Geografi

Batuan Beku: Struktur – Proses Pembentukan dan Jenisnya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Setelah membahas tentang batuan sedimen, sekarang akan kami bahas tentang batuan beku.

Seperti yang diketahui, bahwa batuan adalah salah satu unsur alam yang banyak kita temui di sekitar kita.

Namun, kita sering tidak mengetahui batuan tersebut masuk ke dalam batuan sedimen atau batuan beku.

Salah satu jenis batuan yang ada di alam adalah batuan beku. Batuan ini terbuat dari magma yang dingin dan keras, baik melewati proses kristalisasi ataupun tidak.

Nama lain dari batuan beku dalam bahasa latin adalah igneus, dibaca menjadi ignis yang bermakna api.

Pengertian Batuan Beku

Pengertian Secara Umum

Sesuai namanya, batuan beku berasal dari magma yang mengalami pembekuan.

Magma yang berbentuk cair akan berubah menjadi padat sehingga dinamakan batuan beku.

Batuan intrusif yaitu jenis batuan beku yang mengalami proses kristalisasi magma di bawah permukaan bumi. Magma tersebut meleleh lalu menjadi keras seperti batu.

Sedangkan batuan vulkanik atau ekstrusif ditemukan saat magma yang keluar menuju atas permukaan bumi.

Magma dari batuan ini berisiko meledak dahsyat di atas atmosfer, kemudian terjatuh karena gravitasi dan menjadi batu di Bumi.

Pengertian Menurut Para Ahli

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.500 °C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan terlarut yang bersifat volatil (air, karbon dioksida, klorin, fluorin, besi, belerang, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatil (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.

Ciri Khusus Batuan Beku

Agar dapat membedakan batuan yang satu dengan batuan lain dibutuhkan ciri khusus batuan tersebut.

Batuan beku memiliki ciri yang mudah dikenali dan berbeda dengan batuan lain. berikut adalah ciri khusus batuan beku:

1. Warna

Warna merupakan ciri paling mudah membedakan bermacam-macam batuan. Batuan beku memiliki banyak warna yang disebabkan oleh penyusun batuan ini.

2. Tekstur

Batuan beku memiliki tekstur yang beragam juga. Seperti pada warna, tekstur batuan beku juga bergantung pada kandungan komposisi mineralnya.

Mineral dan jenisnya memiliki hubungan erat dengan kristalinitas, granularitas, dan bentuk kristal. Ketiganya dibahas lebih lengkap pada poin selanjutnya.

3. Tingkat Kristalisasi (Kristalinitas)

Arti dari kristalinitas adalah derajat pada proses kristalisasi suatu batuan bekupada saat proses pembentukan terjadi.

Fungsinya yaitu menjelaskan bentuk partikel penyusun batu yang berbentuk kristal dan tidak.

Kristanilitas juga berguna untuk mendapat informasi mengenai kecepatan pembekuan magma agar menjadi batuan beku.

Kristalinitas memberikan pernyataan berikut; apabila batuan beku mengalami perlambatan magma yang ada, maka kristal kemungkinan besar berbentuk kasar.

Sebaliknya, jika magma mempercepat prosesnya dalam pembuatan batuan beku, maka dapat disimpulkan bahwa kristal pembentuknya dalam keadaan halus.

Tingkat kristalisasi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

  • Holokristalin
    Adalah penyusun batuan beku kesemuanya berasal dari kristal. Batuan plutonik (intrusif) merupakan tekstur dari tingkat kristalisasi ini. Batuan tersebut antara lain mikrokristalin yang sudah membeku di dekat permukaan bumi.
  • Hipokristalin
    Yakni sebagian dari penyusun batuan beku berasal dari massa gelas dan massa kristal. Keduanya mendapatkan porsi masing-masing yang sama dan saling melengkapi.
  • Holohialin
    Adalah susunan batuan beku dari massa gelas. Kesemuanya bisa saja terbuat dari kaca atau gelas. Teksturnya seperti lava (obsidian), sill and dike, dan fasies yang sedikit lebih kecil dari batuan.

4. Visualisasi Granularitas

Granularitas adalah ukuran pada batuan beku. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan dengan mata biasa dan melalui kaca pembesar, ada dua jenis granularitas, yaitu :

  • Fanerik
    Atau bisa disebut dengan fanerokristalin. Granularitas ini terbuat dari batuan beku yang bisa diamati penyusun mineralnya. Bisa dalam bentuk kristal, ukuran butir, dan hubungan yang terjadi antar butir. Besar kristal dari golongan ini dapat diteliti menggunakan metode megaskopis dengan mata telanjang. Kristal pada jenis fanerik ada beberapa macam, yaitu halus (diameter butir maksimal 1 mm), sedang (ukurang diameter butir 1-5 mm), kasar (diameter butir berukuran antara 5-30 mm), dan sangat kasar (diameter butir minimal berukuran 30 mm).
  • Afanitik
    Adalah batuan beku yang memiliki struktur butiran sangat halus sehingga mineralnya tidak bisa diamati dengan mata telanjang. Mikroskop dibutuhkan apabila penelitian terhadap batuan afanitik dilakukan. Tekstur afanitik dalam suatu batuan dapat disusun dari gelas, kristal, bahkan keduanya. Ada tiga macam analisis mikroskopis afanitik, yaitu mikrokristalin (mineral bisa diamati melalui mikroskop dengan ukuran butir antara 0.1-0.01 mm), kriptokristalin (ukuran batuan berkisar antara 0.01-0,002 mm), dan hyaline / glassy / amrf yang mineralnya tersususn dari tekstur gelas.

5. Bentuk Kristal

Kristalisasi bukan sifat menyeluruh dari suatu batuan, hanya sebagian kecil dari batuan tersebut.

Ditemukan tiga bentuk kristal apabila diamati dari pandangan dua dimensi yaitu, euhedral (bentuk asli bidang kristal dan menjadi batas mineral), subhedral (batas dari kristal sebagian sudah tidak terlihat), dan anhedral ( tidak adal kristal asli dalam batuan).

Sedangkan dari tinjauan tiga dimensi ada empat kristal, antara lain equidimensional (ketiga dimensi kristal sama panjang), tabular (dua dimensi lebih panjang dari lainya), prismitik (satu bentuk kristal lebih panjang dari tiga lainnya), dan irregular (kristal tidak memiliki bentuk yang teratur).

Proses Pembentukan Batuan Beku

Dalam hal keterbentukannya, batuan beku dibagi menjadi tiga: Intrusif (Plutonik), Ekstrusif ( Vulkanik) dan Hipabisal.

1. Intrusif

Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya, batuan beku ini berbutir kasar. Butiran mineral di batuan ini dapat dengan mudah diidentifikasi dengan mata telanjang.

Batuan intrusi juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan bentuk dan ukuran tubuh intrusi dan hubungannya dengan formasi lainyang diintrusinya.

Formasi intrusi yang khas adalah batolit, stok, lakolit, sill dan dike. Ketika magma membeku di dalam kerak bumi, magma mendingin perlahan membentuk batuan bertekstur kasar, seperti granit, gabro, atau diorit.

2. Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif, juga dikenal sebagai batuan vulkanik, terbentuk di permukaan kerak sebagai akibat dari pencairan sebagian batuan dalam mantel dan kerak.

Batuan beku ekstrusif dingin dan mengeras lebih cepat daripada batuan beku intrusif.

Mereka dibentuk oleh pendinginan magma cair di permukaan bumi. Magma, yang dibawa ke permukaan melalui celah atau letusan gunung berapi, membeku pada tingkat yang lebih cepat.

Oleh karena batu batuan jenis ini halus, kristalin dan berbutir halus.

Basalt adalah batuan beku ekstrusif umum dan membentuk aliran lava (lava flow), lembar lava (sheeting lava) dan dataran tinggi lava (Lava plateau).

Beberapa jenis basalt membantu membentuk kolom poligonal lama. Giant’s Causeway di Antrim, Irlandia Utara adalah salah satu contohnya.

3. Hipabisal

Batuan beku hipabisal terbentuk pada kedalaman di antara batuan plutonik dan vulkanik.

Batuan ini terbentuk karena pendinginan dan pembekuan yang dihasilkan dari naiknya magma di bawah permukaan bumi.

Batuan hipabisal kurang umum dibandingkan batuan plutonik atau vulkanik dan sering membentuk dike, sill, lakolit, lopolit atau pakolit.

Struktur Batuan Beku

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan.

Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:

  • Pillow lava atau lava bantal
    Yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
  • Joint struktur
    Merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
  • Masif
    Yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
  • Vesikuler
    Yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.
  • Skoria
    Yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
  • Amigdaloidal
    Yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
  • Xenolitis
    Yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
    Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar berlembar).

Jenis Batuan Beku

Ada beberapa batuan beku dengan jenis yang mudah dikenal. Berikut jenis-jenis batuan beku beserta ciri khas masing-masing:

1. Batu Apung

Batu apung berwarna coklat dengan sedikit campuran abu-abu muda. Batu ini memiliki bentuk berongga dengan warna khas tersebut.

Kegunaan batu apung yakni dipakai untuk mengampelas kayu dan dilanjutkan sebagai alat penggosok pada bangunan.

2. Batu Obsidian

Warna dari batu obsidian adalah hitam atau berwarna coklat tua. Batuan ini biasa disebut dengan batuan kaca.

Permukaan batu obsidian mengkilap dan halus. Fungsi yang sering dimanfaatkan dari batu ini adalah menjadi alat pemotong atau tombak serta bahan pengrajin dalam industri kreatif.

3. Batu Granit

Struktur dari batu granit adalah butiran kasar yang sedikit berwarna-warni.

Ada warna putih sampai keabu-abuan, ada juga yang berwarna jingga. Batu granit bisa ditemukan di pinggir dan dasar sungai atau pantai.

Batuan ini dipakai dalam beberapa bahan bangunan. Batuan granit termasuk dalam jenis batuan beku dalam.

4. Batu Basal

Batu basal disebut juga dengan batu lava. Batu ini berwarna hijau sedikit keabu-abuan dan tersusun dari butiran kecil.

Batu basal juga berfungsi sebagai bahan bangunan. Batu basal termasuk dalam jenis batuan beku efusit atau batuan beku luar.

5. Batu Andesit

Warna dari batu andesit adalah putih dengan sedikit campuran abu-abu.

Struktur batuan andesit adalah butiran kecil dan hampir sama dengan batuan basal.

Fungsi dari batu andesit adalah digunakan dalam pembuatan arca dan beberapa bangunan semacam candi. Batu andesit termasuk dalam batuan beku luar atau efusit.

6. Gabbro

Gabbro adalah jenis plutonik gelap dari batuan beku yang dianggap setara plutonik dari basal.

Tidak seperti granit, gabro rendah silika dan tidak memiliki kuarsa, juga gabro tidak memiliki feldspar alkali, hanya plagioklas, yang memiliki kandungan kalsium tinggi.

Mineral gelap lainnya mungkin termasuk amfibol, piroksen dan terkadang biotit, olivin, magnetit, ilmenit, dan apatit. Gabro sejati adalah bagian kecil dari batuan plutonik gelap.

Gabbro membentuk sebagian besar bagian dalam kerak samudera, di mana melelehnya komposisi basaltik mendingin sangat lambat untuk menciptakan butiran mineral yang besar.

Itu membuat gabro menjadi tanda dari sebuah Ofiolit, sebuah kumpulan besar kerak samudera yang berakhir di darat.

7. Granodiorit

Granodiorit adalah batuan plutonik yang terdiri dari biotit hitam, hornblende abu-gelap, plagioklas putih, dan kuarsa abu-abu tembus cahaya. Dominasi plagioklas lebih dari feldspar alkali membedakannya dari granit.

Granodiorit adalah salah satu batu granitoid yang Warnanya mencerminkan pelapukan butiran pirit langka melepaskan zat besi.

8. Kimberlite

Kimberlite adalah batuan vulkanik ultrabasa, cukup langka tetapi banyak dicari karena merupakan biji berlian.

Batuan ini sebagian besar terdiri dari kristal olivin dalam suatu tanah yang terdiri dari berbagai campuran mineral serpentine, karbonat, diopside dan phlogopite.

9. Felsite

Felsite adalah nama umum untuk batuan beku ekstrusif berwarna terang.

Felsite berbutir halus tetapi tidak berkaca-kaca yang biasanya terdiri dari mineral kuarsa, feldspar plagioklas dan feldspar alkali. Felsite biasanya disebut ekuivalen ekstrusif dengan granit.

10. Komatiite

Komatiite (ko-MOTTY-ite) adalah Batuan lava ultramafik yang langka dan purba, termasuk peridotit ekstrusif.

Sebagian besar batu ini terbentuk dari olivin, menjadikannya komposisi yang sama dengan peridotit.

Diperkirakan bahwa hanya suhu yang sangat tinggi yang dapat mencairkan komposisi tersebut, dan sebagian besar komatiite diperkirakan dari zaman Arkeozoikum, sejalan dengan asumsi bahwa mantel Bumi jauh lebih panas 3 miliar tahun yang lalu daripada saat ini. 

Komatiite diketahui sangat kaya akan kandungan magnesium dan rendah silika. Salah satu ciri khas dari beberapa komatiites adalah tekstur spinifex, di mana batuan tersebut saling silang dengan kristal olivin yang panjang dan tipis.

11. Latite

Latite biasa disebut ekuivalen ekstrusif dari monzonit, tetapi lebih rumit. Seperti basalt, latite tidak memiliki atau hampir tidak ada kuarsa tetapi lebih banyak feldspar alkali.

Dalam pengamatan, tidak mungkin membedakan latit dari basal atau andesit secara langsung.

Spesimen ini memiliki kristal besar (fenokris) dari plagioklas dan fenokris piroksen yang lebih kecil.

12. Tuff

Tuff secara teknis adalah batuan sedimen yang terbentuk oleh akumulasi abu vulkanik ditambah batu apung atau scoria.

Tuff adalah batu yang sangat beragam dan mampu memberi informasi ahli geologi banyak hal tentang kondisi selama letusan terjadi. 

Bangunan kota Roma, baik kuno dan modern, umumnya terbuat dari blok tuff dari batuan dasar lokal.

Di wilayah lain, tuf mungkin rapuh dan harus dipadatkan dengan hati-hati sebelum bisa digunakan.

13. Anorthosite

Anorthosite adalah batuan beku dalam (plutonic) yang jarang ditemui karena hampir seluruhnya terdiri dari plagioclase feldspar.

Anortosit di muka bumi dapat dibagi menjadi dua: Anortosit proterozoikum (disebut juga tipe masif anortosit) dan juga Anortosit tipe arkean.

Kedua tipe ini memiliki keterjadian yang berbeda, dan muncul di periode-periode yang berbeda di sejarah bumi, dan diperkirakan memiliki asal yang berbeda.

14. Dunite

Dunite adalah batuan langka, peridotit yang setidaknya 90 persen olivin.

Masih banyak jenis batuan beku lainnya yang berada di bumi ini. Beberapa batuan beku sangat mudah ditemui dan sering dimanfaatkan oleh manusia dalam kehidupan, sementara jenis batuan beku yang lain bisanya jarang ditemui.