6 Negara dengan Fatherless Tertinggi di Dunia

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Istilah fatherless country menjadi cukup populer akhir-akhir ini setelah adanya klaim bahwa Indonesia memiliki potensi Negara dengan tingkat fatherless yang cukup tinggi. Kebenaran akan hal tersebut masih diperdebatkan terkait belum ditemukannya riset terkait hal yang dimaksud.

Mengapa istilah fatherless country muncul? Istilah fatherless sering dikaitkan dengan tidak adanya peran seorang ayah terhadap tumbuh kembang anak sehingga secara signifikan menyebabkan kurangnya kelekatan figure ayah pada anak.

Para ahli psikologi sepakat jika fenomena fatherless menyebabkan ketidaksempurnaan tumbuh kembang anak secara emosional yang dapat bertahan hingga dewasa. Itulah mengapa peran serta Ayah dalam tumbuh kembang anak diperlukan secara seimbang bersama peran serta Ibu.

Berkaitan dengan fenomena tersebut, berikut terlampir beberapa Negara dengan fatherless tertinggi di dunia menurut data penelitian yang diambil oleh organisation for economic Co-operation and Development (OECD) yang merupakan bagian dari organisasi UNICEF.

Data yang diambil berdasarkan kebijakan keluarga yang ramah di beberapa Negara Uni Eropa (EU) dan negara yang tergabung dalam OECD dimana riset menitikberatkan peran serta Ayah dalam pola asuh terhadap anaknya pada rentang usia 0 – 6 tahun.

1. Amerika Serikat

Berdasarkan data tentang cuti yang diberikan pada seorang saat istrinya melahirkan, Amerika Serikat menempati posisi terakhir dimana terdapat lebih banyak perusahaan yang tidak memberikan cuti berbayar yang diberikan untuk Ayah.

Sementara itu, berdasarkan biro sensus Amerika Serikat, tercatat sebanyak 18,4 juta anak, setiap survey yang dilakukan dari per 4 anak setidaknya terdapat satu anak yang hidup tanpa sosok ayah kandung, ayah angkat, maupun ayah tiri.

Tidak hanya itu, sosok single mother di Amerika Serikat juga tergolong tingggi. Berdasarkan biro survey Amerika Serikat tahun 2019 yang dilakukan berdasarkan ras, terdapat lebih dari 16 juta perempuan Amerika hidup sebagai Ibu tunggal. Hal tersebut mendorong tingginya angka fatherless di Amerika.

2. Jepang

Jepang memiliki tingkat pemberian hak cuti berbayar untuk Ayah dengan angka tertinggi di dunia. Namun, hal tersebut tidak membuat Negara sakura ini memiliki tingkat fatherless yang menurun karena sebagian besar Ayah tidak menggunakan hak cutinya tersebut.

Berdasarkan survey, hanya 5% Ayah yang mengambil hak cuti berbayarnya. Para Ayah yang tidak mengambil hak cuti tersebut dengan berbagai alasan seperti perusahaan tidak menyediakan fasilitas tersebut, kurangnya staff, lingkungan perusahaan tidak mendukung cuti, tidak menginginkan pendapatan rendah, tidak mendapat promosi, hingga keluarga tidak mendukung.

Selain itu, tingkat fenomena fatherless di Jepang juga ditambah dengan meningkatnya jumlah Ibu tunggal dari tahun ke tahun. Nilai patriarki yang memandang seorang Ayah adalah penyedia finansial utama bagi keluarga menjadikan banyak anak mengalami fatherless di Jepang.

3. Yunani

Sebagian besar perusahaan di Yunani memberikan sedikit cuti berbayar untuk Ayah dimana hanya terdapat 1-2 hari hak cuti. Fenomena tersebut menyebabkan anak-anak tumbuh fatherless tanpa peran serta Ayah yang maksimal dibandingkan dengan peran Ibu yang cukup tinggi.

Selain itu, factor sosial atas nama religiusitas yang masih berlaku di Yunani dimana laki-laki memiliki hak istimewa dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut juga meluas terhadap diijinkannya sedikit atau tidak sama sekali terkait peran sosok Ayah terhadap tumbuh kembang anak-anaknya.

Sosok wanita di Yunani dianggap lebih bertanggung jawab dalam tumbuh kembang anak sehingga tidak heran jika dalam keluarga urusan tumbuh kembang anak diserahkan sepenuhnya kepada sang Ibu dari anak-anak mereka.

4. Swiss

Sama halnya dengan Amerika Serikat, sebagian besar perusahaan di Swiss juga tidak memberikan sedikit hak cuti berbayar untuk Ayah saat istri mereka melahirkan anak-anak mereka. Selain itu, kemiskinan juga menjadi faktor yang cukup besar mempengaruhi peran serta Ayah dalam tumbuh kembang anak-anaknya.

Mereka yang terlalu sibuk mencari nafkah keluarga menjadikan kehadirannya dalam keluarga cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan sosok Ibu. Data Federal Statistical Office menunjukkan bahwa sebanyak 25% keluarga di Swiss mengalami resiko jatuh miskin.

Sehingga, memungkinkan bagi orang tua atau sosok Ayah untuk lebih giat bekerja dibandingkan fokus berperan serta dalam mendampingi tumbuh kembang anak meskipun anak-anak mereka tinggal bersama mereka.

5. Britania Raya

Britania Raya memiliki tingkat fatherless yang cukup tinggi sehingga membuat Negara ini memiliki tingkat family-friendly yang rendah berdasarkan data UNICEF atas penelitian dengan OECD di tahun 2016.

Tidak jauh berbeda dengan Amerika Serikat dan Swiss, cuti berbayar khusus Ayah juga tidak tersedia bagi sebagian besar perusahaan di Britania Raya. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap berkurangnya peran serta Ayah dalam tumbuh kembang anak.

Selain itu, berdasarkan data dari Centre for social justice and department work and pensions, terdapat hampir 2 juta anak-anak di Britania Raya mengalami fatherless. Selain itu, tingkat angka Ibu tunggal juga cukup tinggi dimana 65% anak-anak umur 12-16 tahun hanya tinggal bersama Ibunya.

Sebagian besar dari anak-anak itu, atau sebanyak 92%-nya hanya dibesarkan oleh Ibu tunggal, sisanya merupakan factor perceraian hingga kemiskinan.

6. Irlandia

Irlandia bersama dengan Britania Raya merupakan Negara dengan rating terendah terkait kebijakan family-friendly. Sebagian besar perusahaan di kedua Negara tersebut tidak menyediakan hak cuti berbayar bagi sosok Ayah yang istrinya baru melahirkan.

Tidak heran jika peran serta Ayah dalam tumbuh kembang anak di Irlandia terbilang rendah dan menyebabkan anak-anak mengalami fatherless. Berdasarkan data sensus terakhir di tahun 2016, sebanyak 30% keluarga di Irlandia mengalami perceraian dan perpisahan yang tidak diketahui penyebabnya.

Sebagian besar kasus tersebut, lebih dari 90%-nya menyebabkan anak-anak hanya tinggal bersama Ibunya dibanding dengan Ayahnya. Selain itu, budaya yang mengharuskan seorang Ayah harus memenuhi kebutuhan keluarganya secara finansial juga berdampak terhadap berkurangnya peran serta Ayah dalam tumbuh kembang anak.

Berdasarkan beberapa Negara di atas, Negara dengan fatherless tertinggi di dunia dapat terjadi karena berbagai faktor. Tidak hanya faktor ekonomi tetapi juga faktor budaya yang cenderung lebih kuat dalam masyarakat dimana mengharuskan seorang Ayah harus bekerja dan seorang Ibu yang wajib mengurus anak.

Selain itu, minimnya peraturan hukum terkait kewajiban peran serta Ayah dalam tumbuh kembang anak juga mempengaruhi fenomena fatherless yang seringkali tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn