Daftar isi
Putri Mardika merupakan organisasi perempuan yang didirikan pada tahun 1912 di Jakarta. Sebelum awal abad ke-20 perempuan pribumi sulit untuk mendapatkan pendidikan karena adanya pemikiran bahwa perempuan pribumi hanya memiliki tugas untuk mengurus dapur atau memasak, mencuci sehingga pendidikan untuk kaum perempuan pribumi tidak diutamakan.
Pada awal abad ke-20 banyak perubahan di dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat pribumi. Terjadinya perubahan tersebut menambah pengetahuan masyarakat sehingga memunculkan pandangan baru, salah satunya yaitu mengenai pendidikan bagi kaum perempuan pribumi. Perubahan dalam berbagai kehidupan diakibatkan karena munculnya pemikiran mengenai politik etis.
Berdirinya organisasi “Poetri Mardika” atas bantuan dari Budi Utomo yang didasrkan dari ide dan gagasan dari R.A Kartini membuka kesempatan bagi kaum perempuan pribumi untuk memperoleh pendidikan yang layak dan merubah nasib kaum perempuan pribumi. Selain memperjuangkan hak perempuan dalam bidang pendidikan namun juga memperjuangkan hak poligami dan perkawinan.
Organisasi Putri Mardika memiliki peranan yang penting untuk membantu kaum perempuan pribumi memberantas atau bahkan menghilangkan pandangan kebodohan dalam perempuan untuk mencapai persamaan derajat dengan cara memberikan bagi kaum perempuan pribumi.
Kaum bangsawan yang telah tergabung dalam organisasi Putri Mardika dan sudah mengetahui tujuan didirikannya organisasi Putri Mardika memberikan bantuan berupa beasiswa untuk perempuan pribumi yang keadaan ekonominya kurang atau bahkan tidak baik.
Berbagai artikel yang diterbitkan menjadi majalah ditulis dalam 3 bahasa yaitu bahasa Melayu, bahasa Belanda dan bahasa Jawa, dimana majalah tersebut digunakan sebagai alat komunikasi, alat penghubung serta alat penunjang.
Isi dari majalah tersebut yaitu mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat dan keluarga dan menyajikan nilai-nilai yang sedang berkembang sebagai bahan pengajaran. Adapun hal yang menghambat organisasi Putri Mardika untuk mencapai tujuannya.
Tujuannya yaitu dikarenakan masih banyak masyarakat di Batavia yang menganggap bahwa organisasi Putri Mardika hanya untuk perempuan terpelajar dan kaum intelektual, padahal anggota yang ada di dalam organisasi Putri Mardika bukan hanya kaum terpelajar saja.
Organisasi Putri Mardika memiliki perkiraan bahwa masih banyak orang tua yang tidak mengerti perubahan zaman yang masih memaksakan perkawinan kepada anak-anaknya. Sehingga, organisasi Putri Mardika memberikan pendidikian mengenai perkawinan baik bagi orang tua maupun kepada anak-anak.
Dengan harapan kaum perempuan dapat hidup secara mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri atau menjadi perempuan yang mandiri.
1. R.A. Theresia Sabaroedien
Awal berdirinya organisasi Putri Mardika diketuai oleh R.A. Theresia Sabaroedien yang merupakan salah satu perempuan pribumi dari golongan elit atau golongan terpelajar.
Pada tahun 1915 R.A. Theresia Sabaroedien mengundurkan diri dari jabatannya dikarenakan harus pulang ke kampung halamannya di Sumatera Barat.
R.A. Theresia Sabaroedien melalui pidatonya memberikan pandangannya menganai pentingnya memuliakan perempuan pribumi yang memberi kekuatan bagi organisasi Putri Mardika.
2. R.R. Roekmini
Salah satu tokoh penting yang mendirikan organisasi Putri Mardika adalah R.R. Roekmini yang merupakan saudara tiri dari R.A. Kartini. R.R. Roekmini memperjuangkan kesetaraan perempuan pribumi melalui keikutsertaannya dalam beberapa organisasi ataupun komunitas dan salah satunya yaitu organisasi Putri Mardika.
3. R.A. Sutinah Joyopranoto
R.A. Sutinah Joyopranoto juga menjadi salah satu pelopor berdirinya organisasi Putri Mardika dan juga menjadi wakil dari organisasi Putri Mardika.