Sejarah

Teori Gujarat: Dasar Teori – Pendukung dan Kelemahannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sebagian besar dari penduduk Indonesia adalah penganut agama Islam. Jumlahnya bahkan melebihi dari negeri asalnya yakni Arab Saudi. Islam sudah masuk ke Nusantara sekitar abad ke 7 M – 13 M. 

Meski sudah hadir di Nusantara sejak zaman dahulu dan masih bertahan hingga sekarang namun siapa yang membawa Islam ke negeri kita belum dapat dipastikan.

Oleh sebab itu para ahli mencoba untuk mengemukakan teori-teorinya. Salah satu teori tentang masuknya Islam di Nusantara adalah teori Gujarat yang akan menjadi topik dalam pembahasan kali ini. 

Apa Isi Teori Gujarat?

Teori Gujarat merupakan teori yang menentang pendapat lain yang menyatakan bahwa Islam datang dari Malabar, Persia, Arab, Benggali dan China. Berdasarkan teori ini diyakini Islam dibawa oleh para saudagar dari Gujarat yang sebuah wilayah di India.

Saudagar dari Gujarat tersebut datang ke Nusantara melalui selat yang ada di antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia yaitu Selat Malaka. Teori ini menegaskan bahwa Gujarat dan Malabar India pada abad ke 7 disinggahi oleh bangsa asing seperti bangsa Arab.

Namun mereka tidak membawa agama Islam apalagi menyebarkannya. Agama islam disebarkan oleh orang-orang muslim dari Gujarat sembari berdagang ke dunia belahan timur. 

Dalam perjalanannya mereka singgah di kepulauan Nusantara utamanya di pulau Sumatera pada abad ke-13. Para saudagar India mengandalkan angin musim laut yang datang setiap 6 bulan sekali sehingga baru bisa melakukan perjalanan lagi. 

Selama menetap di Indonesia, pedagang Gujarat menikah penduduk lokal. Mereka bahkan membangun masjid hingga perkembangannya sendiri. Secara tidak langsung agama dan budaya Islam pun menyebar dan diterima oleh warga lokal. 

Pencetus Teori Gujarat 

Teori Gujarat merupakan buah pikiran dari seorang sarjana Belanda yang bernama J. Pijnapel. Meski berkebangsaan Belanda namun ia sangat tertarik dengan sejarah Indonesia.

Ia menyosialisasikan teori ini pada abad ke-19. J. Pijnapel adalah orang pertama yang mendapat gelar sarjana bahasa Melayu di Universitas Leiden Belanda. 

Ketertarikannya terhadap sejarah Indonesia membawanya untuk mengumpulkan berbagai bukti hingga akhirnya muncul teori Gujarat yang masih digunakan dalam teori masuknya Islam di Nusantara.  

Dasar Teori Gujarat

J. Pijnapel dalam merumuskan teori ini tentu berlandaskan pada bukti-bukti yang telah ditemukan. Bukti yang menjadi dasar teori Gujarat adalah sebagai berikut. 

  • Makam Sultan Malik Al-Saleh 

Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dari kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Makamnya yang bertarikan tahun 1297 menggunakan batu nisan yang serupa dengan yang ada di Cambay atau saat ini adalah Khambat di Gujarat, India. 

  • Makam Sunan Gresik 

Selain berdasarkan pada bukti makam Sultan Malik Al-Saleh, teori ini juga berdasarkan pada penemuan makam Syekh Maulana Malik Ibrahim atau dikenal sebagai Sunan Gresik.

Beliau adalah salah satu dari Wali Songo yang menyebarkan Islam pertama kali di Pulau Jawa. Batu nisan yang bertuliskan tahun 1419 ini juga memiliki corak yang sama dengan nisan di Gujarat, India. 

  • Inskripsi Tua 

Christiaan Snouck Hurgronje ta lebih dikenal dengan nama Hurgronje adalah seorang orientalis dari Belanda yang menghabiskan waktu di Aceh dan mempelajari sejarah Islam di sana.

Beliau mengatakan bahwa sebuah inskripsi tertua mengenai Islam memberikan informasi bahwa Sumatera dan Gujarat menjalin hubungan yang baik. 

  • Catatan Perjalanan Marcopolo 

Marcopolo adalah seorang penjelajah dari barat tepatnya dari Venezia. Ia tiba di Nusantara yakni di Perlak pada tahun 1292. Salah satu catatan perjalanan mengatakan bahwa masyarakat di Perlak adalah pemeluk agama Islam serta banyak pedagang dari India. 

Pendukung Teori Gujarat 

Teori Gujarat yang dikemukakan oleh J. Pijnapel ini mendapatkan dukungan dari beberapa pihak diantaranya adalah sebagai berikut. 

  • Jean Pierre Moquette 

Jean Pierre Moquette atau J.P Moquette  merupakan seorang pedagang perangko dari Belanda yang datang ke Jawa pada tahun 1873.

Ia menjadi tertarik pada etnografi dan sejarah hingga akhirnya dipercaya menjadi koresponden dalam bidang akademik seni dan sains kerajaan Belanda di Amsterdam. 

Ia mendukung teori Gujarat berdasarkan pengamatannya yakni adanya kesamaan antara makam Sultan Malik Al-Saleh dan Sunan Gresik.

Keduanya menggunakan kaligrafi khas Gujarat sehingga dapat disimpulkan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari India. Hal ini menunjukkan adanya hubungan baik diantara keduanya.

  • Snouck Hurgronje

Hurgronje berpendapat bahwa sebelum bangsa Arab datang ke Nusantara, bangsa Gujarat sudah lebih dulu tiba. Meski ia merupakan seorang nasrani tapi Hurgronje memilih Fakultas Arab untuk dipelajari.

Ia bahkan pergi ke Mekah dan mengganti namanya menjadi Abdul Gaffar. Selama di Mekah ia tinggal bersama dengan orang Aceh yaitu Aboe Bakar Djajadiningrat.

Sejak saat itulah ia tertarik dengan Islam di Nusantara dan pergi ke Sumatera untuk mempelajarinya. 

  • Sucipto Wirjosuparto 

Sucipto Wirjosuparto juga merupakan tokoh yang membenarkan teori ini. Beliau mengatakan bahwa Islam bukan dibawa oleh bangsa Arab maupun lainnya namun dari daerah di anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar. 

Sucipto menambahkan pendapatnya yakni corak ajaran Islam di Nusantara cenderung memilih jalur tasawuf. Corak seperti banyak diterapkan di India terutama di Gujarat.   

Kelemahan Teori Gujarat 

Tidak berbeda dengan teori lainnya, teori Gujarat juga disangkal oleh beberapa tokoh seperti berikut ini: 

  • Sir Thomas Arnold

Sir Thomas Arnold adalah seorang orientalis dan sejarawan seni rupa Islam asal Inggris yang menentang teori ini. Pendapatnya mengatakan bahwa yang bangsa yang membawa Islam ke Nusantara berasal dari Malabar dan Coromandel bukan dari Gujarat. 

  • Buya Hamka

Pemilik dari nama asli Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah ini menentang teori Gujarat. Buya HAMKA menyangkal teori Gujarat karena mazhab yang digunakan oleh Samudera Pasai ereda dengan mazhab di India. Samudera Pasai menggunakan mazhab Syafi’i sedangkan di Gujarat bermazhab Hanafi. 

  • Gujarat Masih Kerajaan Hindu

Teori Gujarat mendapat penentangan karena faktanya pada masa Islamisasi di Samudra Pasai yaitu abad ke 13, Gujarat masih merupakan kerajaan yang bercorak Hindu.