Geografi

5 Dampak Eksploitasi Sumber Daya Alam

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Demi kepentingan ekonomi semata, banyak pihak yang kerap memanfaatkan suatu objek tanpa mempertimbangkan aspek lain seperti keadilan dan kesejahteraan. Kondisi ini disebut dengan eksploitasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), eksploitasi adalah pemanfaatan untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri.

Berasal dari bahasa Inggris ‘exploitation’, eksploitasi berarti politik untuk memanfaatkan objek tertentu secara semena-mena. Tujuan eksploitasi yakni untuk mengambil keuntungan dari suatu objek secara berlebihan.

Terdapat beberapa jenis eksploitasi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah eksploitasi sumber daya alam (SDA). Eksploitasi sumber daya alam merupakan perbuatan mengambil sumber daya alam secara besar-besaran demi mengejar keuntungan.

Pengambilan SDA ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sayangnya, eksploitasi SDA kerap berdampak buruk bagi kerusakan lingkungan yang berujung pada global warming dan cuaca ekstrem.

Eksploitasi SDA dinilai buruk karena biasanya dilakukan tanpa memperhatikan habitat atau lingkungan di sekitarnya. Selain itu, eksploitasi SDA sering dijalankan tanpa menaati aturan dari pihak berwenang setempat.

Terdapat beberapa contoh eksploitasi SDA, antara lain sebagai berikut:

  • Aktivitas pembakaran hutan dalam skala besar demi mendapat keuntungan melalui pembukaan lahan kelapa sawit. Kegiatan ini tentu memicu kerusakan habitat hewan dan tanaman di hutan, serta mengakibatkan bencana lain, seperti banjir.
  • Menangkap ikan di laut dengan menggunakan bahan kimia atau peledak yang dapat merusak habitat ikan serta terumbu karang di laut.
  • Membuat area tambang liar tanpa izin dari pihak berwenang, seperti tambang batu bara, emas, pasir, dan lain sebagainya.

Dampak Eksploitasi SDA yang Berlebihan

Aktivitas eksploitasi SDA yang berlebihan mengakibatkan dampak buruk bagi kehidupan makhluk hidup. Tidak hanya bagi habitat hewan dan tanaman saja, namun berdampak buruk pula bagi manusia. Berikut ini dampak eksploitasi SDA yang dilakukan secara berlebihan.

Aktivitas eksploitasi SDA seperti penebangan hutan secara liar dapat mengganggu ekosistem makhluk hidup di dalamnya. Hutan merupakan salah satu tempat tinggalnya berbagai jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan. Apabila terjadi eksploitasi SDA secara masif, ekosistem di dalam hutan tentu dapat terganggu atau bahkan punah.

Tidak hanya di dalam hutan saja, kerusakan hutan dapat berpengaruh pada ekosistem yang lain. Penebangan hutan memicu banjir dan erosi tanah yang mengangkut partikel tanah menuju laut. Kondisi ini dapat menyebabkan proses pengendapan yang merusak ekosistem laut seperti ikan dan terumbu karang.

  • Kerugian Ekonomi

Selain mengganggu habitat hewan dan tumbuhan, aktivitas eksploitasi SDA yang berlebihan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Contohnya kerusakan hutan karena penebangan liar atau pembukaan lahan kelapa sawit.

Masyarakat sekitar hutan yang semula menggantungkan mata pencaharian di hutan, semakin kesulitan untuk meraup sumber penghasilan mereka. Hal tersebut dikarenakan kerusakan hutan dapat menyebabkan tanah menjadi tandus dan sulit digunakan untuk bercocok tanam.

Selain itu, kerusakan hutan berdampak pula pada kerugian material dan non material. Banyak masyarakat yang kehilangan lahan karena berubahnya fungsi hutan. Belum lagi jika kerusakan hutan berujung pada bencana banjir, jelas masyarakat sekitar turut merasakan dampak buruknya hingga kehilangan tempat tinggal dan anggota keluarga.

Eksploitasi SDA yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan siklus air. Sebagai contoh jika penebangan hutan terus dilakukan, maka jumlah pohon semakin menipis. Padahal, pohon selalu bekerja dengan menyerap air dari tanah dan menghasilkan uap air untuk dilepas ke atmosfer. Apabila pohon berkurang, kandungan air di udara tentu ikut berkurang. Alhasil, tanah menjadi kering karena rusaknya siklus air.

Tidak hanya di hutan, lingkungan air di laut juga dapat rusak dan tercemar apabila penggunaan bahan kimia saat menangkap ikan masih dilakukan. Hal tersebut dapat mengganggu aktivitas habitat di laut. Bahkan, kemungkinan besar bahan kimia atau peledak memicu kepunahan habitat laut.

  • Kerusakan pada Tanah

Salah satu eksploitasi SDA yang menimbulkan kerusakan pada tanah adalah metode ladang berpindah. Metode ladang berpindah atau yang dikenal dengan shifting cultivation merupakan sistem pertanian tradisional yang sudah lama dilakukan secara turun temurun di sejumlah daerah, seperti Kalimantan, Sulawesi, Banten, dan Jawa Barat.

Ladang berpindah atau ladang bergilir ini dilakukan dengan membuka lahan, mengolah lahan, dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan. Sayangnya, aktivitas ini juga berdampak buruk bagi kerusakan tanah.

Masyarakat yang masih menggunakan metode ini umumnya akan meninggalkan lahan pertanian setelah dipakai untuk bercocok tanam. Alhasil, kondisi lahan tersebut menjadi gersang dan tidak berfungsi karena kurangnya perawatan.

Selain ladang berpindah, kerusakan tanah juga terjadi karena pembuangan sampah. Tanah subur yang dieksploitasi atau dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) akan tercemar karena menjadi lokasi berkumpulnya beragam jenis sampah.

Bukan sekadar penebangan hutan atau peledakan bom di laut saja, penggunaan bahan bakar secara berlebihan termasuk eksploitasi SDA. Bahan bakar yang digunakan secara bersamaan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan polusi udara. Hingga akhirnya, kondisi tersebut berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan keseimbangan alam sekitar.

Kondisi udara yang tercemar juga berujung pada pemanasan global atau global warming. Peningkatan suhu bumi secara global dapat menyebabkan kondisi buruk, seperti cuaca ekstrem.