Berikut ini pembahasan mengenai Faktor penghambat perubahan sosial.
1. Keterasingan Masyarakat
Keterasingan sebuah masyarakat biasanya disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat geografis sebagai contoh, suku Baduy atau suku suku di Papua yang mendiami wilayah Lembah Baliem cenderung klasik dari masyarakat luar.
Hal ini karena minimnya hubungan yang terjadi antara mereka masyarakat terasing dengan masyarakat luar yang dapat dikatakan lebih terbuka. Intinya ada pada komunikasi sedikitnya komunikasi.
dengan masyarakat luar membuat perkembangan pengetahuan mereka tidak secepat masyarakat di luar suku mereka.
Tidak adanya listrik sawah televisi, dan media cetak membuat informasi-informasi yang ada di luar tidak dapat mereka tangkap kehidupan mereka relatif tetap atau dengan kata lain berubah namun sangat lambat.
2. Alasan Ideologi dan Agama
Ideologi dan agama merupakan faktor penting yang menghambat proses perubahan sosial terlebih perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat dengan kata lain, perubahan sosial tidak atau kurang sejalannya dengan ideologi atau agama masyarakat yang bersangkutan sebagai contoh dalam bidang agama.
proses masuknya budaya budaya barat yang tidak sejalan dengan agama tertentu Islam misalnya cenderung menemui kesulitan dalam proses penyebarannya. Mudahnya, penyebaran sebuah budaya di kota-kota besar jauh lebih cepat diterima dibandingkan dengan penerimaan sebuah desa ataupun kota kecil.
hal ini tersebut terjadi karena masih Adanya ikatan sosial yang kuat pada masyarakat pedesaan. Ikatan sosial ini berlanjut dengan semakin kuatnya kontrol sosial antara individu satu dengan individu lain maupun antar kelompok di dalam masyarakat tersebut. Pengaruh Media TV dan internet misalnya cenderung lebih cepat menyerap di kota-kota besar seperti Jakarta dibandingkan dengan daerah Jombang yang terkenal sebagai Kota Santri.
Peran agama sangat berperan kuat di sini. begitu juga dengan kontrol sosial masyarakatnya yang cenderung jauh dari sifat individualis.
3. Tingkat Pendidikan yang Rendah
masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung lambat dalam menerima perubahan, ketidaktahuan berdampak pada tingginya sikap menutup diri, berprasangka negatif, khawatir dan curiga terhadap hal-hal yang datang dari luar masyarakatnya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan anggota masyarakat tentu, semakin mudah mereka menyikapi pengaruh dari luar. Entah itu berbentuk penerimaan ataupun penolakan dengan alasan yang bersifat rasional.