Daftar isi
Jika kita berbicara mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia, tentu saja tidak akan ada habisnya. Hal itu dikarenakan Indonesia memiliki beribu-ribu keragaman budaya di setiap daerahnya masing-masing. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman tersebut adalah Sulawesi Utara. Provinsi dengan jumlah sekitar 2,6 juta ini turut mewarnai keragaman Indonesia dengan tari khasnya yakni Tari Maengket.
Tari Maengket adalah tari tradisional dari Suku Minahasa, Sulawesi Utara. Tarian ini cukup terkenal di daerah setempat bahkan hingga saat ini masih tetap terjaga kelestariannya. Tari Maengket ini biasanya ditampilkan secara berbarengan atau dalam jumlah yang banyak baik itu dari penari wanita maupun pria. Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut penjelasan lengkap mengenai Tari Maengket:
Sejak dahulu, Tari Maengket ini sering ditampilkan untuk memeriahkan upacara panen raya yang dilakukan oleh masyarakat Minahasa. Mereka mengartikan tarian ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta rasa gembira masyarakat atas hasil panen yang mereka dapat. Namun, apabila kita melihat dari bentuk gerakan dan pertunjukkannya, Tari Maengket tidak hanya mengekspresikan rasa syukur saja melainkan juga terdapat penggambaran dari kehidupan sehari-hari masyarakat Minahasa.
Tari Maengket sudah ada di Minahasa sejak masyarakat mengenal adanya pertanian yaitu sekitar abad ketujuh. Ketika itu, mereka menarikannya dengan gerakan yang sederhana ketika sedang ada panen hasil pertanian. Kini, tari ini sudah bergembang lebih istimewa mulai bentuk dan tarinya, namun tanpa meninggalkan keaslian tari tersebut.
Nama maengket itu sendiri berasal dari kata “engket” yang artinya mengangkat tumit naik turun. Kemudian ditambah dengan “ma” yang berarti menari dengan tumit naik turun. namun ada pula sumber yang mejelaskan bahwa “engket” tersebut berarti pasang, nyalakan, atau buka jalan. Kemudian diberikan tambahan “ma” di depan kata tersebut sebagai bentuk kata kerja.
Dapat disimpulkan bahwa Tari Maengket diartikan sebagai suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk menerangi, membuka jalan serta menyatukan masyarakat.
Adapun fungsi dari Tari Maengket sebagai berikut:
Tari Maengket yang berasal dari Minahasa ini pada dasarnya lebih cenderung didominasi oleh gerak yang lemah gemulai dengan cara kaki berjinjit-jinjit. Selain itu, gerak tari ini dapat dikatakan cukup sederhana dan dilakukan secara berpasang-pasangan. Meskipun begitu, tari ini tetap serentak dan juga kompak.
Secara keseluruhan, gerakan dalam Tari Maengket ini terbagi kedalam tiga babak pada setiap penampilannya yakni:
Setiap tari-tarian tentu tidak terlepas dari yang namanya pola lantai. Terkhusus untuk tari tradisional maengket dari Minahasa ini, pola lantai yang digunakan adalah pola laintai yang membentuk formasi segitiga, persegi panjang serta pola lantai yang melingkar.
Sama dengan tari daerah lainnya, Tari Maengket juga menggunakan property. Namun properti yang digunakan tidak sebanyak tari lainnya. dengan kata lain, properti dalam tarian ini sederhana. Adapun properti yang digunakan dalam Tari Maengket adalah sapu tangan. Sapu tangan tersebut dipegang oleh setiap penari ketika sedang menampilkan tarian ini.
Dalam pertunjukan Tari Maengket, biasanya akan diiringi oleh alat musik gendang atau tambor. Gendang atau tambor yang digunakan juga memiliki ukuran yang bervariasi yakni besar dan sedang. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, alat musik untuk mengiringi Tari Maengket bertambah seperti gong, dan tetengkoren, yang merupakan alat komunikasi masyarakat setempat dari bambu.
Sedangkan lagu yang digunakan untuk mengiringi Tari Maengket adalah syair yang dinyanyikan oleh penari itu sendiri. adapun syair yang diungkapkan adalah tiga babak dalam tarian tersebut. selain itu, syair yang dipakai tidak hanya satu syair saja melainkan menggunakan banyak bahasa.
Hal itu dikarenakan masyarakat Minahasa adalah satu kesatuan yang berasal dari berbagai etnis yang mendiami wilayah Sulawesi Utara. Adapun pencipta dari syair yang digunakan dalam Tari Maengket sampai sekarang adalah Johanis Posumah, Jan Rumagit dan juga Samuel Assa.
Busana yang dikenakan oleh para penari saat menampilkan Tari Maengket yaitu pakaian adat khas Minahasa. Untuk penari perempuan biasanya mengenakan kebaya berwarna putih berhiasan renda serta bawahannya berupa kain panjang khas Sulawesi Utara. Sementara bagian kepala dihiasi oleh konde dan hiasan.
Untuk penari perianya akan mengenakan kostum berupa lengan panjang dengan model baniang dan celana panjang serta ikat kepala yang memiliki motif gunung. Semua penari termasuk kapel (pemimpin) dan kelompok musik pengiring tidak akan memakai alas kaki saat menampilkan Tari Maengket ini.
Dari pembahasan di atas, dapat kita temukan keunikan-keunikan dari Tari Maengket. Adapun keunikannya sebagai berikut:
Tari Maengket telah mengalami perubahan yang signifikan seiring perkembangan zaman. Saat zaman dahulu, tari ini sering ditampilkan hanya sebagai simbol perayaan atas hasil panen. Namun di masa sekarang Tari Maengket tidak hanya ditampilkan pada acara tersebut saja, melainkan juga acara lainnya seperti festival budaya, penyambutan tamu, pertunjukan seni bahkan telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.