Sejarah

2 Sosok Pahlawan Nasional dari Gresik-Jawa Timur

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gresik merupakan wilayah yang berada dalam Provinsi Jawa Timur. Jawa Timur terkenal dengan sejarahnya. Berbicara mengenai sejarah, agaknya tidak akan lepas dengan sosok pahlawan. Ada banyak pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan.

Mereka rela mengorbankan tenaga, harta bahkan nyawanya sendiri untuk membela Indonesia. Banyak sudah pahlawna yang gugur di Medan perang. Namun, jasanya akan terus dikenang. Pahlawan tersebut tersebar ke seluruh daerah, salah satunya Gresik. Kenali, siapa saja pahlawan nasional yang berasal dari Gresik.

Harun Thohir

Kopral Anumerta Harun Said atau yang biasa dikenal dengan nama Harun Thohir merupakan salah satu tokoh pahlawan nasional asal Pulau Bawean. Harun Thohir lahir pada tanggal 14 April 1947 di sebuah desa bernama Diponggo, Kecamatan Tambak, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Harun Thohir merupakan anak dari pasangan Mandar serta Aswiyani. Ia adalah anak laki-laki dari dua orang saudara. Harun Thohir berasal dari keluarga yang sederhana. Sejak masih sekolah di bangku Sekolah Menengah Pertama, ia sudah menjadi anak buah kapal dagang milik Singapura.

Pada tahun 1963 hingga 1965, saat Indonesia terlibat konflik dengan Malaysia membuat hubungan kedua negara tersebut tidak harmonis bahkan terputus. Pada masa inilah, beberapa tentara yang ada dikirim ke negara musuh.

Pengiriman ini bertujuan untuk melakukan penyusupan, penyamaran, hingga sabotase. Adapun beberapa tokoh yang ditugaskan adalah Kopral Anumerta Harun Said atau Harun Thohir beserta rekan-rekannya satu marinir (TNI AL) yakni Usman Janatin dan Gani bin Arup.

Saat sedang terjadinya konflik dengan Malaysia, Singapura bergabung dengan Malaysia untuk membentuk persekutuan Malaysia. Ketiga marinir yang ditugaskan yakni Harun, Usman dan Gani, ditugaskan untuk meledakkan Mac Donald House yang ada di Orchid Road dan memiliki pusat di Kota Singapura.

Aksi peledakkan tersebut akan dilakukan pada tanggal 10 Maret 1965. Sebab, penugasan tersebut membuat ketiganya diincar oleh tentara sempat. Tiga hari kemudian, ketiganya melakukan pelarian dan terpisah jalan.

Gani berhasil meloloskan diri dari penangkapan, sedangkan Harun dan Usman bernasib sial karena berhasil tertangkap oleh tentara wilayah setempat. Mereka kemudian di tahan di penjara Changi, Singapura selama kurang lebih tiga tahun.

Penahanan tersebut hanya sementara karena eksekusi akhirnya mereka berdua akan dikenai hukuman mati. Saat mendengar berita penangkapan keduanya, pemerintah Indonesia sudah mengajukan banding serta upaya pengampunan atas hukuman yang diterima keduanya.

Sayangnya, upaya yang diajukan oleh pemerintah Indonesia ditolak oleh majelis pengadilan Singapura dan pengadilan Internasional di London, Inggris. Eksekusi keduanya akhirnya dilakukan juga pada tanggal 17 Oktober 1968. Setelah eksekusi mati tersebut, jasad keduanya langsung dibawa ke tanah air.

Jasad keduanya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Saat prosesi pemakaman, suasana menjadi haru sekaligus bangga karena perjuangan yang dilakukannya. Adapun prosesi pemakaman dilakukan secara militer.

Atas semua jasanya, pemerintah memberikan penghargaan berupa gelar pahlawan nasional kepada keduanya pada tanggal 17 Oktober 1968. Pemberian gelar tersebut berdasarkan atas SK Presiden RI Nomor 050/TK/Tahun 1968/ tanggal 17 Oktober 1968. Tidak hanya itu, untuk mengabadikan perjuangan dari Harun Thohir, namanya kini diabadikan menjadi sebuah bandara yang ada di Pulau Bawean yakni Bandara Harun Thohir.

Kehadiran Bandara Harun Thohir ternyata memberikan dampak yang positif bagi daerah setempat. Dengan adanya bandara tersebut, memberikan akses menuju daerah Bawean semakin mudah dan semakin banyak pilihan mode transportasi di daerah tersebut. Bandara Harun Thohir diresmikan sejak tanggal 30 Januari 2016.

Tidak hanya menjadi nama bandara, namanya juga menjadi salah satu nama jalan raya yang ada di Kabupaten Gresik. Selain itu, nama Harun serta Usman, rekannya yang mengalami eksekusi mati bersama diabadikan menjadi nama kapal yakni KRI Usman-Harun.

Usman Sadar

Mohammad Oesman atau Usman Sadar merupakan sosok pahlawan nasional yang ada di Gresik. Usman Sadar merupakan anggota laskar Sabilillah yang dipimpin oleh Maskoen Asjari. Ia gugur di Medan perang saat mencoba untuk menghalau agresi pasukan Belanda di Gresik. Saat itu, Belanda berniat ingin menguasai wilayah Indonesia.

Menurut pemaparan dari Kris Adji A W, budayawan yang juga merupakan pecinta sejarah ini menuturkan bahwa Almarhum Usman Sadar gugur setelah tertembak oleh tentara penjajah saat hendak meledakkan tank dengan granat. Penuturan tersebut berdasarkan cerita sejarah serta literatur yang telah dibacanya.

Mulanya, tentara Belanda melancarkan agresinya di wilayah Gresik pada tanggal 13 April 1947. Usai Belanda melumpuhkan laskar Hizbullah yang ada di sekitaran daerah yang saat ini termasuk dalam Kelurahan Indro di Kecamatan Kebomas, Gresik, tentara Belanda kemudian masuk menuju ke daerah pesisir.

Namun saat berada di pertengahan jalan, tentara Belanda berhasil dihadang dan berusaha dipukul mundur oleh pasukan Kompi I dan Kompi V di bawah pimpinan Kapten Soejoto dan Kapten Markahim. Laskar Sabilillah yang dikepalai oleh Maskoen Asjari pun terlibat dalam barisan penghadangan Belanda.

Namun, saat iring-iringan akan melintas menuju daerah yang saat ini termasuk ke dalam kelurahan Karangturi, Kecamatan Gresik Kota, terjadilah baku hantam antara pasukan Belanda dan barisan penghadang.

Usman yang ketika itu hanya memiliki granat yang dibawanya, ia mencoba untuk meledakkan tank milik penjajah dengan cara menaiki tank tersebut. Belum sempat Usman meledakkan granat, ia justru terkena tembakan yang dilancarkan oleh tentara Belanda. Ia tewas karena peluru yang bersarang di tubuhnya.

Itulah dua orang tokoh pahlawan nasional yang berasal dari Gresik, Jawa Timur. Mereka adalah Harun Thohir atau yang memiliki nama lengkap Kopral Anumerta Harun Said dan Usman Sadar. Harun Thohir merupakan sosok pahlawan yang berasal dari Diponggi, Kecamatan Tambak, Gresik.

Harun Thohir ditugaskan untuk melakukan penyusupan saat terjadi konflik antara Malaysia dengan Indonesia. Saat itu, Malaysia bersekutu dengan Singapura. Namun, saat sedang melakukan penyusupan ke Singapura, Harun Thohir beserta kedua rekannya berhasil diketahui oleh tentara setempat.

Mereka melakukan pelarian sebab dikejar oleh tentara setempat. Naasnya, Harun Thohir dan satu orang rekannya yang bernama Usman Janatin berhasil tertangkap. Keduanya kemudian ditahan di Changi selama tiga tahun.

Bukan hanya ditahan, keduanya terancam dihukum mati yakni digantung. Setelah melalui proses negosiasi, keduanya tetap menjalani hukuman mati. Jasadnya kemudian dibawa ke tanah air dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Selanjutnya adalah Usman Sadar yang merupakan anggota dari Hisbullah. Ia tewas saat akan melakukan peledakan granat. Saat itu, tentara Belanda akan merangsek masuk ke Gresik. Namun di pertengahan terjadilah penghadangan yang dilakukan oleh Kompi I dan IV beserta Hisbullah. Mulanya, mereka berhasil memukul mundur.

Namun, di pertengahan jalan, terjadilah baku hantam. Usman Sadar yang saya itu membawa granat berusaha untuk meledakkan tank milik Belanda. Sayangnya, sebelum tank diledekkan ia mendapatkan tembakan brutal dari tentara Belanda.