Bahasa yang merupakan salah satu ciri khas budaya dan negara Indonesia menunjukkan jati diri suatu bangsa yang sebenarnya. Bahasa melayu merupakan bahasa ibu bagi negara yang berasal dari Nusantara tercinta kita ini.
Dari sinilah bahasa melayu tersebut akan terus mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan beragam dialek lokal yang ada di Nusantara. Bahkan jumlah penutur bahasa Melayu di Indonesia lumayan sangat banyak, bahkan dari segi jumlah sebetulnya melampaui jumlah penutur dari berbagai negara serumpun melayu.
Riau merupakan negeri pusat perkembangannya budaya dan sastra melayu yang menjadi daerah berkembangnya bahasa melayu yang merupakan pokok dari bahasa-bahasa negeri di Nusantara. Negeri yang berbudaya melayu ini membuat banyak orang yang sering menjadi penasaran mengenai kekhasannya, salah satunya ialah bahasa melayu.
Bahasa melayu ada sejak dahulu kala dan perkembangannya semakin cemerlang ketika banyak dibukanya bandar-bandar baru di negeri ini dan juga dengan seiring berkembangnya kerajaan melayu yang terdapat di negeri ini. Sebenarnya, pengucapan Bahasa melayu sama halnya dengan bahasa Indonesia sekarang.
Bahasa daerah yang ada Provinsi Riau adalah bahasa Melayu Riau yang banyak digunakan masyarakat sehari-hari dalam bertutur kata dan sudah menjadi ciri khas masyarakat Kepulauan Riau. Bahasa Melayu Riau ini menjadi cikal bakal akar bahasa Indonesia, karena sesuai dengan kebijakan pemerintah Kolonial Belanda saat itu. Keadaan geografis alam yang terpisah-pisah, menyebabkan banyak dialek yang berbeda di setiap daerah dan membuatnya semakin beragam.
Di Indonesia sendiri, bahasa Melayu mempunyai 87 dialek yang banyak menyebar di berbagai daerah di Nusantara, diantaranya yaitu Sumatera Utara, Kepri, Jambi, Riau, Sumsel, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, NTB, dan masih banyak lainnya.
Dialek yang digunakan ialah benar-benar lafal yang sebenarnya yang tentunya sudah menggunakan logat melayu daerah setempat. Perbedaan pengucapan kata-kata tersebut berasal dari adanya bahasa yang dibawa oleh para perantau, sehingga kata-kata tersebut ikut terserap di dalam bahasa masyarakat dan generasi mudanya menjadi dialek yang berbeda tiap daerahnya.
Bahasa melayu Riau pesisir atau Riau bahagian hilir merupakan bahasa yang berkembang
sangat mirip dengan bahasa melayu Riau kepulauan dan semenanjung yang mempunyai logat melayu Riau utama. Logat dari dialek masyarakat sekitar sangat mudah dikenali sebab dan dialek kata-katanya yang berakhiran ‘a’ selalu menjadi ‘e’ lemah.
Bahasa Riau yang kental dengan melayu nya dan menjadi standar bahasa di negeri semenanjung ini dapat dijumpai di Bengkalis dan Kepulauan Meranti, yaitu sekitar Bengkalis, Selat Panjang, dan Bukit Batu. Namun, pada beberapa wilayah di Bengkalis, terutama daerah pasar, terdapat sekali perbedaan antara dialek melayu Bengkalis.
Jika sebelumnya kata-katanya yang berakhiran ‘a’ akan berubah menjadi ‘e’ lemah, sekarang sangat berbeda sekali dengan ‘e’ lemah yang berubah menjadi ‘o’. Di Bengkalis, dialek dan bahasa melayu juga dipengaruhi sedikit dengan Bugis karena masyarakat Bugis yang umumnya perantau banyak bermukim di Bengkalis.
Di Rokan Hilir hampir sama dengan di Bengkalis, bahasa melayunya sangat kental mirip dengan bahasa melayu Johor, Riau, dan Lingga yang kata-katanya juga tak sedikit berakhiran dengan ‘o’ seperti halnya bahasa Riau Pedalaman. Dialek ini dipergunakan oleh
masyarakat Rokan Hilir yang wilayahnya lumayan dekat atau berbatasan langsung dengan daerah Rokan Hulu. Selain menggunakan akhiran ‘e’ lemah, Rokan Hilir mempunyai bahasa melayu yang juga menggunakan akhiran ‘o’. Selain dipengaruhi karena bahasa melayu Riau pedalaman, Rokan Hilir juga ternyata dipengaruhi sedikit oleh bahasa melayu dari deli, batak, dan dari daerah pesisir timur.
Dialek Siak ini mempunyai persamaan dengan Bahasa melayu di Bengkalis selain banyak terdapat kata-kata yang berakhiran dengan ‘e’ lemah, ternyata juga cukup banyak kata-kata yang berakhiran dengan ‘o’.
Di Siak juga pernah terdapat kerajaan Siak yang merupakan salah satu kerajaan melayu islam terbesar di Sumatera yang ikut andil mengambil bagian dalam mengembangkan tradisi, adat-istiadat, budaya, dan bahasa melayu secara luas ke berbagai pelosok negeri. Di daerah Bengkalis dan Siak juga terdapat perubahan kata-kata sapaan tertentu yang berbeda dengan daerah lainnya.
Sama halnya pula dengan Bengkalis, bahasa Melayu juga masih sangat kental di daerah Dumai ini bahkan di kota pelabuhan di pesisir timur Sumatera pun juga masih terdapat perkampungan masyarakat melayu yang masih turut melestarikan tradisi dan budayanya melayu.
Di daerah Dumai, bahasa melayu yang digunakannya, seperti menggunakan bahasa melayu kepulauan dengan adanya perubahan kata-kata tertentu pada kata sapaan yang digunakan masyarakat sekitar.
Di Indragiri Hulu dahulunya merupakan daerah bagian dari negeri Kerajaan Indragiri dengan bahasa melayu Riau yang cukup kental dengan logat dan dialek yang sangat mirip sekali dengan bahasa melayu pada daerah Johor-Riau-Lingga yang masih tetap lestari hingga saat ini.
Masih banyak ditemukan anak-anak yang bermain dan bercengkrama dengan menggunakan dialek bahasa melayu sekitar. Pada bagian Indragiri Hulu di pedalaman, penggunaan bahasanya masih dipengaruhi oleh bahasa Kuantan.
Sama dengan Indragiri Hulu, Indragiri Hilir juga merupakan suatu wilayah yang masuk dalam kesatuan di bawah kerajaan Indragiri. Bahasa melayu riau yang kental juga dipengaruhi oleh bahasa Banjar, khususnya daerah Tembilahan karena banyak masyarakat perantau asal Banjar yang juga berada pada daerah ini.
Apabila ingin ke pantai solop bahasa melayu yang dipakai adalah standar bahasa melayu Riau terutama di desa yang masih memegang teguh adat dan tradisi nenek moyangnya. Dialek bahasa di Indragiri Hilir ada karena adanya campuran antara komunitas banjar dengan melayu pesisir dan kepulauan.