Tari Lengger : Asal Usul, Gerakan, dan Tahapannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Jawa Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa yang terkenal kaya akan budaya dan seni, terutama seni tari. Tari Lengger merupakan salah satu kesenian tari yang lahir dari provinsi Jawa Tengah. Tari ini berasal dari Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo.

Tari ini memiliki ke khasan tersendiri tersendiri yaitu membawakan cerita mulai dari percintaan hingga ke kehidupan sehari-hari. Acara-acara tertentu yang biasanya mementaskan pertunjukkan Tari Lengger seperti pernikahan, sunatan, ataupun ruwatan rambut gimbal Dieng.

Tari Lengger

Secara harfiah bahasanya Tari Lengger memiliki makna lengger yang memiliki arti kata terkait pertunjukkan.

Menurut bahasa daerah asalnya lengger berarti tledhek atau penari laki-laki. Sedangkan, dalam konteks kesenian, tari lengger merupakan seni pertunjukkan rakyat yang ditampilkan oleh dua orang perempuan.

Namun, seiring dengan perkembangan jaman tari yang telah berusia lebih dari seratus tahun ini pada beberapa pertunjukkan juga sering dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan.

Asal Usul Tari Lengger

Tari Lengger merupakan tari yang tepatnya berasal dari Dusun Giyanti, Kecamatan Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah. Tarian ini mulai dikembangkan pada tahun 1910 oleh Bapak Gondowinangun, kemudian pada tahun 1970 mulai dikembangkan lagi oleh Ki Hadi Soewarno.

Kata lengger sendiri berasal dari salah satu Bahasa Jawa “eling ngger” yang artinya “eling adalah ingat” dan “ngger adalah sebutan untuk anak”. Sehingga Tari Lengger sendiri diartikan pengingat bagi seorang anak akan kuasa Tuhan-Nya.

Maksud tersirat dari tarian ini adalah agar setiap orang dapat menyingkirkan hal-hal berbau keburukan untuk selalu membuat kebaikan dan membela kebenaran.

Menurut sejarahnya, Tari Lengger mengisahkan percintaan antara Panji Asmoro Bangun dan Galih Candra Kirana. Panji Asmoro Bangun adalah putra dari seorang Prabu Ami Luhur dari Kerajaan Cenggolo Pura. Sedangkan, Galih Candra Kirana adalah putri dari seorang Prabu Lembu Ami Joyo dari Kerajaang Cenggolo Manik.

Guna mempererat hubungan antara dua kerajaan ini maka Prabu Lembu Ami Joyo dan Prabu Ami Luhur berinisiatif untuk menikahkan keduanya. Namun, sayangnya pernikahan tersebut hampir gagal akibar ulah anak dari selir Prabu Lembu Ami Joyo sendiri yang bernama Galuh Ajeng.

Kemudian, Galih Candra Kirana harus keluar dari kerajaan dan memutuskan untuk menjadi penari Tari Lengger. Suatu saat kelompok penari Galih Candra Kirana diundang untuk pentas di Kerajaan Cenggolo Pura oleh Panji Asmoro Bangun.

Kemudian Galih Candra Kirana tampil membawakan Tari Lengger didepan tunangannya dan memutuskan membuka penyamarannya. Panji Asmoro Bangun langsung jatuh cinta pada saat itu melihat kecantikan dari Galih Candra Kirana. Pada akhirnya pasangan ini menikah.

Tarian ini tidak hanya mengisahkan kisah asmara, tetapi juga penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah. Konon, awal mula tari ini dikembangkan oleh Sunan Kali Jaga sebagai sarana untuk mengenalkan agama Islam.

Dalam setiap pementasan Tari Lengger selalu diselipkan atau diisi dengan ajaran-ajaran agama Islam. Nilai ajaran agama Islam yang diselipkan oleh Sunan Kali Jaga adalah mengingatkan kepada umat Islam bahwa tidak boleh meninggalkan sholat lima waktu.

Hal unik dari Tari Lengger adalah dulunya tari ini dibawakan hanya oleh penari laki-laki saja yang berdandan menyerupai wanita. Masyarakat sendiri menyebutkan sebagai Tari Lengger Lanang. Lanang sendiri berasal dari Bahasa Jawa yang artinya laki-laki.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu tari ini mulai dipertunjukkan dengan penari laki-laki maupun wanita tanpa memandang dari sisi gender penari. Sebagai gantinya, penari laki-laki mengenakan topeng sebagai tambahan asesoris.

Keunikan lainnya, dalam pertunjukkan Tari Lengger masyarakat masing sering mengait-kaitannya dengan mitos. Misalnya seperti pantangan bahwa penonton tidak boleh mengenakan pakaian yang berwarna tertentu karena bisa menyebabkan penari kerasukan dan masih banyak lagi mitos lainnya.

Selain itu, Tari Lengger juga memiliki makna lain yaitu untuk menunjukkan keindahan dari penari wanita. Riasan cantik yang dikenakan penari adalah simbol dari kecantikan alami para wanita tanah Jawa yang anggun dalam balutan busana tradisional Jawa Tengah. Karena tarian ini berkembang di Wonosobo, sehingga sering disebut Tarian Wanasaban khas Jawa Tengah.

Gerakan Tari Lengger

Gerak Egolan

Sebagai salah satu dari bagian tari tradisional, Tari Lengger memiliki gerakan yang beragam dan makna tersendiri. Seperti gerakan Majeg yang bermakna kemantapan dalam melakukan gerakan. Gerak Egolan yang melambangkan keerotisan wanita.

Gerak Lembehan Lambang yang berarti sikap pasrah kepada keputusan Tuhan. Kemudian, gerak Untal Tali Lambang yang berarti pertentangan baik dan buruk. Gerak Kipatan sebagai lambang dari kewaspadaan. Berikutnya gerak Penthangan Lambang yang berarti sebagai pemersatu tujuan. Hingga gerak seblah sampur yang bermakna menghalau unsur negatif.

Tahapan Tari Lengger

Dalam pertunjukkan Tari Lengger biasanya akan dibagi menjadi tiga babak atau adegan.

  • Gamyongan (babak lenggeran)

Babak pertama adalah babak yang disebut Gamyongan atau babak Lenggeran. Babak Gamyongan atau Lenggeran adalah babak yang ditarikan oleh penari wanita. Dalam babak ini penari wanita memperagakan gerakan seperti sedang bersolek atau berhias diri agar tampak lebih cantik sehingga banyak pemuda yang tertarik.

  • Badhutan atau bdhoran

Babak kedua adalah babak Badhutan atau Bodhoran. Babak ini biasanya dibawakan oleh dua orang penari, dimana gerakannya adalah gerakan yang menghibur dan menimbulkan gelak tawa penonton.

  • Baladewaan

Babak terakhir yaitu Baladewaan. Pada babak ini penari akan membawakan Tari Baladewa yang merupakan babak terakhir dari pertunjukkan Tari Lengger.

Tari Lengger sendiri biasanya dipentaskan di arena terbuka dan pada waktu malam hari. Jam pementasan Tari Lengger sendiri biasanya sekitar pukul 20.00-24.00 WIB (Waktu Indonesia Bagian Barat). Sebelum dimulainya pementasan, Tari Lengger akan diawali dengan karawitan gending Patalon.

Selanjutnya, akan ada pertunjukka kuda kepang yang dibawakan oleh empat hingga sepuluh orang penari laki-laki. Hal ini digunakan sebagai tanda dimulainya acara. Kemudian, tarian ini disusul dengan tembang Babadono yang diiringi dengan ritual sesaji untuk menolak bala.

Selanjutnya, tokok yang dituakan akan membakar kemenyan yang disusul gambyong lengger dengan dibawakan dua hingga enam penari wanita. Setelah prosesi tersebut selesai, maka akan masuk ke inti Tari Lengger.

Tari Lengger sendiri biasanya diiringi dengan 20 gending. Gending yang biasanya mengiringi tarian ini antara lain Gending Sulasih, Kinayakan, Sontoloyo, Menyan Putih, Kebogiro, Gondhang Keli, hingga Jangkrik Genggong.

Puncak dari pementasan Tari Lengger adalah masuknya penari laki-laki dan wanita ke panggung pementasan. Para penari akan mengenakan riasan sesuai dengan kisah yang akan dibawakan. Tidak lupa aksesoris topeng yang selalu juga dikenakan oleh penari laki-laki.

Dengan masih dikenalnya Tari Lengger ditengah-tengah masyrakat saat ini menunjukkan bahwa upara pelestarian budaya berupa tari masih dapat dijalankan dengan baik.

Bahkan semakin hari pertunjukkan Tari Lengger sendiri makin sering dipertunjukkan pada acara-acara tertentu seperti upacara adat maupun sebagai pelestarian budaya yang dikenalkan kepada tamu yang datang ke Wonosobo.

Keindahan, keunikan, serta kekhasan dari Tari Lengger nyatanya masih mampu menciptakan rasa terkesima bagi para pecinta seni tari.

fbWhatsappTwitterLinkedIn