Isra Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah islam di mana menceritakan kisah perjalanan rohani Nabi Muhammad SAW. Kisah perjalanan ini tentunya sangat penting, karena dengan peristiwa Isra Mi’raj Nabi mendapatkan perintah dari Allah SWT berupa shalat lima waktu. Adapun pembahasan mengenai Isra Mi’raj sebagai berikut.
Pengertian Isra Mi’raj
Isra Mi’raj adalah peristiwa yang diberikan oleh Allah SWT sebagai penghibur. Pasalnya, ketika itu Nabi Muhammad SAW sedang bersedih karena kehilangan sosok terdekatnya yakni Abi Thalib (Paman Nabi) dan Khadijah (Istrinya).
Oleh sebab itu, untuk menghibur dirinya, beliau diberikan hadiah berupa perjalanan Isra Mi’raj oleh Allah SWT. Bahkan perjalanan ini telah menjadi suatu bukti bahwa Nabi Muhammad mengikuti jalur para nabi terdahulu.
Peristiwa Isra Mi’raj ini telah digambarkan dalam Surat Al-Isra’ ayat pertama yang berbunyi:
“Maha suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagai tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
Isra Mi’raj merupakan istilah yang berasal dari dua kata yaitu Isra dan Mi’raj. Isra yaitu perjalanan malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah (Baitul Maqdis). Jarak yang ditempuh oleh nabi dari Mekkah ke Madinah sekitar 1.239 kilometer.
Jarak yang cukup jauh tersebut, apabila ditempuh dengan mengendarai unta maka akan menghabiskan waktu selama satu bulan. Istimewanya, Rasulullah SAW hanya menempuhnya dalam semalam.
Sementara untuk kata Mi’raj berarti perjalanan malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Madinah yakni Baitul Maqdis ke Sidratul Muntaha di mana perjalanannya melewati tujuh langit.
Peristiwa ini terjadi pada 27 Rajab atau 621 Masehi. Maka dari itu, setiap tanggal tersebut umat islam selalu merayakan peristiwa Isra Mi’raj.
Sejarah Isra Mi’raj
Sehari sebelum terjadinya peristiwa Isra Mi’raj, Nabi sedang bermalam di rumah sepupunya yang bernama Hindun binti Abu Thalib atau lebih dikenal dengan nama Ummu Hani. Setelah tidur sekejap, beliau terjaga dan mengunjungi Ka’bah.
Namun saat beliau tertidur di sana, Malaikat Jibril as datang kepada Nabi dan membangunkannya sebanyak tiga kali. Kemudian Jibril mengantarkan Rasulullah ke buraq. Buraq merupakan sejenis hewan bersayap yang lebih tinggi dari keledai, akan tetapi lebih pendek dari baghal. Buraq inilah kendaraan yang digunakan oleh Rasulullah dalam melakukan perjalanan Isra Mi’raj.
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Qishshah Mi’rajin Nabi karya Syekh Najmudin Al-Ghoidzi menjelaskan proses perjalanan Nabi menuju Baitul Maqdis yang mengalami perhentian beberapa kali. Adapun tempat perhentiannya mulai dari Madinah, dekat sajarah Musa, tempat Nabi Musa berteduh dan mengumpat dari kejaran Raja Fir’aun, hingga Bukit Sinai dan Betlehem yang merupakan tempat kelahiran Nabi Musa.
Setibanya beliau di Baitul Maqdis (sekarang dikenal dengan Masjid Al-Aqsa), Nabi langsung mengerjakan shalat dua rakaat dan menjadi imam dari para nabi yang berada di tempat tersebut. Kemudian, Nabi diberikan tiga gelas yang di dalamnya terdapat isi berbeda-beda mulai dari khamr, susu dan air putih.
Nabi memilih susu yang telah disebut oleh Malaikat Jibril as sebagai fitrah atau agama islam. Setelah itu, beliau melanjutkan kembali perjalanan malamnya menuju Sidratul Muntaha. Perjalanan beliau melewati tujuh langit dunia. Di setiap langitnya, Nabi bertemu dengan para nabi pilihan.
- Nabi Adam di langit pertama
- Nabi Isa dan Nabi Yahya di langit kedua
- Nabi Yusuf di langit ketiga
- Nabi Idris di langit keempat
- Nabi Harun di langit kelima
- Nabi Musa di langit keenam
- Nabi Ibrahim di langit ketujuh
Sampai akhirnya, ketika Nabi tiba di Sidratul Muntaha, beliau mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT untuk umat islam. Adapun perintahnya yaitu shalat dalam sehari. Mulanya, rakaat untuk shalat sebanyak 50 kali dalam sehari.
Namun setiap kali beliau turun, Nabi Musa mengingatkan bahwa jumlah rakaat shalat itu terlalu besar. Hingga kemudian, beliau memohon kepada Allah untuk memberikan keringanan kepada umat muslim sampai tersisa 5 rakaat dalam sehari semalam. Inilah yang menjadi titik penting dari perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam tersebut.
Hikmah Isra Mi’raj
Adanya peristiwa Isra Mi’raj tentu memiliki sejumlah hikmah yang dapat kita petik. Adapun beberapa hikmah dari Isra Mi’raj yaitu:
- Tingginya derajat kehambaan
Hal ini telah disebutkan dalam Surat Al-Isra’ ayat satu. Kata yang digunakan pada ayat tersebut untuk menyebut Nabi Muhammad SAW yaitu abdun, berarti hamba. Ini menunjukkan bahwa hamba yang memang benar-benar bertakwa kepada Allah SWT akan memperoleh derajat yang begitu luhur di sisi-Nya. - Penyampaian kebenaran walaupun pahit
Setelah peristiwa Isra Mi’raj, Nabi Muhammad memberitahukan apa yang telah dialaminya ke penduduk Mekkah. Akan tetapi, banyak dari mereka langsung tidak percaya mengenai kabar yang kurang masuk akal tersebut. Hal ini menunjukkan kalua kebenaran wajib disampaikan, meskipun kenyataannya akan mendapat banyak penolakan. - Keistimewaan Masjid Al-Aqsa bagi umat muslim
Dengan adanya peristiwa Isra Mi’raj, menunjukkan bahwa Masjid Al-Aqsa betapa istimewanya bagi umat muslim. Hal ini dikarenakan masjid di Palestina tersebut menjadi tempat tujuan Nabi sebelum akhirnya beliau menuju ke Sidratul Muntaha. Selain itu, masjid ini juga sempat dijadikan sebagai kiblat shalat sebelum akhirnya berpindah ke Ka’bah. Bahkan jika melakukan shalat di Masjid Al-Aqsa akan mendapatkan pahala sebanyak 500 kali lipat dibandingkan dengan sholat di masjid biasa. - Membuktikkan bahwa islam merupakan agama yang suci
Hal ini terbukti saat Nabi diberikan pilihan antara air susu dan khamar. Namun Nabi lebih memilih susu dibandingkan khamar. Kemudian Malaikat Jibril as berkata “Engkau telah diberi hadiah kesucian.” Inilah yang menjadi pertanda bahwa islam merupakan agama suci. - Pentingnya shalat
Peristiwa Isra Mi’raj telah menjadi waktu diperintahkannya shalat lima waktu secara langsung, tanpa melalui perantara Malaikat Jibril as sebagaimana syariat islam lainnya. Ini menunjukkan bahwa shalat mempunyai kedudukan yang sangat penting. - Syariat Nabi Muhammad yang menghapus syariat nabi terdahulu
Ketika peristiwa Isra Mi’raj, Nabi menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu. Hal ini telah membuktikkan bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW serta menjadi isyarat terhapusnya syariat para nabi sebelumnya.
Kesimpulan Pembahasan
Sebagai umat muslim, kita harus memperingati peristiwa penting dalam sejarah islam yakni Isra Mi’raj. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab yang menjadi bukti turunnya perintah shalat lima waktu.
Perjalanan tersebut beliau lalui menggunakan buroq dari Kota Mekkah menuju Kota Madinah dengan menghabiskan waktu sehari semalam saja yang disebut dengan Isra. Kemudian, beliau melanjutkan perjalanan tersebut menuju Sidratul Muntaha yang disebut dengan Mi’raj.
Nah, dari peristiwa tersebut tentunya ada banyak hikmah yang dapat kita ambil. Mulai dari kegigihan beliau menjelaskan kepada penduduk Mekkah dan menghadapi kepahitan tersebut, hingga pentingnya melaksanakan shalat lima waktu. Selain itu, peristiwa ini juga menandakan betapa istimewanya keberadaan Masjid Al-Aqsa di Madinah yang menjadi bukti adanya peristiwa Isra Mi’raj.