Daftar isi
Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan destinasi favorit banyak orang karena memiliki beberapa obyek wisata yang menawarkan berbagai keindahan alam, serta flora dan fauna. Bukan hanya itu saja, destinasi ini memiliki beberapa tempat yang dibuat untuk memfasilitasi kebutuhan pengunjung seperti tempat bermain, dan pendakian.
Pada masa pemerintahan Belanda Taman Nasional Gunung Merbabu telah ditetapkan kawasan hutan yang berada di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Boyolali.
Pada tahun 1900 di Kabupaten Magelang Pemerintah Belanda menetapkan sebagian kawasan hutan kompleks Gunung Merbabu sebagai hutan lindung, kemudian diikuti pada tahun 1908 ditetapkan kawasan hutan yang berada di Kabupaten Magelang sebagai kawasan hutan tutupan, penetapan ini berdasarkan proses verbaal grensregeling.
Pada tahun 1915 di Kabupaten Semarang Pemerintah Belanda menetapkan kawasan hutan sebagai hutan lindung melalui proces verbaal van grens regeling. Kawasan yang ditetapkan sebagai hutan lindung termasuk enclave Lelo dan enclave Tekelan.
Pada tahun 1930 di Kabupaten Boyolali Pemerintah Belanda menetapkan kawasan hutan kompleks Gunung Merbabu sebagai Hutan Larangan Gunung Merbabu melalui proces verbaal gresproject.
Pada tahun 1959 – 1963 Pengelolaan dan kawasan hutan diserahkan kepada pengelolaan Dinas Kehutanan yaitu kepada Kepala Daerah Magelang dan Kepala Daerah Surakarta. Kemudian kebijakan pengelolaan hutan diubah menjadi Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) dan KPH Surakarta.
Pada tahun 1975 – 1985 KPH Magelang dan KPH Surakarta mengarahkan penanaman Pinus untuk fungsi perlindungan dan mendukung produksi hasil hutan. Selain Pinus berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian telah menetapkan bahwa sebagian hutan lindung yang berada di Kabupaten Magelang ditetapkan sebagai objek wisata alam.
Pada tahun 1988 KPH Magelang diubah menjadi KPH Kedu Utara. Berdasarkan kebijakan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 pengelolaan kawasan hutan KPH Kedu Utara dan KHP Surakarta menjadi kawasan konservasi tidak termasuk wilayah kerja perusahaan.
Pada tahun 2001 kawasan hutan kompleks Gunung Merbabu dan Taman Wisata Alam Tuk Songo diubah menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu berdasarkan usulan Departemen Kehutanan melalui Direktorat Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA).
Sebagian besar topografi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terdapat banyak bukit, jurang, tebing curam, dan gunung-gunung dengan ketinggian sekitar 3142 mdpl.
ada kemiringan lereng 0-25% sebagian besar terletak di sebelah utara gunung, kemiringan lereng 25-40% terletak di sebelah barat gunung, dan kemiringan lereng lebih dari 40% terletak di sebelah timur wilayah Kabupaten Magelang.
Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki karakteristik lahan yang bervariasi dilihat melalui kedalaman solum tanah dan tingkat kelerengan. Kawasan Gunung Merbabu diklasifikasikan menjadi enam zona berdasarkan peta geologi, antara lain:
Berdasarkan sumber statistik tahun 2019 Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki 135 jenis flora. Peraturan Menteri Kehutanan telah menetapkan spesies tumbuhan prioritas yang terdiri dari saninten (Castanopsis argentea), edelweiss (Anaphalis javanica), kemlandingan gunung (Paraserianthes lophantha) dan kesowo (Engelhardia serrata).
Persebaran spesies tumbuhan prioritas berbeda-beda wilayah antara satu dengan yang lain. Berdasarkan rekapitulasi SIMERU tahun 2017 pemetaan potensi flora sebagai berikut.
1. Saninten
Saninten atau Castanopsis Argentea tersebar pada ketinggian kurang dari 1000 mdpl dengan kemiringan lebih dari 45%. Persebaran saninten merata pada wilayah dengan suhu 18℃ – 24℃. Serta secara keseluruhan saninten paling banyak ditemukan dalam hutan dengan kerapatan tinggi seluar 212,39 hektar.
2. Edelweis
Edelweis atau Anaphalis Javanica dapat ditemukan pada ketinggian lebih dari 2400 mdpl dengan kemiringan lahan dengan rentang 0,13272 hingga 0,19586. Tumbuhan ini juga dapat ditemukan pada wilayah dengan suhu 18℃ – 24℃.
3. Kemlandingan Gunung
kemlandingan Gunung atau Paraserianthes Lophantha merupakan tumbuhan dari family Fabaceae yang tersebar pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl dengan kemiringan lebih dari 45%. Tumbuhan ini dapat berkembang dengan suhu 12℃ – 18℃.
4. Kesowo
Kesowo atau Engelhardia Serrata dapat ditemukan pada rentang ketinggian 1500 mdpl – 2400 mdpl dengan kemiringan lahan 56%. Tumbuhan ini dapat berkembang dengan suhu 12℃ – 22℃.
Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki kekayaan jenis fauna yang terdiri atas 3 jenis primata yakni Lutung, Budeng, dan Monyet ekor panjang. Terdapat 9 jenis herpetofauna, 9 jenis laba-laba, 13 jenis mamalia, 46 jenis kupu-kupu, dan 121 jenis aves.
Selain itu dalam Taman Nasional Gunung Merbabu terdapat spesies yang langka dan dilindungi, antara lain Kijang, Trenggiling, Elang Jawa, Meninting besar, Kipasan belang, Kenari melayu, Elang hitam, Kucing hutan, Srigunting batu, dan Ciung batu siul.
Terdapat kegiatan dan beberapa destinasi wisata yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu. Pada tahun 2018 Balai Taman Nasional Gunung Merbabu melakukan perekrutan tenaga sukarelawan untuk berkontribusi dalam pengendalian kebakaran hutan untuk menanggapi datangnya musim panas.
Kegiatan ini dinamakan dengan “Masyarakat Peduli Api Garuda” yang dihadiri dengan jumlah 30 peserta masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Gunung Merbabu. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 – 16 Maret 2018.
Peserta kegiatan ini mendapat pembekalan teknis dengan materi gambaran umum praktik pengendalian kebakaran, teknis dasar pencegahan kebakaran, dasar-dasar pembukaan lahan tanpa bakar, dan teknik dasar pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
Destinasi Wisata
Terdapat 6 destinasi wisata alam yang ada di Taman Nasional Gunung Merbabu, antara lain: