Asal mula Katolik di Indonesia tentu sedikit banyaknya sudah mengerti perihal sejarahnya, tetapi nampaknya masih simpang siur bagi pemeluk agama Katolik ya. Sejak kecil, tentunya sudah diberikan pelajaran dasar mengenai masuknya agama Katolik di Indonesia.
Agama Katolik sendiri masuk ke Indonesia adalah di abad ke tujuh di Sumatera Barat, sebagaimana yang dijelaskan oleh Shaykh Abu Salih al-Armini dalam bukunya yang bertajuk yang membahas tentang daftar berita gereja-gereja dan pertapaan dari rovinsi Mesir dan juga tanah-tanah di luarnya.
Setelah dilakukan penelusuran lebih jauh, ternyata kota Barus atau yang dahulu disebut dengan Pancur yang terletak di dalam Keuskupan Sibolga, Sumatera Utara lah yang menjadi kediaman umat Katolik tertua di Indonesia. Hal tersebut pun telah dibuktikan dengan adanya Gereja Bunda Perawan Murni Maria, yang diterbitkan oleh KWI.
Namun, memang yang lebih dipahami oleh masyarakat adalah saat masuk ke Indonesia saat bangsa Portugis datang ke Maluku. Pertama kali mendirikan gereja Katolik pada abad 15-16 silam, sang kepala kampung atau Kolano di Mamuya a.k.a Maluku Utara yang pertama beragama Katolik.
Masuknya Agama Katolik ke Indonesia di Beberapa Era
Sebagai agama kedua yang paling banyak dianut, banyak sekali perjuangan yang dilakukan untuk bisa mendirikan gereja Katolik dan juga membaptis para umat yang telah mempercayai agama Katolik. Terdapat beberapa era yang dijadikan sebagai sejarah masuknya agama Katolik ke Indonesia seperti :
- 1619 – 1799 ( Era VOC)
- 1807 ( Era Hindia Belanda)
- 1900 (Era Van Lith)
- 1940 ( Era Perjuangan Kemerdekaan)
- 1962-an (era Kemerdekaan)
Apa saja sejarah tersebut? Berikut ini penjelasannya:
- Era VOC (1619 – 1799 )
Era pertama yang menentang adanya pendirian gereja Katolik adalah saat Era VOC berlangsung, pada tahun 1619-1799. Penentangan pendirian gereja Katolik, ditandai dengan bagaimana para penguasa VOC dan Protestan mengusir Imam-Imam Katolik berkebangsaan Portugis dan digantikan oleh pendeta Protestan dari Belanda.
Banyak umat Katolik yang diprotestankan karena penolakan pendirian gereja Katolik tersebut dan Imam-Imam diancam akan dibunuh, jika kedapatan berkarya di masa VOC. Pastor Egidius d’Abreu SJ pun akhirnya dibunuh di Kastel Batavia pada zaman pemerintahan Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen karena ketahuan mengajar agama dan merayakan Misa Kudus di penjara.
Bahkan, mereka yang hanya sekadar ingin membantu umat Katolik saja sampai dilakukan pengancaman. Namun, masa itu pun berakhir ketika abad ke-18 di tahun 1799 VOC dinyatakan bangkrut dan bubar dan di tahun 1806 Napoleaon Bonaparte mangangkat adiknya Lodewijk seorang penganut Katolik sebagai raja Belanda.
2. Era Hindia Belanda (1807 -an)
Banyak sekali perubahan dan pengaruh positif yang dibawa Lodewijk, seperti kebebasan beragama yang mulai diakui oleh pemerintah. Selain itu, pada 8 Mei 1807 ia pun menyetujui pendirian Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia yang dipimpin Gereja Katolik di Roma. Namun, di saat Gubernur Jendral Daendels yang berkuasa menggantikan VOC dengan pemerintah Hindia Belanda adanya Katolik masih dipersulit.
Pada saat itu, Imam yang ada hanya berjumlah lima orang dengan 9.000 umat yang saling berjauhan. Lambat laun, di tahun 1889 kondisi pun semakin membaik dan Imam di Indonesia bertambah menjadi 50 orang. Sayangnya, di era ini misi Katolik di Yogyakarta dilarang sampai tahun 1891.
3. Era Van Lith (1900-an)
Megawali misi Katolik di daerah Muntilan pada tahun 1986 Pastor F. Van Lith memang tak mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan, sampai dirinya mendirikan sebuah sekolah bernama Normalschool di tahun 1900. Namun, mukjizat datang padanya di tahun 1904 dengan datangnya empat kepala desa daerah Kalibawang ke rumah Romo yang meminta diajarkan agama Katolik.
Hingga akhirnya mereka pun dibaptis di mata air Semagung yang kini dijadikan tempat ziarah Sendangsono bersama dengan 178 orang, pada 15 Desember 1904. Di tahun yang sama, Romo Van Lith pun mendirikan kembali sekolah Kweekschool yang diperuntukkan untuk pendidikan guru dan mendirikan Yayasan Kanisus sebagai gabungan dari sekolah Katolik.
Berkat usaha Romo Van Lith, kota Muntilan lah yang mencetak Imam dan Uskup pertama di Indonesia dan di permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.
4. Era Perjuangan Kemerdekaan (1940-an)
Banyak sekali kejadian di era perjuangan kemerdekaan bagi para umat Katolik yang ingin menyebarkan ajaran agama mereka. Mulai dari Albertus Soegijapranata yan ditahbiskan menjadi Uskup pertama Indonesia tahun 1940 dan Romo Sandjaja yang terbunuh bersama Frater Hermanus Bouwen pada 20 Desember 1948 di dusun Kembaran dekat Muntilan dalam penyerangan Benda ke Semarang. Mgr. Namun, di era ini pun banyak melahirkan pahlawan nasional beragama Katolik, seperti Adjisucipto, Agustinus, Ignatius Slamet Riyadi, dan Yos Sudarso.
5. Era Kemerdekaan (1962-an)
Mulai memasuki kota-kota lain di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Yogyakarta, Maumere, dan Dili untuk penyebaran agama Katolik, di era Kemerdekaan Kardinal pertama Indonesia adalah Yustinus Kardinal Darmojuwono yang diangkat pada 29 Juni 1967.
Tak hanya itu, GKI aktif dalam kehidupan Gereja Katolik dunia dan Uskup Indonesia pertama menambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965) silam.
Itulah awal mula sejarah Katolik bisa masuk ke Indonesia yang mengalami lima era perjuangan. Setelah mengetahui bagaimana sejarah Katolik masuk ke Indonesia, tentunya hukum pindah agama menurut Katolik menjadi penting untuk dipelajari pula oleh umat Katolik.