Daftar isi
Burung cenderawasih merupakan burung yang memiliki bulu yang indah. Tentunya sebagian besar orang tahu bahwa burung ini merupakan hewan khas dari Indonesia timur yakni Papua. Namun, apakah tari cenderawasih juga berasal dari sana? Dalam dunia seni tari terdapat nama tari cenderawasih. Apakah tari cenderawasih merupakan tarian khas Papua? Secara dari segi nama mengambil salah satu hewan khas Papua. Temukan selengkapnya di bawah ini.
Tak seperti namanya, tari cenderawasih merupakan tari tradisional yang berasal dari Bali. Tari ini terinspirasi dari burung cenderawasih, hewan ikonik khas Papua. Burung cenderawasih dianggap sebagai burung yang menyimbolkan perjalanan cinta yang abadi.
Burung cenderawasih juga dianggap sebagai burung dewa-dewa pada kepercayaan Hindu di Bali. Tari cenderawasih menceritakan kehidupan asmara antara ekor burung cenderawasih yakni jantan dan betina. Saat memadu kasih, burung cenderawasih akan melakukan gerakan yang unik. Hal inilah yang kemudian menjadi inspirasi penciptaan tari cenderawasih.
Tari burung cenderawasih merupakan representasi dari kehidupan burung cenderawasih yang gemar menari dan menyanyi. Saat musim perkawinan, burung cenderawasih digambarkan dengan suasana penuh ceria. Selain itu, dalam tari ini juga menggambarkan keceriaan burung cenderawasih saat bermain dan mengejar burung lain. Burung jantan akan menampilkan bulu-bulu yang indah dan memiliki beragam warna. Maka dari itu, para penari menggambarkannya dengan tata rias dan kostum yang menyerupai burung cenderawasih.
Tari Cenderawasih merupakan tarian jenis kreasi baru yang diciptakan oleh I Gede Manik. Pertama kalinya tarian ini ditampilkan pada tahun 1920 di subdistik Sawan Kabupaten Buleleng yang merupakan daerah tempat asal sejumlah tarian. Seiring perkembangan zaman, tarian ini terus mengalami perkembangan. Salah aatu yang mengembangkannya adalah seorang koreografer bernama Ni Luh Nyoman Swasto Widjaja Bandem. Hingga detik ini, hasil aransemennya kerap digunakan dalam tari cenderawasih.
Pada dasarnya semua tarian ini mengisahkan tentang perilaku burung cenderawasih saat memasuki musim kawin. Di mana mereka gemar menari dan menyanyi. Maka dari itu, setiap gerakan pada tari ini menyeritakan perilaku burung cenderawasih saat musim kawin. Begitupun dengan kostumnya yang disesuaikan dengan bentuk burung cenderawasih yang memiliki bulu indah dan warna indah.
Tari cenderawasih memiliki beberapa fungsi yakni sebagai berikut.
Sejatinya gerakan pada tari cenderawasih memiliki 4 ciri khas yakni agem, tandang, tangkis serta tangkep. Gerakan pada tari ini semuanya menggambarkan perilaku dari burung cenderawasih saat memasuki musim kawin. Gerakan tari ini memiliki ciri khas yakni unsur agem yang terbuka. Posisi tangan kanan sedikit lurus sedangkan tangan kiri membentuk seperti sudut atau agem kanan. Kemudian pada bagian telapak kaki diarahkan ke bagian belakang. Di mana pergelangan tangan ditekuk dan jari tangan terbuka.
Saat melakukan gerakan mengembangkan sayap, gerakannya seperti gerakan khas Bali yakni kecas-kecos dan maaras arasan. Gerakan ini dilakukan setiap kali mengembangkan sayap. Tari cenderawasih dimulai dengan masuknya seorang penari di atas pangging dan melakukan gerakan bagian awal atau papeson. Kemudian dilanjutkan dengan kedatangan penari kedua dan melakukan gerakan yang berlawanan arah. Selanjutnya, kedua penari melanjutkan gerakan-gerakan tari hingga selesai.
Saat melakukan gerakan tari cenderawasih terdapat beberapa pola lantai yang perlu diperhatikan. Di antara pola lantai itu adalah sebagai berikut.
Saat menampilkan tarian burung Cenderawasih tentunya memerlukan properti baik itu berupa tata panggung, aksesoris penari dan lainnya. Adapun properti yang digunakan saat melakukan tari ini adalah selendang berwarna cerah yang diidentikan dengan sayap dari burung cenderawasih. Selendang ini diselipkan pada bagian pinggang penari dengan posisi yang memanjang. Selain selendang, ada juga alat musik yang disimpan di panggung. Alat musik berfungsi untuk mengiringi selama para penari melakukan gerakan tari.
Tari cenderawasih diiringi dengan alat musik tradisional berupa gamelan, pareret, genggong dan cengceng. Alat musik berfungsi untuk memperindah penampilan tari cenderawasih sehingga bunyinya harus sesuai dengan gerakan penari.
Busana yang biasa digunakan adalah untuk bagian atas menggubaian kemben hingga menutupi dada sampai bagian bawah perut. Sedangkan untuk bagian bawahnya menggubakan rok merah dengan motif prade atau bisa juga rok panjang yang memiliki warna keemasan. Untuk bagian saya, penari menggunaian selendang atau disebut juga sampur yang berwarna cerah.
Sementara itu, untuk aksesoris di bagian kepala menggunakan mahkota berwarna emas yang terbuat dari kulit binatang dengan ornamen jambul bergaya panji. Diletakkan pula bunga mawar di kepala dan rumbing atau subang di bagian telinga.
Untuk hiasan lain biasanya penari juga menggunakan gelang bahu dan kalung emas.
Sedangkan untukbtata rias biasanya lebih menonjol di bagian mata. Biasanya menggunakan perpaduan warna eye shadow hitam agar bola mata terlihat lebih besar. Titik fokus tata rias pada bagian mata dimaksudkan untuk menarik atensi dari tari ini. Sejatinya, tata rias yang dipakai penari harus mampu mempresentasikan burung cenderawasih.
Tari cenderawasih memiliki beberapa keunikan di antaranya adalah tari ini diadopsi dari hewan khas Papua, tari ini termasuk ke dalam tari yang dianggap sakral karena hewan yang menjadi inspirasi dianggap sebagai hewan dewa. Selain itu, keunikan lainnya ada pada tema yang diangkat yakni perilaku burung cenderawasih saat musim kawin.
Tari cenderawasih merupakan tari yang berasal dari Bali. Tari ini diciptakan oleh I Gede Manik namun dipopulerkan oleh Ni Luh Nyoman Swasthi Widjaja. Tari ini memiliki makna yang mengenai perilaku burung cenderawasih saat musim kawin. Di mana biasanya burung cenderawasih akan bernyanyi dan penari. Keunikan inilah yang kemudian menjadi sumber inspirasi rerciptanya tari ini. Seperti kebanyakan fungsi tari lain, tari ini berfungsi sebagai hiburan dan ritual sebab burung cenderawasih dianggap burung dewa oleh masyarakat Bali.
Gerakan pada tari Cenderawasih sama dengan tingkah burung cenderawasih. Di mana ada bagian mengepakkan sayap. Begitupun dengan penggunaan kostum. Kostum yang digunakan penari haruslah bisa mewakili burung cenderawasih. Misalnya dengan menggunakan selendang yang tersampir di penari diumpakan sebagai sayap. Selain itu, pemakaian tata rias pada bagian wajah harus menyerupai wujud burung cenderawasih seperti aslinya.