Daftar isi
Pengertian Animisme
Istilah animisme berasal dari bahasa Latin “anima” yang bermakna roh, nyawa, atau nafas. Sedangkan secara istilah, menurut Hasan, animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap roh atau makhluk halus yang banyak dianut oleh kelompok yang belum pernah menerima ajaran agama samawi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, animisme berarti kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon, batu, sungai, gunung, dan sebagainya). Kemudian, secara sejarah agama, animisme menunjukkan kepercayaan terhadap makhluk-makhluk spiritual yang berhubungan erat dengan tubuh atau jasad.
Kasimin (1991) mendefinisikan animisme sebagai bentuk kepercayaan bahwa setiap benda di bumi memiliki jiwa yang harus dihormati oleh manusia dengan tujuan agar benda-benda tersebut tidak mengganggu manusia dan justru dapat membantu untuk melindungi manusia dari kejahatan.
Sumber lain menerjemahkan animisme sebagai konsep bahwa seluruh elemen material di dunia, seperti manusia, hewan, objek, fitur geografis (gunung, sungai, batu, pohon, dan lain-lain) memiliki roh yang dapat menghubungkan setiap objek tersebut satu sama lain.
Sejarah Animisme
Kepercayaan animisme pertama kali diteliti oleh Sir Edward Burnett Taylor dalam hasil kerjanya yang bernama Primitive Culture (1871).
Taylor mengatakan bahwa manusia purba sempat kebingungan dengan perbedaan antara orang yang hidup dan mati serta mimpi sehingga mereka berusaha memahami lalu menjelaskan fenomena tersebut berdasarkan pemikirannya.
Akan tetapi, karena pengetahuan dan kemampuan berpikir yang saat itu masih terbatas, mereka cenderung membangun mitos. Selain itu, terdapat juga konsep sihir dengan kekuatan mistis yang menjadi hukum pengatur alam.
Masyarakat savage pada saat itu menerjemahkan kematian sebagai ketidakabadian raga dan mimpi dipahami sebagai petunjuk kehadiran roh walau raganya sudah mati. Berdasarkan keyakinan ini, mereka kemudian membayangkan adanya roh dalam benda-benda juga dan roh-roh tersebut memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi manusia.
Setelah itu, muncul lagi pemahaman baru di masyarakat bahwa roh-roh itu tidak hanya tinggal di pohon atau gunung, tetapi gunung, sungai, pohon, atau batu tersebut pun memiliki rohnya sendiri. Mulai dari sinilah muncul istilah dewa-dewa, seperti dewa langit, dewa laut, dewa bumi, dan sebagainya.
Di Indonesia sendiri, datangnya kepercayaan animisme dapat berbeda berdasarkan beberapa sumber. Ada ahli-ahli yang menyatakan bahwa animisme berasal dari Taoisme yang bermula di daerah Tiongkok. Ada pendapat lain yang meyakini animisme berasal dari bangsa Aria.
Ciri-Ciri Animisme
Kepercayaan animisme memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Percaya pada roh, seperti keyakinan bahwa roh seseorang yang meninggal akan bergentayangan secara bebas dan dapat mengunjungi mereka yang masih hidup.
- Percaya bahwa roh-roh dapat sangat mempengaruhi dan menentukan kehidupan manusia.
- Mengadakan ritual kepada arwah atau mereka yang sudah meninggal.
- Memohon perlindungan atau permintaan lain kepada roh-roh.
- Percaya bahwa bencana alam atau keburukan terjadi karena mereka tidak melakukan pemujaan.
Contoh Animisme
Contoh animisme di Indonesia ada di daerah Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat yang disebut dengan Bebubus. Masyarakat di daerah tersebut percaya bahwa bebubus adalah cara yang dapat dilakukan agar sembuh dari penyakit, memberikan banyak rezeki, dipanjangkan usianya, dan lain-lain.
Ritual ini dilakukan dengan membuat bubus. Bubus adalah campuran beras yang ditumbuk dengan campuran benda lain yang proses pembuatannya diiringi dengan pemberian mantra-mantra. Masyarakat percaya bahwa pemangku bubus dikelilingi banyak makhluk halus.
Ada pula contoh animisme dari Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten yang percaya bahwa ada roh yang mendiami benda-benda tertentu dan dapat memberi pertolongan ketika diminta. Oleh sebab itu, mereka memberi persembahan hewan kurban di saat pergantian musim agar terhindar dari penyakit.
Satu contoh lainnya, yaitu tradisi Tutup Playang yang sampai saat ini masih menjadi tradisi masyarakat nelayan. Tujuannya adalah untuk memuja Nyi Roro Kidul yang dianggap sebagai roh Ratu Pantai Selatan, tetapi sudah sedikit berubah menjadi lebih ke bentuk sedekah atau meminta perlindungan.
Perbedaan Animisme dan Dinamisme
Pertama, perbedaan animisme dan dinamisme adalah animisme merupakan kepercayaan pada roh halus atau roh nenek moyang yang masih ada di antara mereka, termasuk dapat berada di benda-benda tertentu seperti hewan, tumbuhan, atau objek alam.
Sementara dinamisme merupakan kepercayaan pada benda-benda atau objek tertentu yang dianggap mempunyai kekuatan gaib atau mistis sehingga perlu dikeramatkan. Misalnya pada keris, kapak, jimat, atau bahkan hewan dan manusia yang dikeramatkan.
Demikianlah pengertian, sejarah, ciri-ciri, dan contoh dari animisme serta perbedaannya dengan dinamisme. Kesimpulannnya, animisme merupakan kepercayaan pada roh atau makhluk yang berada di semua benda, seperti manusia, hewan, tumbuhan, atau fitur geografis.
Animisme berasal dari pemikiran manusia purba yang disebut savage mengenai konsep kematian dan mimpi. Mereka kemudian menjelaskan kedua konsep itu berdasarkan adanya roh-roh.
Ciri-ciri animisme, yaitu percaya pada roh yang hidup di sekitar manusia dan dapat mempengaruhi mereka sehingga diperlukan ritual tertentu.
Contoh animisme terdapat di Pulau Lombok, NTB yang bernama bebubus, di Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, serta di daerah selatan Pulau Jawa yang bernama tutup playang.
Perbedaan animisme dan dinamisme terletak pada hal yang diyakini. Animisme mempercayai roh halus sementara dinamisme mempercayai benda-benda keramat.