Contoh Kalimat Perbandingan dalam Novel

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan ide dan gagasan. Begitu pula pengarang dalam menyampaikan amanat sebuah cerita. setiap pengarang mempunyai kekhasan dalam penggunaan bahasa dalam karyanya.

Karya cerpen dan fabel tentu mempunyai penggunaan yang berbeda. Penggunaan bahasa yang sering muncul adalah penggunaan bahasa yang lugas, apa adanya, menggunakan majas (gaya bahasa), menggunakan bahasa melayu, menggunakan kata kiasan, menggunakan bahasa populer, menggunakan bahasa pepatah dan sebagainya.

Berikut ini beberapa contoh kalimat perbandingan dalam cerpen dan fabel.

Contoh 1

Kutipan novel 1

Siapa bapaku, demikian pula di mana aku diperanakan oleh bundaku, tiada kuketahui dengan benar; tetapi antara ada dan tiada, masih terbayang-bayang dalam ingatanku, wajah seorang laki-laki yang selalu menjulang aku, semasa aku mulai fasih berkata-kata. Jika sungguh orang itu bapaku, tiadalah lain yang kuketahui tentang perawakan badannya, lain daripada tinggi dan lampaui karena jika kuingat ketika aku merecak tengkuknya riang rasa semangatku memandang bumi. (Suham H.S. Percobaan Setia, Jakarta, Balai pustaka, 2011)

Kutipan novel 2

Malam itu kau melihat kapal-kapal mereka nun juah di laut, sedang berlayar menuju pulaumu. Armada dengan layar-layar berkibar dan tiang-tiang tegak, berpandu kompas membelah ombak, angin berharum garam membawa semacam aroma lain yang sangatnya tajam. Kapal-kapal itu datang laju, menuju cercah-cercah serupa nyala emas hangus yang bertebaran di permukaan gunung, gemerlap yang kelam, sarat bersusun-susun, memancar terlalu terang untuk pulau sekecil itu.(Nukila Akmal, gramedia pustaka utama, 2004).

Pembahasan :

Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa yang berbeda-beda dalam menyajikan cerita kepada pembaca. Penggunaan gaya bahasa tentu bergantung pada pesan yang akan disampaikan. Perbedaan gaya bahasa kedua kutipan novel tersebut adalah novel 1 menggunakan bahasa lugas, novel 2 menggunakan majas perumpaan.

Contoh 2

Kutipan 1

Matahari mulai tenggelam tanda hari sudah malam dan azan berkumandang. Aku segera menuju ke masjid, tapi sebelum ke masjid aku harus bersiap-siap dahulu sembari menunggu kedua temanku Fara dan Deva. Selang 10 menit teman-temanku datang dan segeralah aku berpamitan pada ayah dan ibu. Langkah demi langkah dengan berjalan kaki menuju masjid yang lumayan jauh untuk memenuhi panggilan Allah dan sesampainya di sana aku segera mengambil air wudhu. Sholat magrib berjamaah pun dimulai, aku mengambil barisan paling depan karena ingin mendapatkan banyak pahala.

Kutipan 2

Apa hendak dikata, nasi sudah menjadi bubur, kenyataan yang sudah lalu biarlah terjadi dengan sendirinya. Ananda Kusuma tak tahu diuntung, sudah kasihi tapi tak tahu balas budi, laksana benalu menempel di pohon mangga. Nyi dewi yang bersusah payah, bermandikan kerignat tanpa kenal waktu teruntuk ananda Kusuma seorang, dari buaian hingga dewasa. Alhasil dipenghabisan, tega-tega nian ananda Kusuma menelantarkan Nyi Dewi begitu saja. Sungguh tahu diuntung.

Pembahasan :

Perbandingan perbedaan penggunaan bahasa di atas kedua kutipan cerita tersebut adalah kutipan pertama menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sedangkan kutipan yang kedua terdapat beberapa pepatah yang sukar untuk dipahami.

Contoh 3

Novel 1

“Benar, Hanafi, benar kata orang tua-tua, jika kail panjang sejengkal, jangan lauk hendak diduga. Ayahmu orang beradat Hanafi, ibumu orang beradat sesenang-senang hidupmu jika engkau suka menurut yang sepanjang adat pula. Menurut adat yang kita pakai, bukankah engkau orang jemputan (orang berbangsa)?”

Novel 2

Waktu Sutan Baringin hendak pergi, ia memasukan uang kertas ke tempat Marah Sail. Berapa banyaknya, tiadakah diketahui, hanya Sutan Baringin terdengar berkata. “Lepas dua tiga hari ini kita pergi ke Padang Lawas akan menjual kerbau barang lima ekor”. “Baiklah,” jawab orang itu dengan girangnya, mukanya berseri-seri.

Pembahasana :

Kedua penggalan novel tersebut terdapat penggunaan kedua bahasa. Penggalan novel 1 terdapat banyak pepatah, seperti jangan kail panjang sejengkal, jangan lauk hendak diduga. Sedangkan penggalan novel 2 penggunaan bahasa berupa bahasa melayu lama.

fbWhatsappTwitterLinkedIn