Hidup bersosial tidak mungkin jika tidak ada masalah sosial, bukan? Permasalahan sosial membuat individu satu dengan individu lainnya semakin terasa dekat dan mengenal baik.
Permasalahan sosial dengan ranah kecil tidak akan berunjung perpecahan, namun ketika permasalahan sosial yang terjadi sudah terasa sangat kompleks perlu untuk diselesaikan dengan baik-baik agar tidak memicu peperangan atau bahkan sesuatu yang besar.
Banyak sekali faktor yang memicu adanya permasalahan sosial ini, seperti adanya perbedaan pendapat, perbedaan budaya, perbedaan bahasa dan perbedaan perbedaan lainnya. Karena seperti yang kita tahu Indonesia kaya akan keberagaman dan perbedaan, bukan?
Inilah yang perlu mendapat perhatian khusus agar tidak menimbulkan banyak sekali permasalahan sosial kedepannya. Salah satunya bisa dilakukan dengan memahami lebih dalam teori permasalahan sosial yang ada.
Teori Fungsionalis
Seperti yang kita tahu sebagai mayarakat sosial, satu dengan yang lainnya tentunya memiliki peranan dan fungsinya masing-masing.
Tidak hanya pada satu bidang sama saja, melainkan fungsi dan peranan tersebut bisa tersebar di berbagai aspek kehidupan yang ada. Hal itu yang membuat interaksi sosial antar masyarakat menjadi lebih harmonis dan teratur antara satu dengan yang lainnya.
Sangat penting bagi masyarakat untuk menghormati dan menghargai peranan dan fungsi sosialnya masing masing, sehingga bisa menciptakan keteraturan hidup yang baik. Sebaliknya, apabila setiap peran dan fungsional yang dimiliki tidak bisa dijalankan dan diterapkan dengan baik akan menimbulkan permasalahan dan perpecahan.
Salah satu contohnya adalah ketika setiap masyarakat memiliki fungsinya masing-masing untuk menjaga keamanan. Namun, terhadap satu individu yang berbuat kriminalitas tentunya sudah menciptakan ketidakteraturan yang bisa berakhir dengan permasalahan hukum.
Banyak sekali sebenarnya tindakan yang bisa memunculkan permasalahan sosial, seperti kekerasan, kenakalan remaja, dan permasalahan sosial lainnya.
Teori Konflik
Dalam teori konflik ini, perlu kita ketahui bahwa permasalahan bisa muncul dari berbagai macam konflik sosial yang ada. Namun, apabila dipandang dari segi perspektif sebuah teori konflik, teori konflik sendiri dibagi menjadi dua yakni teori marxis dan teori non-marxis.
Teori marxis lebih menjelaskan bahwa timbulnya sebuah permasalahan sosial lebih disebabkan karena adanya ketidakseteraan dalam kelas sosial masyarakat yang ada. Tentunya semua masyarakat ingin untuk dianggap setara bukan?
Apabila terdapat satu tindakan diskriminasi yang terjadi tentunya akan berujung pada sebuah permasalahan sosial. Teori tersebut tentunya sangat berbeda dengan teori non-marxis yang lebih menekankan pada konflik yang mungkin terjadi dalam ranah kelompom sosial.
Apabila permasalahannya berkaitan dengan sebuah kelompok sosial, kemungkinan besar akar dari penyebab masalahnya perbedaan kepentingan yang ada.
Teori Interaksi Simbolis
Teori permasalahan sosial yang satu ini lebih menjelaskan bahwa seseorang yang bertindak berdasarkan dengan labelling atau makna simbolik yang muncul terhadap situasi tertentu. Dalam teori permasalahan yang satu ini, terbagi menjadi dua paham, yakni teori pelabelan dan teori konstruksionisme sosial.
Yang mana sesuai dengan istilahnya abhwa teori pelabelan ini menjelaskan bahwa masyarakat akan menganggap sesuatu menjadi masalah ketika kondisi atau hal tersebut dianggap atau dipandang sebagai sebuah masalah.
Sementara itu, teori konstruksionisme sosial adalah sebuah masalah yang lebih disebabkan karena hasil dari sebuah konstruksi manusia.