Daftar isi
Conditional sentence atau kalimat pengandaian merupakan salah satu bentuk ungkapan di dalam bahasa Inggris untuk menyatakan hal-hal yang diharapkan atau diandaikan untuk terjadi. Terkadang kalimat pengandaian dapat menjadi sebuah kalimat untuk mengandaikan suatu hal yang belum terjadi, tidak terjadi atau bahkan sudah terjadi.
Penjelasan lain mengenai kalimat pengandaian atau if sentences pada bahasa Inggris, merujuk pada dua kalimat yang digabungkan dan salah satu kalimatnya diawali dengan kata if. Kedua kalimat tersebut terdiri atas klausa bebas yang akan menjadi induk kalimat, serta klausa if yakni anak kalimat yang mempunyai pernyataan pengandaian.
Klausa bebas adalah salah satu klausa yang berdiri sendiri sebab memiliki arti yang lengkap. Sedangkan untuk klausa if merupakan bentuk klausa yang tidak dapat berdiri sendiri karena mempunyai arti tidak lengkap atau dependent clause, diawali dengan kata “if”.
Fungsi kalimat pengandaian terbagi menjadi 3 berdasarkan pada tipenya:
Dalam membuat kalimat pengandaian terdapat beberapa rumus atau formula yang harus dipatuhi agar tercipta kalimat yang sempurna. Sebelum itu, kita harus mengetahui jika bentuk dari kalimat pengandaian di dalam bahasa Inggris terbagi menjadi 4 macam, antara lain:
Terdapat catatan yakni “if clause” dapat diposisikan pada bagian pertama atau kedua dari kalimat. Dan di bawah ini adalah penjabaran bentuk atau rumus kalimat pengandaian:
Kalimat pengandaian ini pada dasarnya menceritakan tentang fakta atau hal yang benar dan sudah dibuktikan secara ilmiah. Jika dikaji lebih lanjut, conditional zero bukan bersifat pengandaian, sebab pada kenyataannya apa yang telah disampaikan pasti terjadi atau mempunyai pengertian yang benar.
Contohnya:
It is easier to relax if you close your eyes.
If ice melts, it becomes water.
If I eat three pieces of hot chicken, I becomes stomach ache.
If I turn on the light, it not dark anymore.
Kata if yang terdapat pada kalimat conditional zero ini dapat diganti menggunakan kata “when”. Hal ini disebabkan karena conditional zero bukan sebuah kalimat pengandaian yang sebenarnya.
Contohnya:
It is easier to relax when you close your eyes.
When ice melts, it becomes water.
When I eat three pieces of hot chicken, I becomes stomach ache.
When I turn on the light, it not dark anymore.
Kalimat pengandaian tipe 1 atau first conditional merupakan pengandaian terhadap kejadian saat ini ataupun kejadian di masa yang akan datang dengan tingkat probabilitas tinggi. Probabilitas tersebut berada pada if clause dan bukan pada bagian consequences clause (kalimat akibat).
Contohnya:
She will arrive here on time if she ride her motor cycle in hurry.
I see her quite often. If I see her tomorrw, I’ll speak to her.
If they don’t come to my graduation party, I will send them a massage.
He will be the winner if he finish the race at the front.
They are always late. I will not let them in if they are late again.
If you meet Rudi, ask him to come to my room.
Dari beberapa contoh di atas dijelaskan bahwa kemungkinan kejadian pada “if clause” sangatlah tinggi. Dapat dilihat pada contoh kedua I see her quite often, artinya kemungkinan orang tersebut bertemu dengan wanita yang dimaksud sangat besar, sebab sering cukup sering melihatnya.
Pada contoh kalimat pengandaian terakhir, tidak dicantumkan kata “will” pada kalimat akibatnya. Sebab pada “first conditional” selain menggunakan simple future dapat juga menggunakan imperative.
Kalimat pengandian tipe 2 atau second conditional ini menggunakan konsep dasar bahwa kejadian saat ini ataupun di masa yang akan datang mempunyai probabilitas mendekati 0 atau sangat rendah.
Contohnya:
I don’t often see him. If I saw him tomorrow, I would speak to him.
You would not to be here, if he did not help you.
We would not win the game, if we didn’t work together as a team.
I don’t think anything will change. If anything changed, we would let you know.
Seperti pada contoh kalimat pengandaian pertama, di sana dijelaskan jika “dia (him)” jarang terlihat, dapat disimpulkan jika saya bertemu dengan dia sangat rendah.
Pada second conditional dapat diketahui bahwa kejadian yang dimiliki tersebut memiliki probabilitas rendah untuk bisa terjadi di masa depan.
Sedangkan untuk kalimat pengandaian dengan tingkat probabilitas 0 dapat dilihat pada contoh di bawah ini:
If I were a bird, I could fly to the your country every day.
I don’t have any time his week. If I had some time, I would tidy up my room.
If I were a superhero, I would safe the world.
Pada salah satu contoh di atas, terdapat kalimat pengandaian yang memiliki kemungkinan mendekati 0. Contohnya pada kalimat If I were a bird, I could fly to the your country every day.”. Namun pada kenyataannya “saya (I)” bukanlah seekor burung dan tidak akan mungkin menjadi seekor burung di masa yang akan datang artinya mempunyai probabilitas 0.
Conditional 3 adalah kalimat pengandaian memiliki konsep suatu kejadian di masa lalu atau telah terjadi dengan probabilitas atau kemungkinan 0.
Contoh:
I didn’t see them yesterday. If I had seen them, I would have spoken to them.
We weren’t late last night. He wouldn’t have let us in if we had been late.
If Rick had driven his car carefully, we would not have got an accident.
My Father would have been here, if the flight had not been canceled.
Untuk kalimat pengandaian tipe ini, sangat jarang untuk digunakan. Akan tetapi pada dasarnya “third conditional” menjalaskan kejadian di masa lalu.
Klausa “If” pada sebuah kalimat pengandaian tidak harus selalu diawali dengan kata if. Terdapat kata-kata lain yang memiliki makna sama yakni:
Kata “if” juga dapat dihilangkan dengan mengubah inversi atau susun balik. Akan tetapi bentuk ini hanya berlaku untuk second conditional atau tipe 2 dengan to be ‘were’ serta kalimat pengandaian tipe 3.
Contohnya:
We shall go if we have enough time = We shall go on condition that we have enough time.
If she were sick, she couldn’t do the task = Were she sick, she couldn’t do the task.
If we had had enough time, we should have gone together = Had we had enough time we should gone together.