dengan keterampilan hard skill. Karena keduanya memang sangat berkaitan satu dengan lain dalam upaya menyelesaikan tugas.