Biologi

HIV/AIDS: Definisi, Gejala dan Pencegahan

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sejarah HIV/AIDS

Sejarah singkat, AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) ditemukan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1981.

Saat itu CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menemukan kasus penyakit pneumonia (Pneumocystis jiroveci) pada pria homoseksual serta menjumpai infeksi opurtunistik pada 26 orang pria homoseksual di New York, San Francisco, dan Los Angeles.

Kemudian, pada tahun 1983 virus HIV (Human Immonudeficiency Virus) ditemukan dari pasien dengan riwayat limfadenopati. Tepat pada tahun berikutnya, secara jelas ditemukan bukti bahwa virus HIV merupakan penyebab dari AIDS.

Definisi HIV/AIDS

HIV kepanjangan dari “Human Immunodeficiency Virus’”merupakan virus yang menyerang atau menginfeksi serta melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Virus HIV memiliki tonjolan glikoprotein gp120 dan gp41 yang berfungsi sebagai reseptor terhadap CD4. Sementara itu, CD4 merupakan protein yang dapat ditemukan pada limfosit T yang berperan sebagai sistem imunitas tubuh.

CD4 inilah yang diinfeksi oleh virus HIV, sehingga menyebabkan imunitas tubuh menjadi melemah. Ketika sistem kekebalan tubuh diserang oleh virus HIV, selanjutnya tubuh tidak akan bisa melawan berbagai infeksi dan penyakit sebagai bentuk pertahanan diri.

Infeksi yang disebabkan oleh HIV selanjutnya akan berkembang menjadi infeksi opurtunistik yang dikenal sebagai AIDS. Infeksi opurtunistik ditandai dengan munculnya berbagai macam penyakit akibat dari melemahnya daya tahan tubuh.

Sampai saat ini, belum ditemukannya obat ataupun vaksin yang dapat menangani HIV/ AIDS secara menyeluruh. Hanya saja terdapat obat ARV (antiretoviral) untuk mengendalikan virus HIV dalam melakukan replikasi (memperbanyak) diri di tubuh penderita.

Obat ARV juga bermanfaat untuk memperpanjang usia bagi penderita untuk menjadi pribadi yang produktif.

Tipe-Tipe HIV

Di dunia ini, virus HIV diketahui terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing tipe tersebut terbagi lagi menjadi beberapa subtipe.

Kebanyakan kasus, virus HIV-1 adalah pemicu AIDS yang tersebar di seluruh dunia. Sedangkan HIV-2 kebanyakan masih terisolasi pada binatang dan beberapa pasien di Afrika Barat.

Infeksi virus HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus, terutama bila seseorang tertular lebih dari 1 orang. Kondisi ini disebut sebagai ‘superinfeksi’.

Meskipun kondisi ini sangat jarang ditemukan dari penderita HIV, risiko penderita dengan superinfeksi cukup tinggi pada 3 tahun pertama setelah terinfeksi.

Gejala HIV/AIDS

Penderita HIV sudah mulai menunjukkan beberapa gejala pada 2 minggu setelah terinfeksi. Namun gejala yang ditimbulkan tidak akan sama terhadap penderita HIV lainnya.

Ada juga penderita HIV yang tidak menunjukkan gejala sama sekali pada 2 minggu pertama setelah terinfeksi. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan sistem imun masing-masing.

Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi HIV hampir sama seperti penyakit flu pada umumnya. Oleh karena itu, banyak orang menganggap mereka tidak terinfeksi virus HIV walaupun melakukan kegiatan yang berisiko.

Berikut beberapa gejala-gejala yang ditimbulkan akibat terinfeksi HIV, antara lain:

  • Sakit kepala
  • Demam
  • Kelelahan terus menerus
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sakit tenggorokan
  • Ruam pada kulit
  • Nyeri otot dan sendi
  • Luka pada mulut (sariawan)
  • Luka pada organ intim
  • Sering berkeringat di malam hari
  • Diare

Tahapan Perkembangan Virus

Perkembangan virus HIV di dalam tubuh terdiri dari 4 tahapan. Tahapan-tahapan ini merupakan tahapan perkembangan dari awal terinfeksi hingga menjadi suatu penyakit opurtunistik (AIDS).

Stadium 1: Periode Jendela (1-3 Bulan atau Bahkan 6 Bulan)

HIV sudah masuk ke dalam tubuh hingga terbentuknya antibodi. Pada tahap ini test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus.

Pada periode jendela sangat penting untuk diperhatikan karena pada periode ini penderita sudah bisa menularkan virus kepada orang lain. Tahap ini bisa berlangsung antara 2 minggu sampai 6 bulan.

Stadium 2: HIV Positif Asimptomatik

Pada tahap ini HIV mulai berkembang di dalam tubuh dan test HIV sudah bisa mendeteksi keberadaan virus karena antibodi yang mulai terbentuk. Penderita tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung pada daya tahan penderita tersebut.

Stadium 3: HIV Positif dengan Gejala Penyakit >1 bulan

Pada tahap ini penderita dipastikan positif HIV dengan sistem kekebalan tubuh yang semakin menurun. Mulai muncul gejala infeksi opurtunitis, misalnya pembengkakan kelenjar limfa atau diare terus-menerus. Umumnya tahap ini berlangsung selama 1 bulan, bergantung pada daya tahan tubuh penderita.

Stadium 4: AIDS CD4<200

Sistem kekebalan tubuh semakin menurun dan berbagai penyakit lain (infeksi opurtunitis) timbul yang menyebabkan kondisi penderita semakin parah. Pada tahap ini, penderita harus secepatnya dibawa ke dokter dan menjalani tahap anti-retroviral virus (ARV).

Tahap Penularan HIV/AIDS

HIV akan menular jika melalui tahapan berikut ini:

  • Exit: adanya jalan keluar bagi virus dari tubuh orang yang terinfeksi, baik melalui hubungan seksual, transfusi darah, dan lain sebagainya.
  • Survive: untuk dapat menularkan HIV kepada orang lain, virus tersebut harus mampu bertahan hidup.
  • Sufficient: jumlah virusnya harus cukup untuk dapat menginfeksi.
  • Enter: virus harus masuk ke tubuh melalui aliran darah.

Di samping itu, perlu diingat bahwa virus HIV tidak akan menular melalui:

  • Menyentuh dan berjabat tangan
  • Gigitan nyamuk/ serangga
  • Air mata/ air liur
  • Batuk/ Bersin
  • Berenang
  • Berbagi makanan atau alat makan
  • Kursi toilet atau tempat mandi
  • Berpelukan atau berciuman pipi
  • Berada dekat, tinggal, atau kerja dengan penderita

Deteksi Dini HIV/AIDS

Siapa yang sebaiknya melakukan tes HIV? Pertanyaan ini seharusnya ditanamkan dalam diri kita masing-masing.

Beberapa orang tidak peduli terhadap kegiatan berisiko yang telah dilakukannya. Selain itu, deteksi dini HIV/AIDS perlu dilakukan untuk mengetahui secara cepat status HIV/AIDS dalam diri kita, apakah positif atau negatif.

Berikut orang-orang yang seharusnya melakukan deteksi dini HIV/AIDS:

  1. Sering melakukan hubungan seks beresiko seperti berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan pengaman, seperti kondom.
  2. Pengguna NAPZA suntik atau sering menggunakan jarum suntik (tato atau tindik) bersama-sama.
  3. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV dan bayi yang tidak diketahui asal-usulnya (adopsi).
  4. Ibu hamil di wilayah epidemi HIV dan AIDS.
  5. Penderita TBC, diabetes atau penyakit kelamin lainnya.
  6. Pernah menerima donor darah atau organ.
  7. Warga binaan permasyarakatan seperti Napi.

Deteksi dini HIV/AIDS dilakukan secara rutin apabila sering melakukan kegiatan yang berisiko. Hal ini dilakukan untuk dengan sigap dan tepat dalam mengambil langkah ke depannya apabila terinfeksi virus HIV.

Deteksi dini HIV/AIDS dapat dilakukan dengan melakukan tes VCT (Voluntary Counselling and Testing) yang dilakukan di Puskesmas atau Rumah Sakit di seluruh Indonesia.

Pencegahan HIV/AIDS

Setiap orang tidak akan ingin terinfeksi oleh virus HIV. Untuk itu, perlu adanya rasa kewaspadaan diri untuk mencegah penularan virus HIV. Diantaranya:

  • Abstinence: tidak melakukan hubungan seks bebas.
  • Be faithful: setia terhadap pasangan, tidak bergonta-ganti pasangan.
  • Condom: menggunakan kondom saat melakukan seks sebagai bentuk kewaspadaan.
  • Drug: tidak menggunakan/mengonsumsi narkoba.
  • Education: aktif mencari informasi mengenai seksualitas dan bahaya yang ditimbulkan.