Daftar isi
Saat ini dunia sedang dihadapkan dengan merebaknya virus berbahaya yaitu virus corona Covid-19. Angka penyebaran Covid-19 ini tergolong tinggi.
Virus corona bukanlah virus pertama yang menyerang dunia. Penyakit lainnya sudah pernah menyerang dunia jauh sebelum corona hadir.
Diketahui penyakit ini adalah yang paling mematikan sepanjang sejarah. Kondisi seperti ini disebut dengan wabah. Wabah apa saja yang pernah menghantui masyarakat di dunia? Berikut penjelasannya:
Dalam catatan sejarah dunia setidaknya ada tiga wabah yang disebabkan oleh bakteri yang sama. Bakteri tersebut yaitu Yesrinia pestis. Tiga wabah ini tercatat sebagai wabah paling mematikan di dunia.
Wabah pertama yang muncul akibat bakteri ini yaitu wabah Justinian.
Wabah ini terjadi sekitar abad ke 6 atau 1.500 tahun yang lalu di Konstantinopel. Disebut “Justinian” karena pada saat itu Konstantinopel berada di bawah pemerintahan Justinianus.
Menurut peneliti penyebaran wabah ini hingga ke berbagai negara. Penyakit ini menyerang dunia dengan cepat seperti di Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Arab.
Begitu ganasnya penyakit ini hingga memakan korban jiwa sebanyak 30-50 juta orang. Melenyapkan hampir setengah dari penduduk Bumi pada saat itu.
Akibat dari wabah ini Konstantinopel pun jatuh karena di salahkan atas penyebaran penyakit mematikan dan membuat negara-negara yang terpapar mengalami kerugian besar.
Wabah ini terus terjadi pada setiap generasi manusia karena orang-orang pada saat itu belum ditemukan bagaimana cara mencegah wabah Justinian selain menghindari orang yang terinfeksi.
Orang-orang yang lolos dari Justinian adalah orang yang memiliki daya tahan tubuh yang bagus.
Pes adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri yang sama dengan Justinian yaitu Yesrinia pestis. Pes juga dikenal dengan istilah “Black Death”. Wabah ini menyerang dunia pada tahun 1347.
Dalam waktu empat tahun wabah ini merenggut nyawa sebanyak 25 juta jiwa di Eropa.
Meski wabah ini terjadi ratusan tahun lalu namun penelitian belum bisa mengungkapkan teori pasti bagaimana wabah ini menghilang.
Teori yang masih dipercayai hingga kini yaitu pemutusan rantai penyebaran Pes berkaitan dengan karantina. Pada saat itu pemerintah di Pelabuhan Regusa, Italia mewajibkan setiap anak buah kapal untuk mengisolasi diri di kapal selama 30 hari.
Kegiatan ini disebut dengan istilah “trentino”. Namun 30 hari dirasa tidak cukup untuk membuktikan bahwa para pelayar bersih dari wabah.
Maka masa isolasi mandiri ditambah menjadi 40 hari yang kemudian dikenal dengan nama “quarantine” atau dalam bahasa Indonesia “karantina”.
Ini menjadi awal mula karantina mulai dilakukan ketika wabah merajalela.
Pes akan mudah menyebar jika berada di lingkungan yang padat, sistem sanitasi yang tidak baik, dan jumlah populasi binatang pengerat yang tinggi.
Jika kita mendengar kata cacar saat ini mungkin kita menganggap hal itu adalah penyakit biasa yang tidak berbahaya. Namun tidak jika kamu mendengar penyakit ini di tahun 430 SM. Pada tahun ini cacar menjadi penyebab kematian bagi 20% penduduk di kota Athena, Yunani.
Penyakit yang disebabkan oleh virus Variola ini akan menyebabkan demam tinggi dan ruam kulit yang khas pada penderitanya. Ruam ini akan meninggalkan bekas permanen di kulit penderitanya.
Kebanyakan cacar akan menyerang di area wajah. Bahkan beberapa penderita cacar mengalami kebutaan.
Cacar telah menjadi wabah endemik di Eropa, Asia dan Arab selama kurun waktu berabad-abad. Hingga pada tahun 1600 penyakit ini muncul di Amerika Utara.
Amerika Serikat berhasil menemukan vaksin untuk mengobati dan mencegah penyebaran cacar pada tahun 1770. Penemunya yaitu Edward Janner seorang dokter dari Inggris.
Beliau berhasil mengembangkan vaksin cacar sapi yang membantu tubuh menghasilkan imun kepada cacar air tanpa menimbulkan penyakit lainnya. Cacar pun berhenti mewabah pada tahun 1949. Beruntung cacar bukan lagi menjadi ancaman warga dunia.
Black death atau Pes bukan akhir dari penderitaan London. Setelah wabah Pes berakhir London terus mengalami wabah setiap 20 tahun. Kejadian ini terus berulang selama 300 tahun.
Dalam kurun waktu tersebut setidaknya Inggris dilanda 40 wabah. Peristiwa ini dimulai dari tahun 1348 dan berakhir di tahun 1665.
Wabah terakhir terjadi di tahun 1665 yaitu siklus terakhir dari wabah Pes sekaligus menjadi yang terparah di Inggris. Pada tahun ini korban jiwa mencapai 100 ribu dalam waktu tujuh bulan.
Untuk mencegah penularan wabah ini pemerintah Inggris menerapkan aturan yaitu warga yang terinfeksi wabah harus memasang tali jerami di depan rumahnya.
Jika seseorang hendak keluar rumah namun memiliki anggota keluarga yang terinfeksi maka orang tersebut harus membawa tiang yang dicat warna putih.
Binatang peliharaan warga seperti anjing dan kucing yang dianggap berpotensi membawa wabah akan dibunuh secara massal. Demi mengakhiri wabah ini.
Cara pemerintah mengakhiri wabah ini yaitu memaksa warganya untuk tetap tinggal di rumah dan menguburkan jasad yang terinfeksi wabah secara massal.
Kolera adalah penyakit yang diakibatkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Kolera sempat dilupakan oleh warga dunia karena sudah tidak mewabah lagi sehingga dinamakan dengan “wabah yang terlupakan”
Hal ini karena wabah kolera sudah tidak muncul lagi setelah tahun 1923. Secara mengejutkan wabah ini muncul kembali pada tahun 1961 dan merupakan kolera putaran ke 7.
Kolera gelombang ke 7 memakan korban sebanyak 1.3 juta hingga 4 juta orang dilaporkan terinfeksi setiap tahunnya dan merenggut nyawa 21.000 hingga 143.000 jiwa. Kolera umumnya menyerang negara-negara miskin dan tidak terjadi di negara-negara maju.
Penyakit kolera juga tercatat pernah menyerang Indonesia pada tahun 1821 yaitu pada kolera siklus pertama. Korbannya mencapai 100.000 orang hanya di Pulau Jawa dan merupakan yang terbanyak dibanding negara tetangga pada saat itu.
Wabah kolera masih berlanjut hingga abad 21 yaitu di Zimbabwe tepatnya pada tahun 2008 dan 2009. Zimbabwe melaporkan kasus sebanyak 69.000 terinfeksi dan 4.200 kasus kematian.
Ekonomi Zimbabwe mengalami keruntuhan sehingga menyebabkan wabah kolera semakin parah. Hal ini diperburuk dengan infrastruktur yang terfragmentasi dan perawatan kesehatan yang buruk. Makanan dan air bersih pun sulit ditemui di Zimbabwe.
Walaupun sudah jarang dijumpai namun saat ini kolera menjadi pembunuh ke tiga di negara-negara yang tidak memiliki sistem pengolahan limbah yang baik sehingga mencemari sumber air minum masyarakat.
Flu Spanyol yang diakibatkan oleh virus ini terjadi pada tahun 1918. Virus ini menginfeksi 500 juta jiwa di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia. Kasus kematiannya dilaporkan mencapai 50 juta jiwa. Jumlah yang melebihi angka kematian warga sipil akibat Perang Dunia 1.
Dinamakan “Flu Spanyol” karena pada saat wabah ini melanda, Spanyol adalah negara satu-satunya yang melaporkan adanya virus ini. Sedangkan Inggris, Amerika, dan Italia dilarang melaporkan hal-hal yang berbahaya yang terjadi pada pasukannya.
Spanyol adalah negara yang netral pada saat perang dunia I sehingga bisa menyebar luaskan berita wabah flu Spanyol.
Virus yang muncul pada awal Maret 1918 ini memiliki gejala flu musiman namun lebih ganas dan sangat mudah menyebar. Penyebaran lebih ganas lagi pada gelombang ke dua dikarenakan virus ini bermutasi dan ikut menyebar dengan pasukan tentara perang dunia I.
Wabah ini bermula dari Pasukan AS yang dikirim untuk perang di Eropa. Pada bulan April dan Mei 1918 virus ini berhasil menyerang negara Inggris, Prancis, Spanyol, dan Italia.
Virus ini menyerang semua kalangan usia dari yang muda, remaja, hingga lanjut usia. Hal ini membuat semua orang ketakutan.
Gelombang ke tiga muncul di Australia pada bulan Januari 1919. Angka kematian pada gelombang ini sama tingginya dengan gelombang ke dua.
Pada gelombang dua ini kasus flu Spanyol ditemukan di Indonesia. Korban jiwa akibat Flu Spanyol di Indonesia ini tidak diketahui pasti karena pada saat itu belum mengenal sistem sensus penduduk. Namun diperkirakan virus ini merenggut nyawa sebanyak 1,5 juta jiwa.
Kebutuhan perang yang harus terus berjalan dan alat yang tidak memadai untuk melakukan pengembangan vaksin menjadi penyebab utama virus ini dengan leluasa menginfeksi manusia.
SARS dilaporkan mewabah pertama kali pada 31 Januari 2003 di Guangzhou, China. Pasien pertama yang terinfeksi virus ini yaitu seorang pedagang ikan. Gejalanya mirip dengan flu yaitu meliputi nyeri otot, demam, batuk, lelah yang luar biasa, dan sakit tenggorokan.
SARS dinyatakan berakhir pada maret 2004. Virus ini berhasil menginfeksi 8.000 orang di 29 negara. Kasus kematian yang tercatat akibat virus ini yaitu 774 jiwa dengan tingkat kematian 10%.
Negara yang paling banyak terinfeksi SARS yaitu China, Kanada, dan Taiwan. Meski negeri asalnya adalah China namun kondisi terburuk justru dialami oleh Kanada.
Penyebaran virus ini ke negara negara di belahan Bumi lainnya sama seperti virus covid-19 yaitu melalui pesawat terbang. Virus ini dengan cepat meluas ke berbagai penjuru dunia dalam waktu hanya satu hari.
SARS sangat meresahkan warga dunia sehingga orang yang terinfeksi harus segera dilacak keberadaannya agar tidak menyebarluaskan lagi. Bahkan petugas medis penanganan SARS di beri kartu identitas dan barcode untuk melacka pergerakan dari zona satu ke zona lainnya.
Kasus ebola pertama kali muncul di Kongo pada tahun 1976. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang dibawa oleh kelelawar. Virus ini kemudian menginfeksi manusia melalui daging binatang liar yang diperdagangkan di Afrika.
Virus ini menular dari manusia ke manusia melalui cairan tubuh, feses, darah, dan muntahan yang mengenai mulut, hidung, dan luka yang terbuka.
Wabah ini dilaporkan kembali menyerang Afrika pada tahun 2013 hingga saat ini. Angka kematian yang diakibatkan Ebola sangatlah tinggi yaitu 88% atau sekitar 280 dari 318 orang yang terinfeksi akan meninggal.
Dengan angka kamatian tersebut, saat ini Ebola merupakan penyakit yang paling mematikan di abad 21.
Nama Ebola diambil dari tempat pertama kali virus ini ditemukan yaitu di desa Yambuku persisnya di dekat sungai Ebola.
Gejala yang ditimbulkan penyakit ini adalah demam mendadak, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, ruam, diare hingga pendarahan.
Kabar baiknya adalah vaksin virus ebola sudah ditemukan, namun belum memiliki izin edar dikarenakan masih diperlukannya penelitian lebih dalam lagi. Meski begitu vaksin ini bisa digunakan dalam penggunaan terbatas.