Angin Anabatik: Penyebab – Proses dan Dampaknya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Angin ternyata terbagi menjadi beberapa jenis, tidak hanya satu angin saja. Ada yang dinamakan angin anabatik dan ada juga angin katabatik. Angin sendiri yaitu bagian dari udara yang bergerak.

Pada materi kali ini kita akan membahas mengenai jenis angin anabatik yang merupakan kebalikan dari angin katabatik. Angin anabatik ini hanya dapat ditemukan di daerah gunung atau pegunungan saja.

Apa itu Angin Anabatik?

Kata anabatik berasal dari bahasa Yunani yaitu “anabatos” yang memiliki arti yaitu bergerak ke arah atas. Dapat diartikan bahwa angin anabatik merupakan angin lokal yang tertiup dari atas bukit yang semula dengan udara panas dan turun ke bawa menjadi dingin dikarenakan permukaan tanah.

Angin anabatik bergerak dari lembah gunung ke arah puncak gunung. Angin anabatik juga bisa disebut sebagai angin lembah dan biasanya terjadi pada saat cuaca cerah dan terang, seperti siang hari.

Pada saat sinar matahari memanasi sisi lereng, udara akan lebih cepat naik dibandingkan dengan udara yang berada di dataran yang ketinggiannya sama. Angin anabatik mencapai kecepatan diantara 3 – 5 meter per detiknya.

Penyebab Terjadinya Angin Anabatik

Angin anabatik ini disebabkan karena perbedaan tekanan udara diantara wilayah puncak dan lembah gunung. Di siang hari, suhu udara di pegunungan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan udara yang ada di lembah.

Hal tersebut membuat tekanan udara yang berada di sekitar pegunungan menjadi lebih rendah, dibandingkan dengan udara yang berada di sekitaran lembah menjadi lebih tinggi. Kemudian terciptalah aliran udara yang geraknya yaitu dari lembah ke arah puncak gunung.

Angin anabatik dihasilkan oleh penyinaran matahari yang memanaskan bagian bawah daerah lembah gunung. Akibatnya, daerah lembah gunung langsung memanaskan udara yang berada di atasnya secara konduksi.

Pada saat udaranya meningkat, volume juga meningkat dan kepadatan dari udara serta tekanan udaranya mengalami penurunan. Akhirnya udara menjadi terangkat dan naik ke arah lereng gunung dan menghasilkan angin anabatik.

Proses Terjadinya Angin Anabatik

proses terjadinya angin anabatik

Proses terjadinya angin anabatik ini berbeda dengan proses dari angin katabatik. Angin anabatik biasanya terjadi pada siang hari, lebih tepatnya pada pagi hari hingga menjelang sore hari.

Hal tersebut menyebabkan daerah gunung tepatnya pada lereng gunung mendapatkan panas yang lebih cepat dan besar yang dikarenakan radiasi dari matahari. Bagian dataran rendah cuaca atau udaranya menjadi lebih dingin.

Oleh karena itu, udara yang berada di lereng gunung cenderung lebih labil dan bergerak menaiki lereng gunung. Pada saat udara relatif dingin dipindahkan, sebagian dari udara bergerak ke bawah untuk mengisi lagi daerah dari lembah.

Proses dari pemanasan yang dilakukan secara konduksi dapat dimulai lagi. Proses dari terjadinya angin anabatik ini cukup beragam atau bervariasi. Namun, umumnya angin anabatik akan lebih terasa pada saat musim panas.

Pada saat musim panas atau kondisi matahari bersinar lebih intens dan kemudian menghasilkan angin dengan kecepatan diantara 10 – 3- knot. Angin anabatik ini dapat mengalir lebih jauh dari puncak orografik pada saat siang hari dan mengingin saat naik secara vertikal.

Pergerakan udara dari lereng gunung ke arah atas puncak menciptakan sebuah angin yang bernama angin anabatik ini.

Dampak dari Angin Anabatik

  • Dimanfaatkan Pilot Pesawat Kecil
    Adanya angin anabatik ternyata dapat dimanfaatkan oleh beberapa pilot pesawat dengan mesin piston agar dapat naik hingga ke puncak gunung. Beberapa pilot lebih disarankan untuk terbang ke arah sisi lembah agar mendapatkan sinar matahari untuk menghindari angin katabatik.
  • Tercipta Awan Konvektif
    Jika udara yang dialirkan cukup untuk didinginkan hingga mencapai suhu titik embun udara. Udara tersebut dapat mengembunkan dari kandungan uap air dan dapat menghasilkan awan konvektif. Jika udara tidak cukup stabil, ada kemungkinan awan konvektif dapat berubah bentuknya menjadi awan kumulonimbus. Awan kumulonimbus ini yang dapat menyebabkan terjadinya hutan dan badai yang disertai petir.
fbWhatsappTwitterLinkedIn