Bahasa Indonesia

17 Contoh Majas Asonansi dalam Puisi

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Majas asonansi merupakan majas yang sering kita jumpai dalam sajak atau puisi.  Majas asonansi merupakan jenis majas yang menggunakan pengulangan suara vokal.

Majas asonansi hampir mirip degan majas tautologi. Adanya pengulangan membuat makna lebih jelas seperti dalam majas penegasan.

Pengulangan suara tersebut digunakan agar frasa atau kalimat menjadi suatu blok sajak yang utuh. Untuk Jenis majas asonansi ini biasa kita jumpai pada puisi di bandingkan pada karangan bebas.

Hal tersebut dikarenakan puisi memiliki bagian keindahan yang disukai pembaca misalnya dalam bentuk syair.

Tidak heran banyak penulis menggunakan majas asonansi untuk menyempurnakan bentuk pengertian puisi bebas karya mereka.

Berikut ini terdapat 17 contoh majas asonansi dalam puisi yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh 1

Diseret di muka algojo, ia leludah tapi tak dikatakannya.

Semalam ku cicip sudah, betapa lezatnya madu darah.

Dan tak pernah didengarnya,

enam pucuk senapan meletus bersama (Tahanan –  W. S. Rendra)

Pada bait puisi diatas terdapat perulangan bunyi vokal “a”.

Contoh 2

Matahari bangkit dari sanubariku.

Meneyentuh permukaan samodra raya.

Matahari keluar dari mulutku, menjadi cakrawala.

Wajahmu keluar dari jidatku, wahai kamu, wanita miskin! (Sajak matahari – W. S. Rendra)

Contoh 3

Tangan di dalam kehidupan muncul di depanku.

Tanganku aku sodorkan.

Nampak asing di antara tangan beribu.

Aku bimbang akan masa depanku. (Sajak tangan – W. S. Rendra)

Contoh 4

Aku melihat ombak yang berdeburan,

Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan,

dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu,

Kkekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung,

Tersenyum lewat bibir sangan mawar dan menyanyi

dengan desiran air yang mengalir di parit-parit. (Mimpi – Kahlil Gibran)

Contoh 5

Itulah anak-anak cinta,

buah dari perjuangan, akibat dari kebebasan,

tiga masifestasi Tuhan, dan

Tuhan adalah ungkapan dari alam yang bijaksana. (Mimpi – Kahlil Gibran)

Contoh 6

Dan dia berkata: anak-anakmu bukanlah anak-anakmu,

mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu,

meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu,

pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu… (Anak – Kahlil Gibran)

Contoh 7

Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.

Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih, dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.

Jika dia harus tahu musim surutmu,

biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. (Persahabatan – Kahlil Gibran)

Contoh 8

Aku di sini, wahai Sang Maut yang cantik.

Sambutlah rohku, karena kaulah harapan impianku.

Peluklah diriku, kekasih jiwaku, karena kau sangat penyayang dan takkan meninggalkan diriku di sini.

Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran.

Bawalah daku pada Ilahi, jangan tinggalkan daku di sini. (Dua keinginan – Kahlil Gibran)

Pada bait puisi diatas terdapat perulangan bunyi vokal “u”.

Contoh 9

Awan-awan kecil melintas di atas jembatan itu,

aku menunggumu, musim telah mengembun di antara bulu-bulu mataku,

kudengar berulang suara gelombang udara memcah,

nafsu dan gairah telanjang di sini, bintang-bintang gelisah (Aku telah menantimu – Sapardi Djoko Damono)

Pada bait puisi diatas terdapat perulangan bunyi vokal “u”.

Contoh 10

Hujan mengenal baik pohon, dan selokan,

swaranya bisa dibeda-bedakan,

kau akan mendengarnya meski sudah kau tutup pintu dan jendela,

meskipun sudah kau matikan lampu, hujan,

yang tahu benar membeda-bedakan.. (Sihir Hujan – Sapardi Djoko Damono)

Contoh 11

Dalam diriku mengalir sungai panjang,

darah namanya, dalam diriku menggenang telaga darah,

sukma namanya, dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya,

dan karena hidup itu indah, aku menangis sepuas-puasnya. (Dalam diriku – Sapardi Djoko Damono)

Contoh 12

Yang fana adalah waktu.

Kita abadi, memungut detik demi detik,

merangkainya seperti bunga, sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.

“Tapi yang fana adalah waktu, bukan?”

tanyamu. Kita abadi. (Yang fana adalah waktu – Sapardi Djoko Damono)

Contoh 13

Lihat…tepat setelah lampu-lampu dipadamkan.

Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan.

Di sini… di tempat yang paling kau hindari. Aku pernah berdiri.

Menggores kata, menulis warna, pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan.

Aku mengisahkan kenangan dikepasrahan. (Kopi, lukisan, kenangan – Kurniadarmaaji)

Contoh 14

Malam yang hampa, kurasakan sakit di kepala,

terngiang di udara, tak kunjung mengembara,

hati lelah, jiwa lelah, raga lelah, pikiran lelah, perasaan sepi ini,

dihiasi malam sunyi, terpampang kota ini, penuh cahaya kebahagiaan. (Malam ini – AkkuYanaga)

Pada bait puisi diatas terdapat perulangan bunyi vokal “a”.

Contoh 15

Malam yang hampa, kurasakan sakit di kepala,

terngiang di udara, tak kunjung mengembara,

hati lelah, jiwa lelah, raga lelah, pikiran lelah, perasaan sepi ini,

dihiasi malam sunyi, terpampang kota ini, penuh cahaya kebahagiaan. (Malam ini – AkkuYanaga)

Pada bait puisi diatas terdapat perulangan bunyi vokal “a”.

Contoh 16

Apa gunanya ilmu, kalau hanya untuk mengibuli,

apa guna baca buku, kalau mulut kau bungkam melulu,

di mana-mana moncong senjata, berdiri gagah, kongkalikong,

dengan kaum cukong, di desa-desa, rakyat dipaksa menjual tanah,

tapi, tapi,tapi,tapi dengan harga murah, apa guna baca buku,

kalau mulut kau bungkam melulu. (Di bawah selimut kedamaian palsu – Widji Thukul)

contoh 17

Seperti tanah lempung, pinggir kampung, masa lalu ku aduk-aduk,

ku bikin bentuk patung peringatan, berkali-kali ku hancurkan,

ku bentuk lagi, ku hancurkan, ku bentuk lagi,

patung ku tak jadi-jadi, aku ingin sempurna,

Lihat! Diriku makin belepotan, dalam peciptaan. (Riwayat – Widji Thukul)

Pada bait puisi diatas terdapat perulangan bunyi vokal “i”.

Demikian 17 contoh majas asonansi yang sering muncul dalam puisi.