Edukasi

Hawthorne Effect: Pengertian & Sejarah Perkembangan

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dalam sehari-hari, kita akan melihat beberapa orang yang awalnya memiliki kinerja biasa saja atau bahkan buruk seketika berubah menjadi orang paling rajin di kantor karena ada atasan yang memperhatikan. Sedangkan, ketika atasan tersebut sudah tidak ada di sekitarnya, orang tersebut akan kembali ke mode awalnya.

Perilaku tersebut dinamakan dengan istilah Hawthorne Effect atau efek hawthorne. Untuk lebih jelasnya mari kita simak ulasan berikut ini.

Pengertian Hawthorne Effect

The Hawthorne Effect atau efek hawthorne merupakan istilah yang mengacu pada kecenderungan beberapa individu mengenai perubahan perilaku sebagai tanggapan atas kesadaran diri mereka untuk diamati. Fenomena ini menyiratkan bahwa ketika seseorang sadar bahwa mereka menjadi subjek dari sebuah penelitian, perilaku mereka akan cenderung berubah akibat perhatian dan perlakuan khusus yang diterimanya, bukan karena manipulasi independen.

Pembahasan mengenai efek hawthorne banyak ditemukan dalam buku teks psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi, dan merupakan salah satu teori manajemen yang sangat terkenal di dunia industri. Menitikberatkan pada hubungan antar individu yang menjadi aspek terbesar dalam keberhasilan sebuah produktivitas.

Sejarah dan Penelitian Awal Hawthorne Effect

Istilah “Hawthorne Effect” pertama kali muncul pada tahun 1958 oleh Henry A. Landsberger, yang didasarkan pada serangkaian penelitian dari 1924 hingga 1932 di Hawthorne Work, Chicago. Hawthorne Work membetuk sebuah tim peneliti yang terdiri dari beberapa ilmuwan, antara lain Elton Mayo (Psikolog), Roethlisberger dan Whilehead (Sosiolog), serta William Dickson (perwakilan perusahaan).

Tujuan utama dari studi Hawthorne adalah untuk mengetahui hubungan antara aspek lingkungan kerja seperti jumlah hari bekerja, intensitas pencahayaan, dan waktu istirahat terhadap produktivitas pekerja.

Studi Hawthorne terbagi menjadi empat tahanan yang terpisah, antara lain:

Eksperimen Iluminasi (1924 – 1927)

Eksperimen iluminasi merupakan tahapan pertama dan paling berpengaruh dari studi Hawthorne. Selama eksperimen, lingkungan dari sekelompok pekerja yang membuat relai listrik akan beberapa kali diubah intensitas pencahayaanya dalam beberapa tingkatan. Perilaku dan kinerja mereka akan diamati sebagai bentuk respon terhadap perubahan pencahayaan.

Hasil dari pengamatan, peneliti menemukan bahwa setiap perubahan variabel tingkat pencahayaan, terdapat peningkatan produktivitas. Bahkan, ketika pencahayaan diubah kembali ke tingkat paling buruk, produktivitas juga mengalami penurunan. Namun, peningkatan produktivitas tersebut hanya berlangsung dalam waktu singkat seiring hilang dan pudarnya perhatian dari pengawas produksi.

Eksperimen Perakitan Relai (1927 – 1932)

Didorong oleh temuan dari eksperimen sebelumnya, serangakaian percobaan dilakukan kembali selama lebih dari 5 tahun. Elton Mayo bersama rekan-rekannya memulai serangkaian penelitian dengan mengubah banyak variabel pada stuktur kerja dalam sebuah kelompok yang terdiri dari enam orang wanita.

Hasil studi memperkuat temuan awal eksperimen iluminasi, berupa adanya peningkatan produktivitas pada setiap variabel penelitian. Freedman (1981, hal. 49) telah merangkum hasil dari eksperimen perakitan relai, yaitu:

“Terlepas dari bagaimanapun kondisinya, apakah diberikan lebih banyak atau lebih sedikit waktu istirahat, bahkan hari kerja yang lebih panjang atau lebih pendek… didapatkan hasil bahwa para wanita bekerja lebih keras dan lebih efisien.”

Dari eksperimen ini, Landsberger memunculkan istilah efek Hawthorne, yang menggambarkan adanya peningkatan kinerja terhadap individu yang diperhatikan, diamati, dan diperhatikan oleh peneliti atau pengawas.

Kegiatan Interview (1928 – 1930)

Peneliti melakukan kegiatan berupa wawancara kepada para pekerja di pabrik Hawthrone mengenai hubungan sesama pekerja di pabrik maupun dengan atasannya, serta pandangan mereka terhadap gaya supervisi dan SOP yang berlaku di sana.

Hasil yang didapatkan adalah mereka (pekerja) merasa senang dengan kegiatan interview tersebut karena merasa didengarkan serta diberikan wadah atau kesempatan untuk mengutarakan pendapat mereka.

Eksperimen Ruang Wiring Bank (1931 – 1932)

Eksperimen ruang wiring bank, oleh Mayo dan W. Lyod coba diterapkan pada sebuah kelompok yang terdiri atas 14 laki-laki yang bekerja di bagian switching equipment. Mereka dijanjikan akan mendaparkan insentif. Pemberian insentif bertujuan untuk memahami dampak terhadap produktivitas yang akan dihasilkan.

Namun demikian, meskipun di awal mereka telah dijanjikan sebuah insentif jika produktivitas mengalami kenaikan, hasil yang ditunjukkan adalah sebaliknya. Yaitu penurunan produktivitas. Para pekerja tadi merasa khawatir jika setelah produktivitas berhasil meningkat, mereka akan diminta untuk terus menaikkan output produksi dan berimbas pula pada keadaan pekerja yaitu kehilangan pekerjaan.

Dari hasil penelitian ini dapat kita lihat ada sebuah kontrol atas pekerja terhadap teman sejawatnya atau hubungan informal yang terjalin dalam sebuah kelompok. Setiap pekerja cenderung lebih dipengaruhi oleh kekuatan sosial dari sebuah kelompok sebaya mereka daripada insentif yang dijanjikan oleh manajemen.

Penelitian Hawthorne Effect di Era Modern

Penelitian terhadap Hawthorne Effect tetap dilakukan meski beberapa dekade telah berlalu.  Berikut ini beberapa studi Hawthorne yang dilakukan di era modern, antara lain:

Neurostimulator Cerebellar (1978)

Tujuan utama dilakukannya eksperimen neurostimulator cerebellar adalah untuk mengetahui apakah neurostimulator cerebellar mampu mengurangi disfungsi motorik pada pasien cerebral palsy. Pada temuan awal, ditunjukkan adanya efek Hawthorne selama operasi. Berdasarkan hasil tes, pasien juga mengalami peningkatan fungsi motorik setelah pemasangan neurostimulator cerebellar.

Dalam analisis kuantitatif penelitian tersebut, peningkatan fungsi motorik memiliki sifat yang bertahan lama. Peneliti menyimpulkan, hasil dari studi ini dipengaruhi oleh efek Hawthorne lantaran peningkatan perhatian yang diberikan pada pasien, baik dari peneliti maupun tenaga medis yang terlibat dalam penelitian ini.

University of Chicago (2009)

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh University of Chicago, temuan dari studi-studi sebelumnya bersifat lemah dan terlalu dilebih-lebihkan karena tidak didukung oleh data penelitian.

Mereka mengklaim kemungkinan efek Hawthorne tidak terlalu berperan penting seperti yang diyakini para peneliti sebelumnya. Para peneliti ini percaya bahwa ada faktor lain yang berperan dalam perubahan produktivitas pekerja.

Tinjauan Sistematis Journal of Clinical Epidemiology (2014)

Dikarenakan dari kedua eksperimen di era modern gagal menemukan bukti kuat mengenai efek Hawthorne, sebuah tinjauan sistematis dalam Journal of Clinical Epidemiology tahun 2014 menemukan adanya efek partisipasi dalam sebuah penelitian.

Berdasarkan pada hasil dari 19 studi berbeda, peneliti menyimpulkan bahwa efek tersebut jelas terjadi, namun penelitian tetap perlu dilanjutkan untuk menentukan cara kerjanya, dampaknya, dan faktor penyebab terjadinya.

    Tips Mengurangi Efek Hawthorne

    Sebenarnya perilaku seperti ini merupakan hal biasa yang sering terjadi, namun demikian, kita tidak bisa menjustifikasi seseorang yang berperilaku demikian sebagai orang yang memiliki kelainan mental. Hanya saja, patut bagi kita untuk mengantisipasinya agar tidak terlalu sering mengalaminya dan tetap menjadi diri sendiri dalam keadaan apapun.

    Berikut ini akan dipaparkan beberapa cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari efek Hawthorne:

    • Menjadi diri sendiri dimulai dengan penerimaan terhadap diri sendiri secara apa adanya. Kita harus percaya diri pada kemampuan kita. Ketika seseorang terbiasa menjadi diri sendiri, ia tidak akan merubah perilakunya meskipun sedang berada di bawah pengawasan atau tidak. 
    • Melakukan penilaian terhadap diri sendiri, apakah ada perilaku buruk dalam diri kita selama ini yang perlu diubah. Kebanyakan orang yang melakukan perubahan perilaku saat berada dalam pengawasan, mereka cenderung merasa ada yang salah dengan dirinya namun tidak tahu apa yang menyebabkannya.