Tari Hadrah: Makna – Gerakan dan Pola Lantai

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tari Hadrah merupakan salah satu tarian yang kental dengan nuansa Islam dan timur tengah yang merupakan daerah asal dari tarian ini. Di Indonesia, tarian ini dikembangkan sebagai kombinasi dari kebudayaan Islam terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Tari Hadrah sendiri dibawakan dengan diiringi lagu-lagu dan syair berupa shalawat kepada Rasulullah dan juga puji-pujian untuk mengagungkan kebesaran Allah. Pada kesempatan kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai tarian hadrah ini, baik itu sejarah tarian, makna, fungsi, dan aspek lainnya.

Makna Tari Hadrah

Makna Tari Hadrah

Kata hadrah pada nama Tari Hadrah berasal dari bahasa Arab, hadlaro-yahdluru-hadlran (hadlratan), yang memiliki makna hadir atau kehadiran. Adapula pendapat yang menyatakan bahwa kata Hadrah diambil dari nama sebuah daerah di Yaman, yaitu Hadramaut, dan ada pula yang menyebutkan bahwa Hadrah merupakan nama salah satu wilayah di negeri Parsi.

Makna dari tarian ini adalah sebagai simbol penyambutan kaum Anshar atas kedatangan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam di kota Madinah dalam perjalanan hijrahnya dari kota Makkah.

Hal ini tergambar dalam syair yang dilantunkan untuk mengiringi tarian ini, yaitu “Thala’al Badru” yang menggambarkan kebahagiaan kaum Anshar atas kehadiran Nabi Muhammad di kota mereka.

Sejarah Tari Hadrah

Menurut catatan sejarah, diketahui bahwa yang pertama kali mengenalkan tarian hadrah adalah seorang tokoh tasawuf yang bernama Jalaludin Rumi Muhammad Bin Muhammad Al-Balkhi Al-Qunuwi. Beliau merupakan seorang penyair yang karya-karyanya banyak menjadi bahan pembicaraan di kalangan sarjana dan pakar.

Di Indonesia, kesenian Tari Hadrah mulai diperkenalkan pada sekitar abad ke-13 oleh salah seorang ulama asal negeri Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi yang datang ke Indonesia untuk berdakwah. Dalam upaya dakwahnya tersebut, beliau menggunakan keseniah hadrah sebagai salah satu medianya.

Seni Tari Hadrah kemudian juga dikembangkan oleh para Wali Songo dalam dakwah mereka, terutama di tanah Jawa. Diantaranya dalam perayaan Maulid Nabi, maka Tari Hadrah akan dipertunjukkan di serambi masjid Demak. Lambat laun, Tari Hadrah juga ditampilkan dalam berbagai acara lainnya, seperti pada acara pernikahan, khitanan, haul, dan sebagainya.

Fungsi Tari Hadrah

Fungsi dari Tari Hadrah sendiri ada bermacam-macam. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Tari Hadrah biasanya ditampilkan atau dipertunjukkan sebagai media hiburan dalam berbagai acara atau kegiatan seperti acara pernikahan, khitanan, pada peringatan hari besar agama dan nasional, acara perpisahan, dan sebagainya.
  • Tari Hadrah juga bisa digunakan sebagai media dakwah. Hal ini mengingat bahwa tarian ini mengandung nilai-nilai islami di dalamnya, seperti syair-syair yang dilantunkan untuk mengiringi tarian ini yang berupa pujian dan dzikir kepad Allah serta sholawat atas rasulullah.

Gerakan dalam Tari Hadrah

Gerakan tari atau koreografi Tari Hadrah  terdiri atas gerakan rodat berupa gerakan seperti berdzikir, menyerukan shalawat, gerakan berdoa kepada Allah, dan gerakan rodat lainnya yang diringi dengan suasana penyambutan. Secara umum, gerakan tari ini cukup lincah dan indah serta bervariatif dan tidak monoton.

Pola Lantai Tari Hadrah

Tari Hadrah biasanya ditampilkan secara berkelompok oleh beberapa orang dengan menggunakan berbagai kombinasi pola lantai. Jenis pola lantai yang digunakan disesuaikan dengan jenis gerakan tarian yang dilakukan.

Properti Tari Hadrah

Adapun properti yang digunakan untuk melengkapi penampilan tarian hadrah, selain rebana sebagai alat musik iringan, juga digunakan banner dan bendera.

Musik Iringan Tari Hadrah

Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi Tari Hadrah adalah rebana atau perkusi. Dalam sejarahnya, rebana merupakan alat musik yang digunakan untuk syiar agama Islam. Rebana ditabuh untuk mengirinya nyanyian yang berisikan bermacam-macam syair shalawat.

Selain itu, beberapa alat musik lain yang juga digunakan adalah:

  • Bass, yakni alat berbentuk bedug yang memiliki dua lubang. Salah satu lubang ditutup dengan kulit sementara lubang lainnya dibiarkan terbuka.
  • Dumbuk, yaitu jenis alat musik mirip gendang dengan bentuk seperti dandang. Umumnya, dumbuk terbuat dari kayu atau bahan sejenisnya.
  • Tung, yaitu alat musik yang mirip keprak dengan ukuran lebih besar. Alat musik ini bisa menghasilkan dua jenis suara ketika dimainkan, yaitu suara “tung” dan suara “dung”.
  • Keprak, yakni alat musik yang bisa menghasilkan suara mirip marawis.
  • Kencer, yaitu alat musik yang mirip dengan alat musik terbang. Kencer memiliki tiga pasang logam yang bisa menghasilkan bunyi gemerincing.
  • Kecrek, yaitu alat musik yang terbuat dari beberapa bilah perunggu yang diberi tadahan kayu. Alat musik kecrek biasa disebut juga tamborin.

Busana dan Tata Rias Tari Hadrah

Tata rias untuk peragaan Tari Hadrah menggunakan riasan korektif atau riasan keseharian. Tidak ada riasan sebagai simbol atau yang menggambarkan suatu tokoh tertentu.

Adapun  busana yang digunakan adalah baju islami berupa baju koko panjang, yang dilengkapi sarung dan kopyah. Baju ini biasanya digunakan orang islam saat melakukan ibadah seperti sholat dan mengaji.

Keunikan Tari Hadrah

Diantara keunikan Tari Hadrah adalah kombinasi dari gerak tari dengan syair-syair islami yang bisa mengingatkan penontonnya kepada Allah dan Rasulullah Muhammad. Selain itu, gerakan tariannya yang dinamis sangat memungkinkan tarian ini untuk terus dikembangkan, baik itu koreografi gerakannya maupun kolaborasi alat musik atau iringan yang digunakan.

Kesimpulan Pembahasan

Tari Hadrah merupakan salah satu kesenian Indonesia yang mengandung nilai-nilai islami pada gerakan dan juga iringan lagu dan musiknya. Tari ini dipercaya berasal dari timur tengah. Ada yang menyebutkan ia berasal dari sebuah wilayah yang disebut Hadramaut dan ada pula yang menyatakan tarian ini berasal dari Parsi.

Tari Hadrah sendiri pada awalnya dikembangkan oleh seorang tokoh sufi yang bernama Jalaludin Rumi Muhammad Bin Muhammad Al-Balkhi Al-Qunuwi. Seni tari ini kemudian masuk dan diperkenalkan di Indonesia melalui seorang da’i asal Yaman yang bernama Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi. Meski pada awalnya Tari Hadrah digunakan untuk media dakwah, akan tetapi lama-kelamaan tari ini juga menjadi media hiburan pada berbagai acara atau kegiatan masyarakat.

Pertunjukan Tari Hadrah sendiri termasuk sederhana, baik dalam hal tata rias, busana, maupun properti yang digunakan. Begitupun gerakannya, lebih banyak menggunakan gerakan-gerakan yang mengisyaratkan ibadah, seperti gerakan berdzikir, gerakan berdo’a, dan semisalnya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn