Daftar isi
Titrasi asam basa adalah prosedur untuk melakukan penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang telah diketahui kadarnya dan begitu juga sebaliknya penentuan suatu larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya dan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Jenis titrasi asam basa dibagi menjadi empat jenis yaitu titrasi basa lemah dengan asam kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi asam kuat dengan basa kuat dan titrasi asam lemah dengan basa lemah.
Pada proses titrasi ini dapat menggunakan indikator metil merah. Contoh titrasi basa lemah dengan asam kuat yaitu NH4OH dengan HCL dimana HCL sebagai asam kuat dan NH4OH sebagai basa lemah. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut
HCL + NH4OH -> NH4CI + H2O
Pada titik tengah titrasi HCL dan NH4OH akan bereaksi sehingga NH4CL akan sama seperti NH4OH dan menjadi faktor yang mempengaruhi pH larutan. Akibatnya pH akan sama ketika titik ekuivalen dicapai, dengan reaksi ion sebagai berikut
H+ + NH4OH -> H2O + NH4+
Pada proses titrasi ini dapat menggunakan indikator fenolftalein. Contoh titrasi asam lemah dan basa kuat yaitu CH3COOH dan NAOH dimana CH3COOH sebagai asam lemah dan NAOH sebagai basa kuat. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut
CH3COOH + NAOH -> NACH3COO + H2O
Karena CH3COOH merupakan asam lemah maka larutan tidak terdisosiasi dengan sempurna, setelah titrasi berjalan di dalam larutan akan terbentuk NACH3COO sebagai hasil reaksi antara NAOH dengan CH3COOH. Reaksi ionnya adalah sebagai berikut
H+ + OH- -> H2O
Pada proses titrasi ini dapat menggunakan indikator metil merah, bromtimol biru dan fenolftalein. Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah NAOH dengan HCL dimana NAOH sebagai basa kuat dan HCL sebagai asam kuat. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut
HCL + NAOH -> NACL + H2O
Reaksi umum yang akan terjadi yaitu H2O terbentuk dari reaksi H+ dengan OH- sehingga hasil akhir titrasi di titik ekuivalen pH larutan akan menjadi netral, dapat dijelaskan dengan reaksi ion berikut
H+ + OH- -> H2O
Titrasi asam lemah dan basa lemah dicontohkan dengan CH3COOH dan NH4OH dimana CH3COOH sebagai asam lemah dan NH4OH sebagai basa lemah. Persamaan reaksinya sebagai berikut
CH3COOH + NH4OH -> CH3COONH4 + H2O
Di akhir titrasi nantinya akan terbentuk garam yang merupakan titrasi dari asam lemah dan basa lemah.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam dengan basa sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Titrasi harus dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen merupakan keadaan saat asam dan basa tepat habis bereaksi secara stoikiometri. Umumnya titik ekuivalen ditandai dengan perubahan warna dari indikator. Selanjutnya, keadaan saat titrasi harus dihentikan tepat saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut dengan titik akhir titrasi. Untuk memperoleh hasil titrasi yang tepat selisih antara titik akhir titrasi dan titik ekivalen harus diupayakan memiliki selisih seminimal mungkin. Hal ini dapat diupayakan dengan memilih indikator yang tepat pada saat proses titrasi, yaitu dengan memilih indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen.
Molaritas merupakan salah satu ukuran kelarutan yang menyatakan jumlah mol suatu zat per volume larutan, molaritas dilambangkan dengan “M” dengan satuan molar yang setara dengan mol/liter. Rumus molaritas adalah sebagai berikut
M = n/V
M = molaritas zat (mol/liter)
N = mol suatu zat (mol)
V = volume larutan (ml)
Sedangkan untuk mendapatkan nilai mol, rumusnya sebagai berikut
n = gram/Mr
n = mol suatu zat (mol)
gram = massa suatu zat (g)
Mr = massa molekul (gram/mol)
Kelebihan titrasi asam basa ini adalah dapat mengetahui normalitas suatu larutan dengan tepat sedangkan proses titrasi juga memiliki kelemahan yaitu pada saat penentuan titik akhir titrasi terkadang dilakukan terlalu cepat atau lambat yang mana perhitungan yang dilakukan bisa jadi kurang tepat.
Dalam proses titrasi diperlukan alat dan bahan sebagai berikut
Alat :
Bahan :
Proses titrasi dilakukan dengan cara yaitu