Museum Fatahillah : Sejarah, Fungsi dan Koleksinya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Museum Fatahillah merupakan sebuah museum yang berada di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat. Museum Fatahillah memiliki nama resmi yaitu Museum Sejarah Jakarta dan memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Museum Fatahillah ini dahulunya merupakan Balai Kota Batavia yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah dari gubernur Jenderal Joan Van Hoorn. Pada tanggal 30 Maret 1974, bangunan Museum Fatahillah diresmikan oleh bapak Ali Sadikin sebagai Museum Sejarah Jakarta.

Simak pembahasan berikut ini mengenai museum fatahillah.

Sejarah museum fatahillah

Sebelum menjadi Museum Fatahillah, awalnya gedung tersebut adalah sebuah Balai Kota di Batavia yang didirikan pada tahun 1650. Bangunan tersebut bertahan sampai enam tahun sebelum akhirnya dibongkar untuk melawan serangan dari pasukan Sultan Agung pada 1626.

Kemudian pada tahun 1627, bangunan gedung tersebut di bangun kembali sebagai Balai Kota Batavia atas perintah gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Namun pada tahun 1628, konsisi Balai Kota memburuk, akibat ketidakseimbangan tanah di Batavia dan beratnya bangunan tersebut membuatnya perlahan-lahan turun ke permukaan tanah.

Pada tahun 1797, gubernur Jenderal Joan Van Hoorn memerintahkan untuk membongkar dan membangun ulang gedung tersebut. Akhirnya pada 10 Juli 1710, dilakukan peresmian Balai Kota ketiga dan selama dua abad bangunan tersebut dijadikan Kantor Administrasi Kota Batavia.

Selain menjadi Kantor Administrasi, bangunan tersebut juga digunakan sebagai College Van Schepenen (Dewan Kotapraja) dan Raad Van Justitie (Dewan Pengadilan). Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan sebuah rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia.

Lalu, Yayasan Oud Batavia membeli gedung perusahaan Geo Wehry dan Co yang terletak di sebelah timur, kali besar, tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 dan membangun gedung tersebut kembali menjadi Museum Oud batavia. Akhirnya pada tahun 1939, Museum Oud Batavia dibuka untuk umum.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, bangunan ini digunakan sebagai Kantor Pengumpulan Logistik Dai Nippon atau Kekaisaran Jepang. Lalu, ketika Indonesia sudah merdeka, bangunan ini digunakan sebagai Kantor Pemerintahan Jawa Barat dan pada tahun 1961 digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pada 30 Maret 1974, gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, meresmikan gedung tersebut menjadi sebuah Museum Sejarah Jakarta atau yang sekarang dikenal sebagai Museum Fatahillah. Dinamai sebagai Museum Fatahillah karena Museum Sejarah Jakarta ini terletak di Jalan Taman Fatahillah No 1, Taman Sari, Jakarta Barat.

Fungsi Museum Fatahillah

Bangunan Museum Fatahillah merupakan bangunan sejarah yang telah banyak digunakan untuk kegiatan pada masa-masa sebelum merdeka maupun sesudah merdeka. Berikut ini fungsi Museum Fatahillah, diantaranya:

  • Tahun 1942, menjadi Kantor Pengumpulan Logistik Dai Nippon atau Kekasiran Jepang dan menjadi Kantor Pemerintahan Jawa Barat.
  • Tahun 1961 berfungsi sebagai Kantor Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
  • Tahun 1974- sampai sekarang berfungsi sebagai tempat untuk merawat dan memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia
  • Menjadi tempat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta tempat rekreasi bagi semua orang mulai dari orang asing, anak-anak, orang dewasa sampai penyandang disabilitas.
  • Berusaha menyelenggarakan kegiatan yang kreatif sehingga dapat merangsang pengunjung supaya tertarik dengan kebudayaan jakarta.

Koleksi yang berada di dalam Museum Fatahillah

Di dalam Museum Fatahillah ada berbagai objek-objek sejarah mulai dari perjalanan sejarah Jakarta, replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik abad ke-17 s/d 19, keramik, gerabah, dan batu prasasti. Berikut ini beberapa koleksi yang berada di Museum Fatahillah, yaitu

Meriam Si Jagur

Museum Si Jagur

Meriam Si Jagur adalah meriam tertua yang ada berada di halaman museum fatahillah. Meriam Si Jagur ini merupakan meriam kuno peninggalan dari Portugis.

Replika Prasasti Tugu

Replika Prasasti Tugu

Replika Prasasti Tugu yang berada di Museum Fatahillah merupakan salah satu prasasti tiruan yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti tersebut berisi menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada masa pemerintahannya yang ke-22.

Replika Prasasti Ciaruteun

Replika Prasasti Ciaruteun

Replika Prasasti Ciaruteun yang ada di Museum Fatahillah merupakan sebuah prasasti tiruan peninggalan pada masa Tarumanagara yang ditemukan di tepi Ci Aruteun, anak sungai Ci Sadane, Bogor.

Replika Padrao Sunda Kelapa

Replika Padrao Sunda Kelapa

Replika Padrao Sunda Kelapa merupakan sebuah tugu tiruan yang menjadi tanda sebagai perjanjian antara sunda dan portugal. Replika Padrao Sunda Kelapa berada di Museum Fatahillah, jika ingin melihatnya bisa mengunjungi museum fatahillah.

Pot Keramik Jepang dari abad ke 17

Pot Keramik Jepang dari abad ke 17

Pot Keramik Jepang dari abad ke 17 merupakan pot keramik yang berasal dari Jepang di abad ke-17. Pot keramik tersebut merupakan peninggalan kuno dan termasuk salah satu koleksi di Museum Fatahillah.

Mural yang belum selesai oleh Harijadi Sumodidjojo

Mural yang belum selesai oleh Harijadi Sumodidjojo

Mural yang belum selesai oleh Harijadi Sumodidjojo merupakan salah satu karya Harijadi Sumodidjojo yang menggambarkan kehidupan di kota Batavia pada tahun 1880 hingga 1920 yang belum terselesaikan.

Lempengan batu bergambar kapal voc di dinding museum fatahillah

Lempengan batu bergambar kapal voc di dinding museum fatahillah

Lempengan batu bergambar kapal voc yang ada di dinding Museum Fatahillah merupakan salah satu koleksi yang ada di Museum Fatahillah.

fbWhatsappTwitterLinkedIn