Candi Kidal: Pengertian – Sejarah dan Fungsi

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Berbicara tentang Jawa Timur, memang sangat kental dengan sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah memerintah di masa lalu. Salah satunya adalah Kerajaan Singasari. Kerajaan yang cukup lama berkuasa di Jawa Timur ini tentunya menyumbang sebagian besar sejarah bagi Jawa Timur khususnya pada peninggalan-peninggalannya yakni Candi Kidal.

Apa itu Candi Kidal?

Candi Kidal

Candi Kidal merupakan salah satu candi peninggalan dari Kerajaan Tumapel/Singasari. Candi ini dibangun atas dasar bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa besar Raja Anusapati yang merupakan raja kedua dari Kerajaan Singasari di mana telah memerintah selama 20 tahun lamanya yakni tahun 1227 hingga tahun 1248 Masehi.

Secara arsitekturnya, candi ini sangat kental dengan budaya Jawa Timur. Bahkan candi ini sudah mengalami pemugaran di tahun 1990 silam. Selain itu, Candi Kidal juga mengandung cerita-cerita unik lainnya seperti cerita Garudeya, cerita mitologi hinduistik di mana mengandung pesan moral pembebasan dari perbudakan. Hingga saat ini, Candi Kidal masih terjaga dan terawat keutuhannya.

Sejarah Candi Kidal

Sejarah perkembangan Candi Kidal tentu tidak terlepas dari kematian dan jasa-jasa dari sosok besar yang bernama Anusapati kepada kerajaan Singasari. Sejarah tersebut telah tercantum dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama. Adapun sejarah menurut kedua kitab tersebut yaitu:

Berdasarkan Kitab Pararaton

Dalam kitab ini ditulis sekitar tahun 1481 – 1600 Masehi, di mana diceritakan sosok Anusapati yang merupakan putra dari seorang akuwu di Tumapel yakni Tunggul Ametung dan Ken Dedes sampai akhirnya Tunggul itu dibunuh oleh Ken Arok. Peristiwa itu terjadi saat Anusapati masih dalam kandungan Ken Dedes. Akhirnya Tanggul Ametung meninggal, sementara Ken Arok menikahi Ken Dedes dan secara tidak langsung menjadi ayah angkat dari Anusapati.

Ken Arok mengumumkan bahwa Tumapel akan menjadi kerajaan di tahun 1222 dengan gelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Bahkan kerajaan ini sudah berhasil menghancurkan Kerajaan Kediri yang ketika itu merupakan kerajaan besar. Karena dirinya merasa diperlakukan tidak adil oleh Ken Arok, Anusapati kemudian bertanya kepada ibunya dan mengetahui bahwa dia bukan anak kandung dari Ken Arok.

Bahkan dia juga mengetahui bahwa Ken Arok yang telah membunuh ayahnya. Anusapati pun merasa sangat marah sehingga dia bisa mendapatkan Keris Mpu Gandring yang sempat digunakan oleh Ken Arok tersebut untuk membunuh ayahnya. Namun dia tidak menggunakan tangannya sendiri untuk membunuh Ken Arok, melainkan dia menyuruh pembatunya untuk membunuh pada saat acara makan malam kerajaan.

Akhirnya pembantunya itu dapat membunuh Ken Arok ketika makan malam tepatnya pada tahun 1247. Kemudian untuk menghilangkan jejak-jejak pembunuhan itu direncanakan oleh Anusapati, dia membunuh pembantunya dan mengumumkan bahwa pembantunya itu sudah gila dan mengamuk sampai menyebabkan kematian sang raja.

Setelah Ken Arok meninggal, Anusapati akhirnya diangkat menjadi raja. Hingga suatu hari, ada salah satu anak Ken Arok yakni Tohjaya yang mengajak Anusapati untuk mengadu ayam yang merupakan kegemaran Anusapati. Tanpa rasa curiga, akhirnya Tohjaya berhasil menusukkan Keris Mpu Gandring yang dibawa sampai menewaskannya sekitar tahun 1171 Masehi. Kemudian anak-anak Ken Arok yang akhirnya memimpin kerajaan sampai terjadinya pemberontakan Ranggawuni yang merupakan anak dari Anusapati.

Berdasarkan Kitab Nagarakertagama

Kitab ini adalah kitab karya dari Empu Prapanca yang ditulis pada tahun 1365 Masehi yakni sejak masa kejayaan Majapahit. Dalam kitab ini disebutkan bahwa Anusapati adalah anak dari Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang merupakan seorang pendiri Kerajaan Tumapel atau Singasari. Kemudian Anusapati diangkat menjadi raja untuk menggantikan ayahnya sekitar tahun 1227.

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Singasari terlihat aman dan damai. Sampai akhirnya Anusapati meninggal pada tahun 1248 yang kemudian digantikan oleh putranya Wisnuwardhana. Karena untuk menghormati sang ayah, akhirnya Wisnuwardhana membangun sebuah candi yang dinamakan Candi Kidal di mana Anusapati dipuja sebagai dewa syiwa.

Dari penjelasan kedua kitab di atas, kita dapat melihat perbedaan kisah dari sosok Anusapati ini yang akhirnya memicu adanya Candi Kidal. Kita memang tidak dapat benar-benar menyimpulkan bagaimana sebetulnya peristiwa kematian dari sosok Anusapati ini. berdasarkan dari beberapa prasasti dan kitab tersebut, dapat disimpulkan bahwa Candi Kidal ini dibangun oleh Wisnuwardhana atau Ranggawuni sekitar tahun 1248 Masehi.

Ciri-ciri Candi Kidal

Bentuk Bangunan Candi Kidal

Candi Kidal terbuat dari batu andesit yang memiliki dimensi gemoteris vertikal. Candi ini terdapat tiga bagian yakni kaki, tubuh dan atap.

  • Pada bagian kaki candi terlihat agak tinggi dengan tangga masuk ke atas kecil-kecil. Sekilas, seperti bukan tangga masuk sesungguhnya.
  • Pada bagian badannya lebih kecil daripada luas kaki dan atap candi sehingga dapat memberi kesan ramping. Di bagian badan dan kakinya ini dihiasi oleh medallion dan sbauk melingkar yang menghiasi badan candi.
  • Pada atap candinya terdapat 3 tingkat yang semakin ke atas semakin kecil. Bagian paling atasnya memiliki permukaan yang cukup luas tanpa adanya hiasan atap seperti ratna (ciri khas candi Hindu) atau stupa (ciri khas candi Buddha).

Di atas pintu masuk terdapat kepala kala yang merupakan salah satu aspek Dewa Syiwa atau dikenal dengan penjaga bangunan suci.

Ukuran Candi Kidal

Adapun ukuran bagian dari Candi Kidal sebagai berikut:

  • Kaki candi yang berbentuk bujur sangkar memiliki ukuran sisinya sekitar 6,82 meter dan tinggi 1,94 meter.
  • Badan candi yang berbentuk bujur sangkar memiliki ukuran sisinya 5,3 meter dan tinggi sekitar 4,92 meter. Selain itu, di badan candi ini terdapat bilik-bilik berbentuk piramida yang berukuran sekitar 1,9 meter x 1,9 meter dengan tingginya 2,6 meter.
  • Atap candi yang berbentuk kotak ini bersusun tiga dengan luas yang semakin kecil ke atasnya.

Lokasi Candi Kidal

Candi Kidal ini terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur tepatnya yaitu di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang. Selain itu, candi ini juga terletak di sekitar lembah pada lereng barat dari Pegunungan Tengger dengan ketinggian sekitar 52 meter di atas permukaan laut. Jika dari pusat kota Malang, candi ini berjarak sekitar 20 kilometer ke arah timur.

Fungsi Candi Kidal

Jika dilihat dari Kitab Negarakertagama, Candi Kidal ini lebih difungsikan sebagai tempat untuk mendharmakan Raja Anusapati. selain sebagai tempat untuk mendoakan sang raja Anusapati, Candi Kidal juga dibangun dengan tujuan untuk perawatan kepada Ibudna sang Raja yakni Ken Dedes. Hal itu terlihat dari penggambaran relief Garudeya di mana yang menunjukkan bahwa Anusapati sangat menyayangi ibunya yang selama hidupnya dalam penderitaan.

Fakta Tentang Candi Kidal

Adapun beberapa fakta-fakta unik dari Candi Kidal sebagai berikut:

  • Sebagai bukti cinta Anusapati kepada Ibunya, Ken Dedes.
  • Terdapat salah satu mitos terkenal yakni mitos relief Garudheya yang konon katanya untuk memenuhi amanat dari Anusapati yang ingin meruwat Ken Dedes.
  • Sebagai salah satu jejak peninggalan Kerajaan Singasari.
  • Salah satu candi yang sering dijadikan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat seperti ritual ruwatan.

Jika dilihat dari sejarah dan ciri candi itu sendiri, kita dapat mengetahui bahwa Candi Kidal adalah salah satu candi peninggalan dari Kerajaan Singasari yang dulunya pernah memerintah di tanah Jawa Timur. Selain itu, candi ini juga sebagai bentuk penghormatan kepada raja Anusapati.

fbWhatsappTwitterLinkedIn