Daftar isi
Sampah seolah menjadi masalah yang tidak pernah selesai dalam kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Namun tahukah kamu bahwa bukan hanya bumi saja tempat di jagad raya ini yang memiliki sampah. Ruang angkasa atau yang kita disebut juga antariksa juga memiliki sampah. Sama seperti sampah yang ada di bumi, sampah anatariksa juga memiliki bahayanya, simak pembahasannya berikut ini.
Sampah antariksa sering kita kenal juga sebagai sampah luar angkasa. Seperti pengertian sampah secara umum, sampah antariksa adalah sebuah benda yang sudah tidak digunakan lagi. Biasanya benda tersebut berupa sisa-sisa roket atau satelit yang sudah tidak berfungsi. Namun bisa juga berasal dari puing-puing benda langit setelah bertabrakan.
Jumlah sampah antariksa saat ini tercatat oleh NASA ada 27.000 benda yang bergerak tanpa tujuan di orbit bumi. ZME Science mengeluarkan fakta bahwa bumi dikelilingi oleh 6542 satelit namun setengah dari angka ini hanyalah sampah. Sementara itu The United States Space Surveillance Network mencatat bahwa bumi orbit bumi diselimuti oleh 8.000 ton kubik sampah luar angkasa.
Luar angkasa memang berada jauh di atas permukaan bumi tempat kehidupan manusia berlangsung. Namun keberadaannya yang tidak sedikit ini dapat membahayakan seperti berikut ini.
Satelit sangat berperan penting dalam kehidupan manusia dalam berbagai bidang. Namun karena adanya sampah antariksa ini dapat mengganggu sistem operasional satelit. Hal ini terjadi ketika satelit dan sampah antariksa saling berbenturan.
Masalah seperti ini sudah pernah terjadi di Rusia yang menimpa Satelit Komunikasi Rusia Express AM 11. Kasus serupa juga menimpa satelit IRIDIUM milik Amerika Serikat yang bertabrakan dengan puing-puing bekas satelit Rusia. Kasus terbaru menimpa satelit Yunhai 1-02 China yang ditabrak oleh Object 48078 pada Maret 2021 lalu hingga terpecah
Ukuran sampah antariksa ini sangat bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang berukuran besar. Jika jumlahnya semakin banyak tentu akan mengganggu jalannya penerbangan pesawat luar angkasa karena beresiko terjadi tabrakan.
Sampah luar angkasa tidak hanya berpotensi bertabrakan dengan benda buatan manusia lainnya tetapi juga dengan benda langit. Sampah ini bisa saja bertabrakan dengan meteor atau asteroid dan akan menambah jumlah sampah di antariksa.
Dikarenakan ruang angkasa minim gaya tarik maka biasanya sampah antariksa akan melayang-layang di gravitasi paling dekat. Namun ada juga yang berhasil masuk ke atmosfer bumi dan akhirnya jatuh. Sebuah data mencatat setidaknya ada satu puing jatuh ke bumi setiap harinya dalam 50 tahun terakhir.
Beruntungnya tidak ada laporan korban jiwa maupun cedera akibat sampah antariksa. Hal tersebut dikarenakan mereka memilih jatuh ditempat yang tidak berpenduduk. Tidak menutup kemungkinan adanya korban jika sampah antariksa jatuh di tempat berpenghuni.
Pada umumnya sampah satelit yang jatuh adalah yang berada di jalur orbit rendah sehingga tertarik dan belum habis terbakar di atmosfer bumi.
Di Indonesia sendiri pernah terjadi hal seperti ini tepatnya di Gorontalo pada tahun 1981, Lampung pada tahun 1988, serta di Bengkulu pada tahun 2003. Masing-masing sampah tersebut adalah bekas tangki bahan bakar roket Rusia dan roket milik China.
Hingga saat ini berbagai negara masih terus meluncurkan satelit-satelitnya. Namun sebuah satelit bisa saja gagal memasuki orbitnya karena terhempas setelah berbenturan dengan sampah antariksa yang bergerak bebas.
Orbit Geostasioner atau GSO adalah sebuah sistem orbit yang terbatas sehingga apabila ada satelit yang sudah tidak beroperasi lagi maka sampelnya hanya akan bergerak di orbit ini saja. Jika orbit ini terus dipenuhi oleh sampah maka tidak ada ruang lagi untuk satelit baru yang menggantikan satelit rusak.
Beberapa bagian dari satelit dibuat dengan menggunakan logam. Jika serpihan logam ini mengenai gelombang sinyal transmisi yang akan dikirim ke bumi akan terganggu.
Berdasarkan data yang telah kita bahas di atas dengan bahayanya dapat disimpulkan bahwa keberadaan sampah antariksa bukanlah masalah yang sepele. Berikut adalah beberapa upaya untuk meminimalisir sampah antariksa.
Salah satu cara yang paling terkenal untuk membersihkan kembali ruang angkasa dari sampah antariksa adalah dengan mengembangkan teknologi laser berbasis di bumi. Laser ini diyakini mampu membidik dengan tepat sampah-sampah satelit dan mengubahnya menjadi partikel kecil. Teknik merupakan hasil pengembangan dari Orion NASA yang sudah dimulai sejak tahun 1970 lalu.
Setiap negara berlomba-lomba dalam menciptakan teknologi luar angkasa tak terkecuali Jepang. Saat ini agensi luar angkasa negeri sakura yakni JAXA telah mengembangkan sebuah pesawat luar angkasa yang diberi nama electrodynamic tether atau EDT.
Pesawat EDT yang berukuran lebih dari 700 meter ini bertugas membawa serpihan sampah antariksa keluar dari orbit Bumi. Serpihan tersebut akan dibawa ke atmosfer yang lebih tinggi dan dibakar di sana.
Pesawat Spinnaker 3 adalah pesawat luar angkasa milik Purdue University Amerika Serikat yang mirip dengan pesawat EDT Jepang. Perbedaannya adalah pesawat ini justru membawa serpihan sampah antariksa ke atmosfer bumi dan dibakar secara maksimal. Pesawat ini dinilai sangat efektif karena sanggup membawa sampai hingga seukuran roket.
Cara yang dianggap paling sederhana namun optimal dan sangat disarankan adalah dengan melengkapi motor roket pada setiap satelit. Motor roket ini akan aktif ketika satelitnya sudah melewati masa operasinya dan akan mendorong keluar dari orbit.
Teknik khusu diterapkan untuk satelit yang berada di Orbit Geostasioner atau GSO sehingga tidak memakan tempat.
Selain melengkapi satelit dengan motor roket cara lainnya adalah dengan menggunakan alat peledak. Peledak ini akan aktif ketika satelit selesai beroperasi sehingga hancur menjadi serpihan yang lebih kecil.
NASA yakni Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat memiliki aturan khusus untuk desain satelit mereka. Satelit tersebut harus dibuat dengan desain sedemikian rupa agar apabila pecah maka serpihannya tidak lebih besar dari 1 cm. Aturan lainnya adalah satelit hanya boleh beroperasi lebih dari 25 tahun, pembatasan resiko yang terjadi apabila satelit jatuh ke bumi. serta pembatasan bentuk serpihan apabila terjadi benturan dengan meteor.
Selain serpihan dan satelit yang sudah masa operasionalnya ada juga beberapa benda yang pernah ditemukan berkeliaran di ruang angkasa. Benda tersebut antara lain sebagai berikut.
Setiap astronot dalam melakukan misinya dilengkapi dengan berbagai peralatan yang disimpan dalam sebuah tas. Namun tas ini bisa saja terjatuh atau terlepas jika pelumas di dalamnya meletus. Akibatnya adalah tas tersebut terlepas dari genggaman astronot dan melayang-layang di ruang angkasa.
Tangki amonia adalah sampah yang sengaja dibuang oleh NASA pada tahun 2007 lalu. Alasannya adalah karena amonia ini tidak bisa diangkut dalam kargo yang terbatas sehingga harus dibuang.
Seorang astronot yakni Charles Duke sengaja meninggalkan foto keluarganya di bulan pada tahun 1972. Foto ini hingga sekarang masih berada di sana dan menjadi sampah antariksa.
Jika kamu mengira bahwa hanya manusia dengan pesawatnya saja yang bisa terbang ke antariksa maka kamu salah. Sebelum mengirim manusia, sebanyak 30 primata, anjing dan tikus diterbangkan untuk misi luar angkasa. Sayangnya tidak semua dari mereka dapat kembali ke bumi dan akhirnya menjadi bangkai.
Makanan khas Italia ini menjadi perusahaan makanan pertama yang dikirim ke luar angkasa. Pengiriman ini terjadi pada tahun 2001 bersama dengan kosmonot asal Rusia yaitu Yuri Usachov.
Edward White yang melakukan perjalanan pertamanya pada tahun 1965 ini tidak sengaja menghilangkan salah satu sarung tangannya. Hingga saat ini sarung tangan tersebut masih bergerak di orbit bumi dan menjadi salah satu sampah antariksa paling berbahaya.