Sebagaimana diketahui bahwa ada sifat-sifat wajib atau sifat-sifat yang harus dan pasti ada dalam diri rasul, maka disana juga ada sifat-sifat yang mustahil bagi rasul. Sifat mustahil bagi rasul adalah sifat yang secara akal dan syariat sangat tidak mungkin dimiliki atau melekat pada diri seorang rasul utusan Allah.
Sifat mustahil rasul terdiri dari sifat-sifat mazmumah atau sifat-sifat buruk bertentangan dengan kepribadian seorang rasul yang mulia. Beberapa sifat mustahil rasul adalah sebagai berikut:
1. Al-Kizzib
Al-Kizzib yang artinya dusta atau bohong merupakan salah satu sifat mustahil Rasul. Al-kizzib adalah lawan dari ash-shiddiq.
Sebagai manusia pilihan Allah yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya, maka sangat tidak mungkin jika rasul memiliki sifat dusta atau berbohong. Seorang rasul adalah manusia yang terjaga dari dosa dan kesalahan, termasuk dari perbuatan dan perkataan dusta. Ini semua karena segala yang Allah ucapkan itu adalah dari Allah dan merupakan wahyu yang Allah wahyukan kepada rassul.
Hal ini sebagaimana telah Allah wahyukan dalam QS. An-Najm: 2-4
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (4)
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
2. Khianat
Khianat adalah lawah dari sifat wajib amanah, sehingga khianat bisa diartikan sebagai tidak menjalankan amanah. Sifat khianat adalah sifat yang mustahil atau tidak mungkin ada pada diri rasul sebagai utusan Allah, sebab hal ini akan bertentangan dengan tugasnya sebagai rasul yang harus menyampaikan amanat berupa risalah Allah untuk umat manusia.
Dalil bahwa Rasulullah tidak memiliki sifat khianat adalah:
ٱتَّبِعْ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’ām : 106)
3. Al-Kitman
Kitman artinya adalah menyembunyikan kebenaran. Kitman adalah lawan dari sifat wajib Allah yaitu tabligh. Kitman adalah sifat yang mustahil ada pada diri Rasul, hal ini dikarenakan salah satu tugas utama rasul adalah menyampaikan kebenaran risalah kepada umatnya. Apabila rasul bersifat kitman tentu hal tersebut tidak akan selaras dengan tugas dan diutusnya rasul oleh Allah
Dalil bahwa Rasul tidak memiliki sifat kitman adalah:
قُل لَّآ أَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ ٱللَّهِ وَلَآ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ وَلَآ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّى مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلْأَعْمَىٰ وَٱلْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (Q.S. al-An’ām : 50).
Dalam Hadits Imam Muslim rahimahullah telah meriwayatkan hadits Jabir yang panjang bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dan sesungguhnya aku telah tinggalkan di tengah kalian sesuatu yang kalian tidak akan sesat setelah itu bila kalian berpegang teguh dengannya, (yaitu) Kitâbullâh. Dan kalian akan ditanya tentang aku, apakah nanti yang akan kalian katakan?”.
Para Shahabat menjawab, “Kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan (risalah), melaksanakan (amanah) dan tulus dalam memberi nasihat”.
Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat jari telunjuknya ke arah langit dan kemudian mengarahkannya kepada orang-orang: Ya Allâh, saksikanlah, ya Allâh, saksikanlah
4. Al-Baladah
Al baladah atau bodoh merupakan sifat yang mustahil atau tidak mungkin ada pada diri rasul. Rasul adalah manusia pilihan yang mengemban tugas yang sangat berat dengan berbagai rintangan dan cobaan yang tidak ringan.
Untuk bisa melewati dan mengatasi itu semua maka Allah mengaruniai kecerdasan atau kepandaian. Meskipun rasulullah ummi atau tidak bisa membaca akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wassallam memiliki kecerdasan secara intelegensia dan juga emosional.