Beberapa negara di dunia menjadi penghasil sayuran terbesar, Indonesia adalah salah satu negara penghasil sayuran terbesar di benua Asia.
Lalu bagaimana dengan negara lain yang tidak memiliki iklim tropis? Iklim dan lahan tampaknya tidak menghalangi beberapa negara untuk menjadi negara penghasil sayuran terbesar. Berikut negara-negara penghasil sayuran terbesar di dunia.
Tak dipungkiri negeri Paman Sam ini memang sudah lama maju di berbagai bidang, tak terkecuali bidang pertanian meskipun di beberapa negara bagian iklim tidak mendukung untuk menanam sayuran dan buah-buahan.
Sejak abad ke -19 Amerika Serikat sudah memajukan pertaniannya melalui penggunaan teknologi pertanian. Penggunaan berbagai macam mesin dan teknologi membantu petani untuk menghasilkan sayuran yang berkualitas dan mampu menambah kuantitasnya.
Jagung adalah hasil utama sayuran pertanian AS, ladang jagung di AS tebentang luas demikian juga ladang gandum dan juga kentang, otal lahan pertaniannya seluas 992 hektar. Amerika merupakan salah satu eksportir sayuran yang besar di dunia.
Salah satu kunci keberhasilan Amerika bertahan menjadi negara penghasil sayuran terbesar adalah kebijakan pemerintahnya terhadap petani, petani di AS dapat hidup makmur karena petani mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil pertaniannya.
Belum lagi Amerika tidak memiliki kebutuhan dalam negeri akan sayuran sebanyak negara lain seperti di Cina yang memiliki populasi tinggi.
Cina menjadi salah satu negara maju dan semakin pesat perekonomiannya salah satunya karena meningkatnya bidang pertanian, terutama sayur-sayuran. Kebutuhan pangan dalam negeri Cina memang cukup tinggi, namun Cina juga tetap mampu melakukan ekspor sayuran ke berbagai negara.
Sejak tahun 2010 hingga saat ini Cina terus meningkat pendapatan negaranya dari hasil pertanian, di tahun 2019 hasil pertaniannya mencapai 53,24 juta ton. Sayuran yang menjadi komoditi Cina antara lain brokoli, kacang hijau, selada, kol, seledri dan kentang.
Buah-buahan juga menjadi hasil pertanian yang menjanjikan, petani sayur dan buah di Cina terpusat di wilayah timur Cina karena memiliki iklim yang cocok untuk bertani. Reformasi pedesaan masih terus digalakkan oleh Cina, hal ini membantu meningkatkan produksi petani yang berada di pedalaman Cina.
Jepang terkenal dengan produksi barang elektronik, mobil dan barang lain yang berkaitan dengan teknologi modern. Karena sudah memiliki teknologi yang maju, Jepang juga memanfaatkan teknologi dan sains di bidang pertanian.
Teknologi pertanian yang diterapkan Jepang antara lain mengatasi masalah lahan yang sempit salah satunya menanam sayuran di bawah tanah, di atas gedung atau di lahan yang vertikal. Peralatan pertanian seperti traktor yang dapat dikendalikan jarak jauh, mesin untuk menanam bibit dan memanen hasil pertanian dan juga penggunaan cahaya lampu untuk menggantikan sinar matahari.
Jepang terkenal juga dengan robotnya, robot juga digunakan pada teknis bertani. Robot tersebut dapat membantu proses pembibitan, perawatan dan saat tiba saatnya panen. Hal ini juga sebagai upaya Jepang karena semakin menurunnya jumlah petani.
Labu, kentang, tomat, terong, daun selada, selada, kedelai dan masih banyak lagi produksi sayuran Jepang yang menjadikannya salah satu negara penghasil sayuran terbesar di dunia.
Letak benua Australia sebenarnya tidak memiliki keunggulan pada iklim, karena tidak semua wilayah di Australia cocok dijadikan lahan pertanian, kebanyakan wilayah Australia adalah gurun dan memiliki udara yang sangat kering.
Karena memiliki iklim dan curah hujan yang tidak dapat diandalkan untuk pertanian, maka pertanian di Australia bergantung pada irigasi. Namun sistem irigasi ini sangat bermanfaat bahkan dapat menghasilkan produksi sayuran dan buah-buahan dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Beberapa sayuran menjadi produksi pertanian Australia, seperti tomat, sawi, terong, namun Australia lebih banyak mengekspor buah-buahann seperti jeruk, apel, kiwi, stroberi dan anggur. Meskipun jumlah sayuran tidak banyak yang diekspor, Australia bertahan menjadi salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia.
Jika kita sedang melakukan perjalanan ke luar kota, bahkan di sepanjang tepi jalan tol pulau Jawa, kita tak henti-hentinya bertemu hamparan sawah dan kebun sayur. Beruntung kita tinggal di Indonesia yang memiliki iklim yang cocok untuk bertani.
Tak hanya iklim, namun tanah Indonesia sangat subur sehingga mudah menanam apa saja. Rempah-rempah misalnya, yang sudah menjadi komoditi ekspor sejak zaman kolonial. Indonesia memiliki banyak kepulauan dan juga gunung berapi, artinya dataran tinggi juga banyak sekali di wilayah Indonesia sehingga banyak masyarakat di dataran tinggi yang bercocok tanam menanam sayuran.
Jika di wilayah timur Indonesia kaya akan hasil rempahnya, di dataran tinggi pulau Jawa mulai dari Jawa Timur hingga Jawa Barat kaya akan hasil sayurannya. Sebut saja di Lumajang, di lereng gunung Semeru, di Jawa Tengah di lereng gunung Merbabu dan gunung Lawu, banyak terdapat perkebunan sayur yang menghasilkan produksi berkualitas.
Produksi sayuran Indonesia dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri dan juga diekspor ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Singapura, Australia dan Brunei. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas sayuran, pemerintah memiliki program pupuk bersubsidi bagi petani, namun teknologi dan sains sebenarnya juga dibutuhkan agar Indonesia bisa memaksimalkan produksi sayuran.