Biasanya kita sering mendengar tamyiz dalam istilah fiqh, berarti dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan buruk.
Ternyata, istilah tamyiz juga digunakan dalam kaidah bahasa arab. Fungsinya pun sama, sebagai pembeda.
Apa itu tamyiz, dan bagaimana fungsinya dalam menjadi pembeda? Simak selengkapnya dalam artikel berikut.
Tamyiz adalah isim yang berfungsi memperjelas maksud suatu isim yang dinyatakan.
Ia menjadi pembeda kalimat jelas dengan kalimat yang belum jelas maknanya.
Misalkan pada kata “Kamu berat”, ada banyak kemungkinan kata ‘berat’ tersebut ditujukan. Apakah yang berat? Badan, perasaan, hati, atau pikiran?
Beda dengan kalimat “Kamu berat pikirannya”, sudah jelas bahwa yang berat di sini adalah badan lawan bicara.
Dalam kalimat ini, kata ‘pikiran’ berperan sebagai tamyiz. Kata ‘berat’ disebut sebagai ‘mumaiyyiz‘ atau kata yang dijelaskan oleh tamyiz.
Supaya bisa menjadi pembeda, maka suatu tamyiz harus memiliki kriteria seperti ini.
Ada dua jenis tamyiz dalam kaidah bahasa Arab. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Tamyiz mufrad adalah jenis tamyiz yang berfungsi untuk menjelaskan sebuah kata, bukan satu kalimat.
Biasanya, tamyiz jenis ini menjelaskan makna yang masih samar dari kata-kata besaran seperti:
Jenis Tamyiz | Bahasa Arab | Cara Baca | Bahasa Indonesia |
Mikyaalat | اِشْتَرَيْتُ لِتْرًا رُزًّ | Istaraytu litran ruzan | Aku membeli satu liter beras |
Mawaazinaat | اِشْتَرَيْتُ رِطْلًا رُزًّا | isytaraytu rathlan ruzan | saya telah membeli setengah kilo padi |
Misaahat | بَاعَنِي التَاجِرُ مِتْرًا حَرِيْرً | baa’ani attaajiru mitran hariiran | Penjual menjual semeter kain sutera |
A’daadan | فِي الحَقْلِ عِشْرُوْنَ غَنَمًا | fii alhaqli ‘isyruuna ghanman. | Di ladang terdapat dua puluh kambing |
Tamyiz ini bersifat membedakan suatu kalimat dengan kalimat lain. Fungsinya adalah untuk menjelaskan kaitan fi’il (kata kerja) dengan fa’il (pelaku) dan mubtada’ (pelaku) dengan khobar (perilaku pelaku).
Ada dua jenis tamyiz nisbah berdasarkan bisa atau tidaknya Ia dipindahkan.
Tamyiz yang satu ini dapat dipindah posisinya. Ia bisa berubah dari fa’il (pelaku), maf’ul bih (objek), atau mubtada’ (suatu kata yang berada di awal kalimat, bisa kata tanya/ istifham atau pelaku) atau sebaliknya.
Contohnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Pindahan dari | Bentuk Asal Bahasa Arab | Cara Baca | Bahasa Indonesia | Bentuk Kini Bahasa Arab | Cara Baca | Bahasa Indonesia |
Fa’il | مَالِي أَكْثَرُ مِنْ مَالِكَ | Maalii aktsaru min maalika | Hartaku lebih banyak daripada hartamu | أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالاً | Anaa aktsaru minka, maalan | Aku lebih banyak dari kamu hartanya |
Maf’ul bih | و فجّرنا الأرض عيون | Wa fajarnaa al ardha ‘uyuunan | Dan kami jadikan mata air memancar di bumi | و فجّرنا الأرض عيوناً | wa fajarnaa al ardha ‘uyuunan | Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air |
Mubtada | حَسُنَ وَجْهُ عَلِيٍّ | hasuna wajhu ‘Aliy | Wajah Ali bagus | حَسُنَ عَلِيٌّ وَجْهًا | hasuna ‘Aly, wajhu. | Ali bagus wajahnya |
Dikatakan bahwa tamyiz ini jarang terjadi dan sifatnya lebih ke perkataan lisan seperti امتلا الاءناءماء (imtalaa alinaa’u maa’a) yang berarti “Wadah telah penuh, airnya”.
Jika posisi kata ‘ma’a’ diganti ke depan maknanya akan aneh. Misalkan “Air wadah telah penuh”, “Wadah air telah penuh” (malah mengubah pelaku dari air menjadi wadah air). Makna “Wadah telah penuh, airnya” lebih dipahami dan masuk akal.