Daftar isi
Seni tari Jawa Tengah memang beragam dan tidak berdasarkan pada perempuan saja. Selain Tari Bambangan Cakil, ada lagi tarian khas Jawa Tengah yang diperankan oleh laki-laki yaitu Tari Beksan Wireng.
Beksan wireng berasal dari kata Beksan yang berarti tari dan Wireng yang terdiri dari”Wira” atau perwira dan “Aeng” yaitu prajurit yang unggul. Oleh karena itu, tarian ini disebut dengan Beksan Wireng.
Tercermin dari asal katanya, tarian ini bercerita tentang perjuangan dua ksatria yang penuh semangat.
Tari Beksan Wireng diciptakan oleh Prabu Amiluhur dengan tujuan agar sang putra aktif dan bersemangat dalam keprajuritan dengan memanfaatkan persenjataan perang serta cinta kepada negeri.
Di Mangkunegaran, keberadaan Tari Wireng sangat erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Keraton Mangkunegaran tahun 1757 hingga 1987. Sejarah perjuangan R.M Said dan para pengikutnya, termasuk 18 pendukung setianya yang kuat dan berani.
Slogan “Tiji Tibeh” dan semangat perjuangan yang terkandung dalam Tri Darma tercermin dalam karya tari yang sebagian besar tampil dalam bentuk kawat atau perang.
Beksan Wireng mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkunegara V. Hal ini sebagai tanda sejarah berdirinya Kadipaten, yang telah diperjuangkan oleh R.M. Said dan pengikutnya melawan VOC yang merupakan perang Suksesi Tanah Jawa tahun 1741-1757.
Oleh karena itu, dalam rangka memperingati karya tarinya maka diberi nama Beksan Wireng.
Tari Beksan Wireng memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tak jauh berbeda dengan tarian lain, tari beksan ireng menggunakan kostum berupa:
Instrumen musik yang mengiringi Tari Beksan Wireng tidak menggunakan gendung sampak, hanya iramanya kendho. Gendung satu yang artinya Gendhing Ladrang kemudian diteruskan dengan Gendhing Ketawang.
Dalam Tari Beksan Wireng tidak terdapat dialog atau ontowacono serta tanpa menggambarkan suatu cerita tertentu. Ada juga Perang Ruket (gulat), yang merupakan perang campuran antara pertempuran, penyerangan dan pertahanan. Perang ruket tidak menggunakan banyak variasi, namun tetap mengikat dalam aransemen tarinya.
Beksan Wireng adalah kesenian adiluhung yang bersumber dari Kraton Jawa. Hingga kini, Pura Mangkunegaran yang terus melestarikannya. Keunikan pertama dari tarian ini adalah cerita peperangan yang disajikan tanpa adanya menang dan kalah. Pesan yang hendak disampaikan adalah semangat juang yang tak kunjung henti.
Sejak abad ke-11 atau pada masa kerajaan Jenggala-Kediri, Tarian Beksan Wireng sudah ada. Keberadaan Tari Beksan Wireng ini terdapat dalam berbagai serat, antara lain serat Centhini, Serat Sastramiruda, Serat Weddataya, dan Serat Kridhwayangga.
Pada serat Chentini yang mulai disusun pada tahun 1814 dan serat Kridhwayangga, Panji Inukertapati yang mempunyai gelar Prabu Suryamisesa, tetapi di dalam Serat Centhini menyebutnya Suryawisesa.