Bahasa Indonesia

Morfem: Pengertian – Jenis Beserta Identifikasinya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Setelah membahas mengenai fonem, kali ini kita akan membahas menganai morfem, mulai dari pengertian hingga jenis-jenis morfem beserta contohnya dalam bahasa Indonesia. Simak pembahasan berikut ini.

Pengertian Morfem

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), morfem merupakan satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai makna secara relatif stabil dan tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang dapat membedakan makna. Morfem dapat berbentuk imbuhan atau kata dasar.

Selain morfem, terdapat istilah morf dan alomorf yang penting untuk diketahui. Morf merupakan fonem atau untaian fonem yang berasosiasi dengan suatu makna.

Sementara alomorf merupakan anggota morfem yang sama, yang variasi bentuknya disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya (misalnya morfem ber- mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-). me-, mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me– disebut morf, sedangkan keseluruhan morf yang disebutkan tadi dinamakan alomorf morfem meN-. Dengan demikian, morfem meN- memiliki alomorf berupa morf me-, mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-.

Jenis Morfem

Jenis-jenis morfem diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Berdasarkan distribusinya, morfem terbagi menjadi morfem bebas dan morfem terikat.

  • Morfem Bebas
    Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa sehingga dapat berfungsi menjadi kata. Morfem tersebut dapat berdiri sendiri tanpa terikat dan bergabung dengan morfem lain serta dapat dilepaskan dari bentuk di depan dan dibelakngnya. Morfem bebes berupa bentuk dasar sebuah kata karena belum mengalami perubahan morfemis. Contoh morfem bebas antara lain: bunga, baru, mewah, mahal, rumah, baju, pohon, kuda, sampah dan sebagainya. Morfem bebas dapat juga disebut dengan morfem dasar. Verhaar (2012: 98) membagi morfem dasar menjadi tiga macam, yaitu morfem pangkal, morfem akar, dan morfem pradasar.
    • Morfem Pangkal
      Morfem pangkal merupakan morfem dasar yang bebas, contohnya hak dalam berhak, main dalam bermain dan makan pada memakan.
    • Morfem Akar
      Morfem akar merupakan morfem dasar yang terikat. Morfem akar akan berubah menjadi morfem bebas jika mengalami proses pengimbuhan. Bahasa Indonesia tidak memiliki morfem akar.
    • Morfem Pradasar
      Morfem pradasar merupakan morfem dasar yang memerlukan proses pengimbuhan atau pengklitikan atau pemajemukan agar menjadi bentuk bebas. Contohnya morfem ajar yang akan menjadi morfem bebas jika melalui proses pengimbuhan menjadi mengajar, atau proses pengkilitikan menjadi kami ajar, atau proses pemajemukan menjadi kurang ajar.
  • Morfem Terikat
    Morfem terikat merupakan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus bergabung dengan morfem lagi sebelum digunakan dalam tuturan. Morfem terikat membentuk makna gramatikal. Morfem terikat lazim ditulis dengan tanda penghubung, misalnya men-. Contoh morfem terikat antara lain morfem meN-, ber-, per– dan di-, dan ter-. Morfem-morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan harus bergabung dengan morfem dasar agar dapat digunakan dalam sebuah tuturan. Misalnya, morfem meN– pada membaca dan morfem di– pada dibaca, ter– pada terlambat. Morfem terikat tidak memiliki makna leksikal melainkan memiliki makna gramatikal karena morfem tersebut memiliki makna jika mengalami proses gramatikalisasi seperti afiksasi (pengimbuhan afiks), reduplikasi (pengulangan), dan pemajemukan (komposisi).

Morfem Segmental dan Morfem Non-segmental

Verhaar membagi morfem berdasarkab bentuknya secara linear menjadi morfem segmental dan morfem non-segmental. Yang dimaksud secara linear yaitu susunan tuturan sebagai yang mendahului atau yang menyusul. Berikut penjelasan dari dua jenis morfem tersebut.

  • Morfem Segmental
    Morfem segmental merupakan morfem yang terbentuk dari susunan fonem segmental.
  • Morfem Non-segmental
    Morfem non-segmental merupakan morfem yang terbentuk dari fonem suprasegmental. Dalam sebuah bahasa yang memiliki nada yang banyak, morfem dapat terdiri dari beberapa nada. Perubahan nada dapat mengubah arti sehingga morfem tersebut berupa nada dan disebut fonem suprasegmental.

Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

  • Morfem Utuh
    Morfem utuh merupakan morfem yang terdiri dari satu bagian utuh dan tidak terbagi. Contohnya: utuh, sambung, lihat, baru, makan, lari, jalan.
  • Morfem Terbagi
    Morfem terbagi merupakan morfem yang terdiri dari beberapa bagian. Konfiks termasuk morfem terbagi. Konfiks kean merupakan morfem terbagi, misalnya pada kata keramahan, kemampuan, kemanusiaan.

Morfem Tunggal dan Morfem Kompleks

  • Morfem Tunggal
    Morfem tunggal merupakan morfem yang bentuknya tunggal dan tidak bergabung dengan morfem lain. Misalnya beli, besar, sepatu, hitam, dan sebagainya.
  • Morfem Kompleks
    Morfem kompleks merupakan morfem yang terdiri dari lebih dari satu morfem. Misalnya, membeli, bersepatu, menghitam, dan membesar. Morfem membeli terdiri dari morfem meN– dan morfem beli, begitu juga morfem kompleks bersepatu yang terdiri dari morfem ber– dan morfem sepatu.

Morfem ‘Nol’

Morfem zero adalah morfem yang salah satu bentuk alomorfnya tidak berwujud segmental atau suprasegmetal namun berupa kekosongan atau ‘nol’. Morfem zero terdapat di bahasa Inggris. Misalnya pada morfem sheep, baik bentuk tunggal maupun jamak tetap sheep dan tidak berubah.

Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal

  • Morfem Bermakna Leksikal
    Morfem bermakna leksikal merupakan morfem yang memiliki makna tanpa perlu bergabung dengan morfem lain. Misalnya burung, pohon, bunga, buah, makan, minum, pergi, sampai. Morfem jenis ini sangat produktif dan dapat digunakan secara bebas dalam sebuah tuturan.
  • Morfem Tidak Bermakna Leksikal
    Morfem tidak bermakna leksikal merupakan morfem yang memiliki makna jika bergabung dengan morfem lain. Morfem ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa bergabung dengan morfem lain. Contoh morfem ini merupakan afiks atau imbuhan seperti di-, meN-, per-, ber– dan ter-. Morfem-morfem tersebut akan memiliki makna jika bergabung dengan morfem lain, misalnya morfem di– bergabung dengan morfem makan menjadi dimakan.

Identifikasi Morfem

Suatu morfem dapat diindentifikasi dengan membandingkan suatu bentuk dengan bentuk lainnya. Sebuah kata diidentifikasi sebagai morfem jika muncul secara berulang dalam bentuk lain.

Chaer (1994:147-149) menyebutkan dua cara mengidentifikasi sebuah bentuk diidentifikasi sebuah morfem atau bukan dengan cara:

  • Melihat kesamaan arti dan kesamaan bentuknya.
  • Mengetahui atau mengenal maknanya.

Ramlan (1987:34) menyebut cara tersebut sebagai deretan morfologik. Deretan morfologik merupakan daftar yang memuat kata-kata yang saling berhubungan, baik bentuknya atau pun maknanya. Misalnya kata berbicara, terdapat bentuk-bentuk lain seperti:

  • Membicarakan
  • Dibicarakan
  • Bicarakan
  • Pembicara
  • Bicara

Berdasarkan perbandingan kata- kata yang tertera dalam deretan morfologik di atas, kita dapat mengambil simpulan bahwa terdapat bentuk yang sama dan arti yang sama, yaitu bentuk bicara. Dengan demikian, bentuk bicara diidentifikasi sebagai sebuah morfem karena:

  • Kata berbicara terdiri dari morfem bicara dan morfem ber
  • Kata membicarakan terdiri dari morfem bicara dan morfem meN– serta morfem –kan
  • Kata dibicarakan terdiri dari morfem bicara dan morfem di– dan morfem kan
  • Kata bicarakan terdiri dari morfem bicara dan morfem –kan
  • Kata pembicara terdiri dari morfem bicara dan morfem peN