Daftar isi
Dalam pembahasan kali ini kita akan membahas tentang Jurnalisme Investigasi.
Pengertian Menurut Para Ahli
Pengertian Secara Umum
Jurnalisme investigasi adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita yang bersifat investigatif, atau sebuah penelusuran panjang dan mendalam terhadap sebuah kasus yang dianggap memiliki kejanggalan.
Selain itu, investigasi merupakan penelusuran terhadap kasus yang bersifat rahasia. Sebuah kasus dapat diketahui kerahasiaannya apabila penelusuran terhadap kasus tersebut selesai dilakukan. Kata jurnalisme investigasi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu journal dan vestigium. Journal atau diurnalis berarti orang yang melakukan kegiatan jurnalistik, dan vestigium yang berarti jejak kaki.
Sejarah investigasi berawal dari sebelum berdirinya Negara Amerika. Pada 1690, Benyamin Harris menginvestigasi berbagai kejadian di masyarakat dan melaporkannya dalam Public Occurences, Both Foreign and Domestic.
Isi laporannya dinilai menentang kebijakan kolonial Inggris. Pada awal sejarahnya, jurnalisme investigasi amat dekat dengan pemberitaan crusading atau jihad.
Pada fase selanjutnya, spirit crusading (jihad atau perjuangan) mendapat bentuk yang lebih formal melalui penerbitan New England Courant pada 1721 yang diterbitkan oleh James Franklin. Istilah investigasi sendiri baru muncul pertama kali dari Nellie Bly ketika menjadi reporter di Pittsburg Dispatch (1890).
Bly sampai harus bekerja di sebuah pabrik untuk menyelidiki kehidupan buruh di bawah umur yang dipekerjakan dalam kondisi yang buruk. Keistimewaan laporan jurnalistime investigasi Bly terletak pada tuntutan penyelesaian jalan keluar terhadap problema sosial tersebut. Melalui laporan investigasi, pers diposisikan sebagai pengganti pemerintah yang lemah dalam mengatur masyarakat.
Bisa dikatakan pada awal kemunculannya, jurnalisme investigasi memakai bentuk perlawanan terhadap kebijakan penguasa. Baru pada awal abad 20 jurnalisme investigasi menegaskan wujudnya di dalam liputan-liputan yang terorganisir ketika melaporkan berbagai pelanggaran yang terjadi.
Dan berikut ini teknik penulisan dalam jurnalisme Investigasi:
Dan berikut ini akan kami berikan salah satu contoh tentang Jurnalisme Investigasi yang kami kutip dari laman Tempo.
Menteri Tjahjo dan Kisah Harimau Sumatra
Para aktivis perlindungan satwa terkejut saat menonton dialog santai Menteri Dalam Negeri Tjahjo di TVOne pada 12 Februari lalu. Politikus dari PDI Perjuangan itu memamerkan lima koleksi patung kulit harimau sumatera dan macan tutul serta dua kulit beruang di rumahnya. Di kalangan kolektor, patung awetan itu disebut offset. Aksi pamer itu sontak memunculkan ratusan protes kepada Tjahjo di jagad Twitter dan Facebook.
Tjahjo bergerak cepat. Sehari berselang, lewat akun twitternya, ia berjanji akan mengembalikan lima offset koleksinya itu ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Ia mengaku membelinya dari seorang teman, di antaranya pada puluhan tahun lalu. “Niat saya baik, untuk merawat mereka,” kata Tjahjo dalam cuitannya pada 13 Februari lalu.
Gading Gajah Hilang di Aceh
Jumlah populasi terbesar gajah sumatera dan harimau sumatera ada di Aceh. Di sana pula perburuan besar-besaran keduanya beserta satwa dilindungi lainnya masih terus terjadi. Pada Maret tahun lalu, selama seminggu Tempo mendatangi beberapa tempat di Aceh untuk menelusuri jual-beli gajah dan harimau. Di mana-mana dua hewan itu diburu.
Alasan perburuan yang sering dikemukakan adalah konflik dengan penduduk. Faktanya, gajah sering masuk permukiman. Pada 2014, misalnya, dua gajah mati tersengat listrik di dekat sebuah kebun di Kecamatan Trumon Timur, Aceh Selatan, sekitar delapan jam bermobil dari Medan.