Selain Angkor Wat, Candi Prambanan merupakan salah satu candi Hindu terbesar yang ada di Asia Tenggara. Candi ini memiliki tiga zona yakni zona luar, zona tengah yang diisi oleh ratusan candi dan zona dalam yang merupakan zona tersuci tempat di mana delapan buah candi utama dan delapan kuil kecil.
Pada mulanya candi ini memiliki 240 buah candi. Hanya saja, kini tinggal tersisa 18 buah candi saja yakni 8 candi utama, 8 candi kecil yang berada di zona inti dan 2 buah candi Perwara. Sebanyak 224 candi Perwara belum dilakukan pemugaran. Candi-candi tersebut masih berupa tumpukan batu yang berserakan.
Mulanya di candi ini terdapat 3 buah candi trimurti yang terdiri dari candi Siwa, Wisnu dan Brahma, 3 candi Wahana berupa candi Mandi, Garuda dan Angsa serta 2 Candi Apit yang berada di antara deretan candi trimurti dan candi wahana.
Ada pula 4 buah candi kelir yang berada di 4 penjuru mata angin di balik pintu masuk halaman, 4 candi patok yang ada di 4 sudut halaman dalam dan 224 candi Perwara. Sayangnya, semua candi-candi kini hanya tinggal sisanya saja. Beberapa masih belum dilakukan pemugaran terutama candi Perwara.
Di candi prambanan memiliki candi utama yang sangat penting dan dibangun tidak sembarangan. Berikut ini candi-candi utama yang berada di bangunan candi Prambanan.
1. Candi Siwa
Candi Siwa merupakan candi utama yang ada di Candi Prambanan dan dipersembahkan untuk Dewa Siwa. Di dalam candi ini, tepatnya di sebelah Utara terdapat arca Durga Mahisasuramaedini. Candi Siwa berada di halaman dalam, ruangan yang paling suci di antara tiga zona yang ada di Area Candi Prambanan.
Pelataran pada halaman ini ditinggikan dan memiliki denah bujur sangkar yang dikurung dengan pagar batu oleh empat buah gerbang pada keempat penjuru mata angin. Selain terdapat Candi Siwa, pada halaman dengan permukaan pasir ini terdapat pula dua candi trimurti lainnya.
Yakni Candi Brahma yang dipersembahkan untuk Dewa Brahma sang pencipta dan Candi Wisnu yang dipersembahkan untuk Dewa Wisnu sang pemelihara. Candi merupakan candi utama di candi Prambanan yang memiliki tinggi 47 meter dengan lebar 34 meter.
Pada bagian puncak mastaka atau kemuncak candi diberikan sebuah mahkota yang dimodifikasi dari bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra sendiri merupakan tandingan dari stupa yang kerap ditemukan pada candi-candi Buddha.
Saat memasuki bagian candi Siwa, kita akan melihat sebuah lorong galeri yang dihiasi oleh relief yang mengisahkan Ramayana. Relief-relief tersebut terukir di dalam sindir dengan pagar langkah. Di bagian atas pagar langkan tersebut dipagari lagi dengan jajaran kemuncak yang membentuk wajra.
Untuk dapat memahami kisah Ramayana secara runtut, pengunjung haru masuk dari sebelah timur kemudian berputar mengelilingi candi searah jarum jam. Setelah melewati Relief yang mengisahkan Ramayana, selanjutnya akan diarahkan pada candi Brahma.
Candi Siwa berada di tengah-tengah dengan memiliki lima buah ruangan. Satu ruangan menghadap ke arah mata angin sementara satu ruang lain yakni garbagriha, ruangan utama dan terbesar yang berada di tengah-tengah candi. Pada ruangan timur langsung berhubungan dengan ruangan utama yang menjadi tempat bersemayamnya arca Siwa Mahadewa perwujudan Siwa sebagai Dewa Tertinggi.
Arca ini memilikinya tinggi sekitar tiga meter. Pada bagian arca terdapat Lakcana atau simbol Siwa yakni berupa :
- Chandrakapala (tengkorak yang berada di atas bulan sabit)
- Jatamakuta (mahkota keagungan), dan
- Trinerta (mata ketiga) yang berada di dahinya.
Selain itu, arca ini memiliki empat buah lengan yang memegang simbol Siwa seperti camara (rambut ekor kuda pengusir lalat), aksamala (tasbih), dan trisula. Arca Siwa Mahadewa mengenakan tali kasta atau upawita yang berbentuk ular naga atau kobra.
Arca dewa Siwa berdiri di atas lapik Bungan Padma di atas landasan persegi berbentuk Yoni yang pada bagian sisi utaranya terukir sebuah ular naga. Siwa digambarkan menggunakan cawat yang terbuat dari kulit harimau, dan pada bagian pahanya terdapat ukiran kepala, cakar serta ekor harimau.
Sebagian besar sejarawan percaya bahwa arca Siwa merupakan perwujudan dari Raja Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai arca pendharmaan anumertanya. Oleh karena itu, saat raja wafat arwahnya akan dianggap bersatu kembali dewa penitisnya yakni dewa Siwa.
Sementara itu, tiga ruang kecil lainnya digunakan untuk menyimpan arca-arca yang lebih kecil dan masih berkaitan dengan Siwa. Pada ruang bagian selatan terdapat :
- Resi Agastya
- Ganesha putra Siwa berada di ruang barat
- Ruang Utara terdapat arca sakti atau istri Siwa yaitu Durga Mahisasuramardini
Durga Mahisasuramardini menggambarkan Durga sebagai pembasmi Mahisasura, raksasa lembu yang menyerang Swargaloka. Oleh penduduk setempat arca Durga kerap disebut dengan Roro Jonggrang (Dara Langsing). Hal ini dikarenakan arca ini kerap dikaitkan dengan tokoh putri legendaris Roro Jonggrang.
2. Candi Brahma
Selain candi Siwa adapula candi yang dipersembahkan kepada Dewa Brahma. Candi ini berada di sebelah Selatan. Candi ini menghadap ke sebelah timur yang hanya terdapat satu ruang yang dipersembahkan kepada dewa Brahma.
Di dalam candi Brahma terdapat arca Brahma yang berukuran tinggi hampir 3 meter. Sementara itu, candi brahma memiliki lebar sekitar 20 meter dan tinggi 33 meter. Arca Dewa Brahma digambarkan berdiri di atas lapik yoni yang memiliki empat muka atau caturmuka
Memiliki empat tangan yang masing-masing tangannya membawa laksana atau atribut kedewaan berupa utpala atau teratai, wedha (kitab suci), katmandhu (kendi) dan aksamala atau tasbih. Pada pagar langkan terdapat panel-panel relief Ramayana yang merupakan kelanjutan dari panel relief cerita Ramayana di Candi Siwa.
3. Candi Wisnu
Sama seperti Candi Brahma, Candi Wisnu menghadap ke sebelah timur yang ada di satu ruang. Candi ini berada di sebelah Utara. Di dalam candi Wisnu menyimpan arca Wisnu yang memiliki tinggi hampir 3 meter.
Sama seperti candu Brahma, candi Wisnu memiliki lebar 20 meter dan tinggi 33 meter. Pada pagar langkan ada panel-panel relief kresnayanan yang menceritakan tentang kehidupan Krishna saat masih kecil sampai remaja.
Pada relief ke-1 hingga ke-4, terdapat cerita mengenai keadaan kerajaan Mathura sebelum lahirnya krisna. Adapun cerita tersebut berisi sebagai berikut:
- Relief pertama; menjelaskan sebuah pertemuan agung diadakan di kerajaan Mathura. Raja Ugrasena beserta para punggawanya membahas mengenai rencana keberangkatan Putri Dewaki yang akan meninggalkan kerajaan karena tinggal bersama Wasudewa yang merupakan suaminya.
- Relief kedua; mengisahkan Raja Ugrasena beserta kedua istrinya yakni Ibu Kasma dan Ibu Dewaki.
- Relief ketiga mengisahkan sebuah kejadian pembunuhan kepada salah seorang istri raja yakni Dewaki yang akan dibunuh Kasma.
- Relief keempat mengisahkan perjuangan Dewaki saat melahirkan Krisna
Candi wisnu memiliki satu bilik utama yang di dalamnya ada arca Dewa Wisnu. Arca Dewa Wisnu digambarkan memiliki 4 tangan yang di mana masing-masing tangannya membawa laksana atau atribut kedewaan seperti cakra, gadha, lotus, sangkha dan berdiri di atas lapik yoni, Krisna adalah salah satu awatara dewa Wisnu. Dewa Wisnu memiliki 10 awatara yakni sebagai berikut.
- Matsya (Ikan)
- Kurma (Kura-kura)
- Narasimha (Manusia singa)
- Parasuma (Brahmana Ksatria)
- Waraha (Babi hutan)
- Rama (Pangeran)
- Kresna (Pengembala)
- Budha (Pemuka Agama)
- Kalki (Penghancur)